Potensi Cuaca Ekstrem dan Aktivitas Vulkanik di Lereng Gunung Merapi
Wisatawan yang berkunjung ke kawasan wisata di lereng Gunung Merapi diimbau untuk tetap waspada menghadapi potensi cuaca ekstrem serta aktivitas vulkanik yang masih terjadi. Meskipun kondisi gunung berstatus Siaga atau Level III, masyarakat dan pengunjung perlu memperhatikan ancaman yang bisa muncul akibat aktivitas alam ini.
Menurut Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, Agus Budi Santoso, sejak Senin hingga Selasa, 10-11 November 2025, Gunung Merapi masih mengeluarkan awan panas. Pada hari pertama, pukul 15.36 WIB, Merapi melepaskan satu kali awan panas guguran dan tujuh kali lava pijar. Jarak luncuran awan panas mencapai maksimal 1.200 meter ke arah barat daya hulu Kali Krasak dengan durasi 113 detik.
Di hari kedua, Selasa pukul 16.29 WIB, Merapi kembali mengeluarkan awan panas sambil disertai hujan yang terus mengguyur kawasan tersebut. Luncuran awan panas pada hari itu mencapai jarak maksimal 1.300 meter ke arah yang sama, yaitu barat daya. Agus menegaskan bahwa hujan yang terus-menerus mengguyur lereng selatan gunung dapat meningkatkan risiko bahaya lahar dingin di sungai-sungai yang berhulu dari Gunung Merapi.
Persiapan BPBD Kota Yogyakarta Menghadapi Ancaman Bencana
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Yogyakarta, Nur Hidayat, menjelaskan bahwa pihaknya telah memastikan seluruh peralatan early warning system (EWS) atau sistem peringatan dini banjir di lima titik lokasi sungai rawan berada dalam kondisi siaga. Lima titik tersebut meliputi Sungai Winongo, Sungai Code, Sungai Gajah Wong, Kali Buntung, serta Kali Belik.
“Langkah antisipatif menghadapi potensi cuaca ekstrem yang diperkirakan terjadi hingga awal tahun depan sudah kami lakukan, salah satunya memastikan seluruh sistem peringatan dini berfungsi,” ujar Nur Hidayat.
Saat ini, BPBD Kota Yogyakarta memiliki 26 perangkat EWS yang tersebar di berbagai sungai. Ia memastikan bahwa perangkat-perangkat ini tetap berfungsi meski dalam kondisi cuaca ekstrem. Hal ini sangat penting karena cuaca ekstrem dapat memengaruhi jaringan listrik dan komunikasi.
Untuk memastikan komunikasi tetap berjalan lancar jika sistem utama terganggu, BPBD juga menyiapkan sistem cadangan seperti radio HT di setiap wilayah. Dengan persiapan ini, pihaknya berharap dapat memberikan respons cepat dalam menghadapi ancaman bencana.
Perkembangan Cuaca dari BMKG
Berdasarkan analisis cuaca dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta, November ini terpantau adanya peningkatan pembentukan awan hujan di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya. Hal ini menjadi indikasi bahwa potensi cuaca ekstrem masih akan terus terjadi hingga beberapa bulan ke depan.
Dengan situasi ini, masyarakat dan pengunjung di kawasan lereng Gunung Merapi diminta untuk tetap waspada dan mematuhi petunjuk serta anjuran dari instansi terkait. Tidak hanya itu, pengelola wisata dan pihak berwenang juga perlu terus memantau perkembangan kondisi alam secara real-time agar dapat mengambil tindakan yang tepat.
Pemantauan dan kesiapsiagaan merupakan kunci dalam menghadapi ancaman bencana alam. Dengan kerja sama antara instansi pemerintah dan masyarakat, risiko yang muncul dari aktivitas vulkanik dan cuaca ekstrem dapat diminimalkan seoptimal mungkin.







