InfoMalangRaya.com—Aksi balas dendam yang dilakukan Iran terhadap ‘Israel’ pada 14 April merupakan serangan yang tidak terlalu mengagetkan dan sudah banyak diprediksi sebelumnya.
Serangan dilakukan setelah ‘Israel’ mengebom gedung konsulat Iran di Damaskus pada 1 April 2024 yang mengakibatkan tewasnya tujuh anggota elit pasukan, termasuk dua petinggi Korps Garda Revolusi Islam (IRGC).
Menurut Eksekutif Strategis Persatuan Cinta Gaza Malaysia (CGM) Muhd Haikal Luqman Zulkefli, serangan balasan tersebut disebabkan oleh Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) yang tidak merespon tindakan ‘Israel’ dan malah bungkam seolah-olah memaafkan pembunuhan yang dilakukan dengan maksud untuk menyeret Iran ke dalam ‘perangkap’ perang yang tiada habisnya.
“Oleh karena itu, Iran ingin menunjukkan kekuatannya dengan meluncurkan roket ke arah ‘Israel’ dengan menyasar wilayah militer yang strategis,” demikian ujar Muhd Haikal dalam sebuah analisa yang dimuat di laman malaysiagazette.com, Selasa, (16/4/2024).
Meski bagi masyarakat dunia, tindakan Iran ini merupakan tantangan berani terhadap ‘Israel’ yang dibela Amerika Serikat dan negara-negara Eropa lainnya, namun hal tersebut tidak berdampak besar terhadap pendudukan Zionis di wilayah Palestina.
“Bahkan perang masih berlangsung antara para pejuang mujahidin dan tentara zionis – ‘Israel’ di Gaza,” katanya.
Yang menarik, menurutnya, serangan tersebut justru membuat reputasi Benyamin Netanyahu yang sebelumnya buruk di mata Amerika Serikat menjadi naik.
“Serangan tersebut justru memberikan apa yang diinginkan ‘Israel’ untuk meraih simpati Amerika Serikat dan memperkuat posisi Benjamin Netanyahu sebagai Perdana Menteri ‘Israel’,” tulisnya.
Menurut Muhd Haikal, ada dua skenario yang bisa kita lihat akibat serangan Iran ini.
Pertama, penyerangan yang dilakukan ‘Israel’ terhadap gedung konsulat Iran di Damaskus merupakan tindakan yang tidak memikirkan dampaknya terhadap ‘Israel’.
Kedua, serangan tersebut sengaja dilakukan untuk menarik Iran ke dalam kancah perang regional dan mengalihkan perhatian Amerika Serikat dan negara-negara Barat dari agresi di Gaza ke Iran.
Skenario kedua lebih mirip dengan pernyataan Benjamin Netanyahu sebagaimana dijelaskan oleh Nomi Bar-Yaachov, salah satu rekan di Chatham House:
“Rencana Netanyahu jelas, untuk mengalihkan perhatian dari agresi di Gaza dan menyeret AS dan sekutu Barat lainnya kembali ke Timur Tengah.”
Hal ini menunjukkan bahwa penjajah ‘Israel’ tidak terpengaruh dengan apa yang terjadi dan ini demi kepentingan politik mereka sendiri. Buktinya, Gaza terus menerus diserang oleh Zionis, khususnya di Kamp Nuseirat yang terletak di Gaza Tengah, yang menyebabkan puluhan warga Gaza terluka dan sejauh ini lima orang syahid.
Kekerasan rezim Zionis terhadap rakyat Gaza terus berlanjut meski banyak diberitakjan adanya tekanan kelompok bersenjata pro-Iran, Hizbullah di Lebanon, rezim Bashar Al-Assad di Suriah, dan pemberontak Houthi (Hutsyi) di Yaman.
“Mereka memang sempat berhasil mengalihkan perhatian masyarakat dunia untuk sementara waktu dengan menunjukkan perlawanannya terhadap Iran,” ujar Muhd Haikal.
Sementara Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran, Mayor Jenderal Mohammad Baqeri membenarkan bahwa Iran telah mengakhiri aksi balas dendam dalam “Operasi Janji Sejati’ di wilayah Israel.
“Dari sudut pandang kami, ini sudah berakhir, tetapi tentara kami selalu siap bertindak jika ada ancaman dari musuh,” katanya mengenang operasi yang mengejutkan tersebut.
Dakwah Media BCA – Green
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal InfoMalangRaya (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Beberapa ahli percaya bahwa serangan pesawat tak berawak dalam skala lambat hanya sekdar untuk mengirimkan sinyal pada Israel bahwa Iran dapat menggunakan kemampuan berbeda dalam taktiknya.
“Teheran dapat melancarkan serangan skala besar jika mereka memilih untuk melintasi berbagai arah,” kata Nishank Motwani, analis senior di Australian Strategic Policy Institute di Washington.
Menurutnya, meski tindakan Iran bisa didukung para faksi pejuang Palestina, namun, hal tersebut dinilai tidak cukup untuk menghentikan agresi yang masih terus berlangsung di Gaza dan terbebasnya Palestina dari cengkeraman penjajahan Zionis.
Untuk diketahui, Perang Taufan Al-Aqsha telah memasuki hari ke-190 dengan angka jumlah orang yang syahid lebih dari 40.000 orang dan total korban luka-luka sebanyak 76.309 orang.
Mereka yang mencoba pindah ke Gaza utara telah dihalangi oleh drone dan peluru tajam, dan penduduk di utara terus dihalangi untuk mendapatkan bantuan makanan dan pakaian.
“Semoga semangat dan upaya kita terus membela Palestina dan memastikan mereka terbebas dari cengkeraman kolonialisme suatu saat nanti,” ujarnya.*