Elise Stefanik Kandidat Dubes Amerika di PBB yang Dukung Perang Israel Lawan Hamas

InfoMalangRaya.com– Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump sudah menunjuk kandidat duta besar AS untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa yang baru, Elise Stefanik, anggota Kongres dari Partai Republik yang mendukung Israel dalam memerangi Hamas.

Dikenal sebagai sekutu politik Trump, Stefanik adalah pendukung setia Israel dan juga kritis terhadap PBB, yang menurutnya kurang mendukung Israel.

“Elise adalah pejuang America First yang luar biasa kuat, tangguh, dan cerdas,” kata Trump dalam sebuah pernyataan yang berisi konfirmasi daftar pertama orang-orang yang akan mengisi pemerintahannya.

Pernyataan itu mengatakan bahwa Stefanik akan mengisi kursi duta besar AS di PBB menggantikan Linda Thomas-Greenfield, seorang diplomat karir yang bekerja selama 35 tahun untuk Departemen Luar Negeri AS.

Menanggapi penunjukkan dirinya, dalam sebuah pernyataan yang diberikan kepada New York Post, Stefanik mengaku merasa terhormat dan berharap koleganya di Senat AS akan merestui dirinya memegang jabatan tersebut, lansir BBC Senin (11/11/2024).

Anggota Kongres AS dari dapil New York itu sebenarnya minim pengalaman di bidang kebijakan luar negeri dan keamanan nasional, meskipun dia duduk di kursi anggota House Armed Services Committee dan House Permanent Select Committee on Intelligence.

Sejak serangan Hamas 7 Oktober 2023, Stefanik vokal menyuarakan dukungan untuk Israel.

Saat marak terjadi aksi demonstrasi pro-Palestina di kampus-kampus di berbagai penjuru Amerika Serikat, Stefanik dalam rapat-rapat di US House of Representatives (DPR-nya Amerika) mencecar para rektor perguruan tinggi yang membiarkan aksi-aksi pro-Palestina dan menuding mereka anti-Semit.

Bulan lalu, dia berargumen seharusnya ada “penilaian ulang menyeluruh atas pendanaan AS untuk PBB” setelah Otoritas Palestina berusaha mengeluarkan Israel dari PBB atas pelanggaran hak asasi manusia di Gaza.

Dilahirkan dan dibesarkan di bagian utara New York, anggota Kongres AS itu adalah orang pertama di lingkungan keluarganya yang memperoleh gelar sarjana setelah lulus dari Universitas Harvard pada tahun 2006.

Setelah itu, dia memasuki dunia politik, menjabat sebagai penasihat kebijakan dalam negeri Gedung Putih di bawah Presiden George W Bush dan akhirnya menjadi asisten senior kepala staf Bush, Joshua Bolten.

Apabila dia meninggalkan kursi Kongres untuk menjabat sebagai duta besar, maka akan dilakukan pemilu khusus untuk menetapkan penggantinya.

Sebagian sekutu Trump, termasuk miliarder Elon Musk, berpendapat terlalu berisiko untuk meninggalkan kursi Stefanik di saat Partai Republik dan Demokrat bersaing ketat untuk menguasai sebanyak-banyaknya kursi di parlemen.*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *