Persebaya Surabaya Kehilangan Francisco Rivera
Francisco Rivera mengalami nasib sial setelah Komite Disiplin PSSI memberikan hukuman tambahan berupa denda sebesar Rp 10 juta dan larangan bermain selama dua pertandingan. Gelandang asal Meksiko ini harus absen lebih lama pada saat Persebaya Surabaya membutuhkan konsistensi performa.
Persebaya Surabaya pulang hanya membawa satu poin setelah ditahan imbang 1-1 oleh Bhayangkara Presisi Lampung FC dalam pekan ke-14 Super League 2025/2026. Posisi Green Force tetap di peringkat delapan dengan total 17 poin.
Absennya Rivera menjadi masalah baru bagi Persebaya Surabaya yang sedang berusaha bangkit setelah ditinggal pelatih kepala Eduardo Perez. Tim masih mencari ritme dan kestabilan bersama Uston Nawawi, sementara kehilangan motor permainan bukanlah skenario ideal.
Hukuman itu muncul setelah Rivera melakukan pelanggaran serius pada laga Persik Kediri vs Persebaya Surabaya tanggal 7 November 2025. Ia dinilai bertindak kasar dengan penggunaan tubuh yang berlebihan hingga mendapat kartu merah langsung.
Komdis PSSI kemudian menegaskan hukuman tambahan berupa larangan bermain dua laga dan denda Rp 10 juta dalam sidang 11 November 2025. Keputusan ini membuat Rivera absen tiga pertandingan sejak duel kontra Arema FC.
Rivera sudah melewatkan laga melawan Arema FC dan Bhayangkara FC sehingga ritme bermainnya terganggu. Ia hanya bisa tampil di laga tunda kontra PSM Makassar sebelum kembali absen ketika Persebaya Surabaya menghadapi Borneo FC.
Kondisi ini membuat sebagian Bonek menyampaikan rasa kecewa sekaligus harapan agar Rivera bisa belajar dari kesalahan. “Semoga jadi pembelajaran untuk Rivera,” ujar salah satu Bonek yang berharap gelandang tersebut lebih tenang dalam mengontrol emosi.
Banyak pendukung Persebaya Surabaya juga menyoroti betapa beratnya laga kontra Borneo tanpa playmaker andalan itu. “Waduh lawan Borneo tanpa Rivera tamparan keras bagi Persebaya ???? bismillah wae koe ISO Jol????,” kata seorang Bonek dengan nada frustrasi sekaligus memberi doa.
Ada pula suporter yang melihat pertandingan itu akan sangat sulit bagi Green Force. “Lawan Borneo abot, iso imbang ae podo koyok menang,” ungkap seorang Bonek yang menilai hasil seri pun sudah sangat berharga.
Sebagian lain bahkan singkat namun tegas mengungkapkan kekhawatiran mereka. “Lawan Borneo tanpa Rivera,” ujar seorang Bonek yang seakan menegaskan betapa besarnya dampak absennya sang gelandang.
Ada juga yang membandingkan Rivera dengan rekan setimnya, Bruno, dalam hal pengendalian emosi. “Bruno walau pun sering meledak-ledak tapi lebih bisa mengontrol emosi dan tidak mau melakukan hal yang merugikan tim,” ujar seorang Bonek yang berharap Rivera bisa meniru hal tersebut.
Sejak bergabung pada 1 Juli 2024, Rivera memang menjadi salah satu pemain paling berpengaruh di Persebaya Surabaya. Pemain kelahiran San Luis Potosí, Meksiko, ini dikenal kreatif, agresif, dan mampu mengatur ritme permainan dari lini tengah.
Rivera yang kini berusia 31 tahun memiliki kemampuan bermain di beberapa posisi seperti gelandang serang, gelandang tengah, hingga winger kiri. Postur 1,70 meter dan kaki kidal membuatnya sering menjadi sumber variasi serangan Persebaya Surabaya.
Dengan kontrak yang berlaku hingga 31 Mei 2026, Rivera diproyeksikan menjadi figur sentral dalam skema jangka menengah klub. Nilai pasarnya yang mencapai 7,82 miliar rupiah menunjukkan kualitas dan kontribusi yang ia berikan sejauh ini.
Statistik Rivera musim ini pun tergolong impresif dalam sembilan pertandingan dengan total 796 menit bermain. Ia mencetak tiga gol, dua assist, serta catatan expected goals 2,42 yang mencerminkan kontribusi besarnya dalam proses serangan.
Selain itu, ia melepaskan 10 percobaan tembakan, memberikan 17 umpan kunci, dan memiliki akurasi passing 73 persen. Intensitasnya juga terlihat dari sembilan pelanggaran yang ia lakukan dan 23 pelanggaran yang ia terima.
Namun dua kartu merah yang ia kantongi musim ini menjadi catatan yang tidak bisa diabaikan. Rivera perlu menyeimbangkan agresivitas dengan kontrol emosi agar tidak merugikan tim di saat-saat genting.
Hukuman dari Komdis pun menjadi alarm keras agar ia tampil lebih dewasa dan efisien ketika kembali merumput. Persebaya Surabaya jelas membutuhkan versi terbaik dari Rivera untuk menjaga ritme permainan di tengah persaingan ketat.
Dalam dua laga tanpa Rivera, Persebaya Surabaya harus memaksimalkan kedalaman skuad dan kreativitas pemain lain. Kesempatan ini bisa menjadi momentum pemain lain untuk unjuk kontribusi dan mengurangi ketergantungan pada satu sosok.
Tantangan ini sekaligus membuka peluang bagi tim untuk menemukan kombinasi baru di lini tengah. Sejarah menunjukkan momen kehilangan pemain kunci kadang justru melahirkan gebrakan positif.
Bagi Rivera, sorotan publik akan memuncak saat ia kembali bermain karena semua pihak menunggu bagaimana ia bangkit setelah hukuman ini. Jika mampu tampil lebih matang dan produktif, ia bisa menjadi simbol kebangkitan Persebaya Surabaya.
Kini Persebaya Surabaya dan para pendukungnya menatap laga-laga berikut dengan optimisme berhati-hati. Mereka berharap absennya Rivera tidak menghentikan langkah Green Force untuk terus mengejar tren positif di Super League 2025/2026.







