Hamas Bentuk Pasukan Khusus ‘Sahm’, Bertugas Memberantas Geng Kriminal Penjarah Bantuan Kemanusiaan

InfoMalangRaya.com – Para pejuang Hamas dan faksi-faksi perlawanan Palestina lain di Gaza membentuk sebuah pasukan bersenjata khusus bernama unit “Sahm” untuk memberantas geng kriminal dan gerombolan penjarah konvoi bantuan kemanusiaan.Geng kriminal yang menyelundupkan narkoba dan menjarahKelaparan meluas

Menurut sejumlah narasumber, unit tersebut dibentuk setelah terjadinya peningkatan tajam insiden penjarahan oleh para kriminal yang bekerjasama dengan ‘Israel’.

Dibentuk pada bulan November, pasukan anti penjarahan itu telah melakukan sejumlah operasi dengan menyergap para penjarah dan menewaskan beberapa dari mereka dalam baku tembak, kata sumber tersebut.

Unit Sahm, yang beranggotakan para pejuang bersenjata lengkap dari Hamas dan kelompok Palestina lain, diberi kewenangan untuk menembak di tempat geng kriminal yang tidak mau menyerahkan diri, ungkap salah satu sumber.

Narasumber tersebut, yang menolak disebutkan namanya karena Hamas tidak mengizinkannya untuk berbicara tentang hal itu, mengatakan bahwa pasukan khusus tersebut beroperasi di Gaza tengah dan selatan dan telah melakukan setidaknya 15 misi sejauh ini, termasuk membunuh beberapa geng bersenjata.

‘Israel’, sebagai upaya memecah dukungan terhadap Hamas, menuduh bahwa kelompok perlawanan itulah yang melakukan penjarahan terhadap bantuan kemanusiaan. Hamas, menyangkal tuduhan itu, dan menyebut ‘Israel’ sebagai salah satu penyebab penjarahan karena membunuhi polisi yang mengawal konvoi bantuan kemanusiaan.

Tuduhan ‘Israel’ juga disangkal oleh seorang pejabat AS dan pihak-pihak yang terjun langsung di lapangan.

“Kami belum melihat adanya gangguan fisik dari Hamas di manapun dalam program kami, baik di utara maupun di selatan,” ujar seorang pejabat dari sebuah organisasi bantuan internasional kepada Washington Post.

Geng kriminal yang menyelundupkan narkoba dan menjarah

Di tengah kekacauan akibat agresi ‘Israel’, geng bersenjata semakin sering menyerbu konvoi bantuan, membajak truk-truk dan menjual barang-barang yang dijarah di pasar-pasar Gaza dengan harga selangit.

Melansir media berbahasa Ibrani Haaretz dan Washington Post, geng kriminal yang dipimpin oleh Yasser Abu Shabab ini berafiliasi dengan ISIS dan beroperasi di bawah perlindungan pasukan ‘Israel’.

Yasser Abu Shabab dikenal berulangkali melakukan penyelundupan rokok dan narkoba berkolaborasi dengan kelompok-kelompok ekstremis.

Geng tersebut, yang terdiri dari lebih dari 200 orang bersenjata, mendirikan sebuah markas yang dibentengi di zona yang dikuasai Israel di Rafah. Daerah ini, yang disebut sebagai “zona kematian”, biasanya tidak dapat diakses oleh penduduk Gaza, yang semakin meningkatkan kecurigaan akan keterlibatan ‘Israel’ dalam kegiatan geng tersebut.

Para saksi mata dan memo internal PBB mengindikasikan bahwa geng yang menjarah konvoi bantuan sering terlihat di dekat posisi militer ‘Israel’, di mana tentara ‘Israel’ tidak melakukan tindakan apapun terhadap mereka.

Sebaliknya, polisi lokal Palestina menghadapi ancaman dan bahkan serangan langsung dari pasukan ‘Israel’ ketika berusaha melindungi pengiriman bantuan kemanusiaan. Dinamika ini telah meningkatkan tantangan kemanusiaan, dengan lembaga-lembaga bantuan memperingatkan akan adanya kelaparan yang membayangi wilayah selatan Gaza.

Kelaparan meluas

Tiga belas bulan sejak agresi militer ‘Israel’ di Gaza, yang diluncurkan pasca perlawanan besar-besaran Thufan Al-Aqsha pada Oktober 2023, kekurangan makanan, obat-obatan dan kebutuhan lain menyebabkan kelaparan dan penderitaan luas di kalangan warga sipil.

Israel menghentikan impor barang komersial bulan lalu dan hanya truk-truk bantuan yang masuk ke Gaza sejak saat itu, membawa sebagian kecil dari apa yang menurut kelompok-kelompok bantuan diperlukan untuk wilayah di mana sebagian besar orang telah kehilangan tempat tinggal dan hanya memiliki sedikit uang.

“Semakin sulit untuk memasukkan bantuan,” kata juru bicara WHO, Margaret Harris, setelah serangkaian insiden penjarahan pada akhir pekan lalu.

Sebelum perang, sekarung tepung dijual seharga $10 atau $15 dan satu kilogram susu bubuk seharga 30 shekel. Sekarang, harga tepung mencapai 100 dolar dan susu bubuk 300 shekel, kata para pedagang.

“Kami semua menolak (kehadiran) para bandit dan penjarah agar kami dapat hidup dan makan […] sekarang Anda diwajibkan untuk membeli dari pencuri,” ujar Diyaa Al-Nasara, yang berbicara di dekat pemakaman seorang pejuang Hamas yang terbunuh dalam bentrokan dengan para penjarah.

Beberapa orang di Gaza mengatakan bahwa mereka ingin Hamas menargetkan para penjarah.

“Ada operasimelawan pencuri, kami melihatnya. Jika operasi ini terus berlanjut dan bantuan mengalir, harga-harga akan turun karena bantuan yang dicuri muncul di pasar dengan harga tinggi,” kata Shaban, seorang teknisi yang mengungsi dari Kota Gaza, kini tinggal di Deir Al-Balah di Jalur Gaza bagian tengah.

Setelah hampir 100 truk dijarah pekan lalu, Hamas menyerang geng kriminal bersenjata yang berkumpul di dekat persimpangan di mana truk-truk bantuan biasanya masuk, melepaskan tembakan, menewaskan sedikitnya 20 anggota geng kriminal, menurut penduduk dan televisi Hamas Aqsa.

Para saksi mata menggambarkan baku tembak lainnya pada hari Sabtu, ketika para pejuang Hamas dengan dua mobil mengejar orang-orang yang dicurigai melakukan penjarahan yang berada di dalam kendaraan lain, yang mengakibatkan kematian para tersangka.

Pejabat Hamas mengatakan bahwa kekuatan tersebut menunjukkan bahwa pemerintahan kelompok tersebut di Gaza terus berlanjut.

“Hamas sebagai sebuah gerakan tetap ada, terlepas dari suka atau tidak suka. Hamas sebagai sebuah pemerintahan juga masih ada, tidak sekuat dulu, namun tetap ada dan para anggotanya berusaha melayani rakyat di mana pun di daerah-daerah pengungsian,” katanya.*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *