Pembunuhan Komandan Hizbullah di Beirut Memicu Kekhawatiran Terhadap Stabilitas Wilayah
Pembunuhan Komandan Hizbullah Haitham Ali al-Tabatabai dan empat rekan-rekannya menjadi peristiwa yang memicu kekhawatiran besar terhadap stabilitas wilayah Timur Tengah. Dalam pidatonya, Sekretaris Jenderal Hizbullah Sheikh Naim Qassem menyebut tindakan tersebut sebagai “tindakan agresi yang terang-terangan dan kejahatan keji”. Ia menegaskan bahwa Hizbullah memiliki hak untuk merespons dan akan menentukan waktunya sendiri.
Upacara peringatan syahid pemimpin tersebut dilakukan dalam rangka menghormati kematian al-Tabatabai dan empat rekannya. Dalam pidatonya, Qassem menyatakan bahwa “tujuan pembunuhan belum dan tidak akan tercapai, dan kami akan terus menempuh jalan yang sama.”
Serangan udara yang dilancarkan oleh Israel pada 23 November terhadap sebuah bangunan tempat tinggal di Pinggiran Selatan Beirut menyebabkan kematian al-Tabatabai dan empat rekan-rekannya. Pernyataan Qassem menunjukkan bahwa pihaknya akan menanggapi pembunuhan tersebut pada waktu yang tepat, sambil meminta pemerintah Lebanon untuk mengembangkan rencana menghadapi ancaman dari Israel.
“Kami memiliki hak untuk menanggapinya, dan kami akan menentukan waktunya,” ujarnya dalam pidato yang disiarkan melalui televisi. Ia juga menyampaikan bahwa adanya infiltrasi dan agen mata-mata Israel turut berkontribusi dalam memberikan informasi yang diinginkan musuh Israel.
Sumber keamanan Lebanon mengonfirmasi bahwa al-Tabatabai adalah komandan militer Hizbullah setelah Fouad Shukr, yang dibunuh tahun lalu. Lahir pada tahun 1968, ayahnya berasal dari Iran dan ibunya dari Lebanon. Ia dibesarkan di Lebanon selatan sebelum bergabung dengan Hizbullah di masa mudanya.
Nama al-Tabatabai pertama kali muncul di media pada tahun 2015 setelah ia selamat dari upaya pembunuhan Israel di kota Quneitra, Suriah. Pembunuhan ini terjadi di tengah serangan berulang yang dilakukan Israel, khususnya di Lebanon selatan. Israel menegaskan bahwa mereka tidak akan membiarkan Hizbullah membangun kembali kemampuan militernya, terlebih dengan meningkatnya tekanan Amerika terhadap tentara Lebanon untuk mempercepat pelucutan senjata partai tersebut sesuai dengan perjanjian gencatan senjata.
Qassem menekankan bahwa Hizbullah tidak akan tunduk pada rencana pelucutan senjata. “Senjata kami menghalangi proyek Israel, dan siapa pun yang berupaya melucuti senjata [perlawanan] sedang berada di tangan Israel.”

Konflik Israel-Hizbullah dalam Angka
Konflik antara Israel dan Hizbullah telah menjadi salah satu isu utama di kawasan Timur Tengah. Berikut beberapa angka penting terkait konflik ini:
- Jumlah korban: Sejak awal konflik, jumlah korban jiwa dari kedua belah pihak terus bertambah.
- Serangan udara: Israel sering menggunakan serangan udara untuk menargetkan posisi Hizbullah.
- Pembunuhan tokoh: Beberapa tokoh penting Hizbullah telah menjadi korban pembunuhan, termasuk al-Tabatabai.
- Perjanjian gencatan senjata: Ada beberapa perjanjian gencatan senjata yang diteken, namun konflik tetap berlangsung.
Dengan situasi seperti ini, stabilitas wilayah semakin dipertanyakan. Masyarakat internasional mulai khawatir akan dampak dari konflik yang terus berlangsung.







