InfoMalangRaya.com– Perusahaan Prancis Orano mengumumkan bahwa pertambangan uranium garapannya di Niger diambil alih kendali operasionalnya oleh junta militer Niger.
Junta, yang mengambil alih kekuasaan lewat kudeta pada bulan Juli tahun lalu, berjanji akan merombak regulasi pertambangan bahan mentah oleh perusahaan-perusahaan asing.
Pada bulan Juni, pihak berwenang mencabut izin untuk menambang salah satu cadangan uranium terbesar di dunia, Imouraren – yang diperkirakan mengandung sekitar 200.000 ton uranium. Niger merupakan produsen uranium terbesar ketujuh di dunia.
Pada akhir Oktober, perusahaan asal Prancis itu sudah menghentikan sementara produksinya yang digarap oleh anak perusahaan lokalnya Somair, di daerah Arlit di bagian utara Niger, disebabkan kondisi operasi yang semakin sulit dan masalah finansial.
Perusahaan itu juga kesulitan untuk mengekspor uranium, sejak junta menutup perbatasan dengan Benin dengan alasan keamanan.
Orano memegang 63,4 persen saham Somair, sementara negara Niger memiliki 36,6 persen saham.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis hari Rabu (4/12/2024), perusahaan itu berkata, “Selama beberapa bulan, Orano telah memperingatkan tentang gangguan yang dialami kelompok usaha ini dalam pengelolaan Somair. Keputusan yang diambil pada rapat dewan perusahaan tidak lagi diterapkan dan, sebagai akibatnya, Orano hari ini mengonfirmasi bahwa otoritas Niger sudah mengambil alih kendali operasional.
“Sebanyak total 1.150 ton konsentrat uranium dari stok tahun 2023 dan 2024 – setara hampir setengah produksi tahunan di Arlit – diblokir sehingga tidak bisa diekspor, kata Orano. Stok itu bernilai sekitar €200 juta.
Tindakan junta ini diambil seiring dengan perubahan pertemanan Niamey dari yang selama ini berhubungan erat dengan negara bekas penjajahnya, Prancis, beralih ke Rusia dan Iran.
Bulan lalu, Menteri Pertambangan Niger Ousmane Abarchi mengundang perusahaan-perusahaan Rusia untuk berinvestasi di pertambangan uranium dan mineral lainnya.*