Infomalangraya.com –
Share
Tweet
Share
Share
Email
Menunaikan ibadah haji merupakan salah satu dari 5 rukun islam yang wajib dilakukan oleh setiap umat muslim yang memiliki kemampuan untuk mengerjakannya.
Kemampuan yang dimaksud bukan hanya soal harta atau materi, namun kesanggupan lahir dan batin supaya tercapai ibadah yang khusuk selama di Tanah Suci, Mekkah.
Dalam menunaikannya pun tidak bisa dilakukan dengan sembarangan cara. Ada tata-tata cara ibadah haji yang harus Kamu pahami sebelum Kamu pergi untuk menunaikan rukun Islam ke-5 ini.
Nah, kira-kira bagaimana tata cara ibadah haji yang tepat dan sesuai dengan syariat Islam? Berikut, TipsPintar telah merangkumnya untuk Kamu!
Tata Cara Ibadah Haji Sesuai Syariat Islam
Mampu melaksanakan ibadah haji di Tanah Suci Mekkah merupakan impian semua umat muslim di seluruh dunia. Jadi tidak heran selain mencari travel haji yang terpercaya, banyak sekali kaum muslimin dan muslimat yang mencari tahu terlebih dahulu seperti apa tata cara pelaksanaan ibadah haji yang sesuai dengan syariat Islam.
Berbeda dengan tata cara melakukan umroh, berikut ini tata cara melakukan ibadah haji yang harus Kamu pelajari:
1. Melakukan Ihram
Ihram
Urutan pertama dalam tata cara ibadah haji, adalah dengan melakukan ihram. Hal ini wajib dilakukan bagi setiap jamaah haji sejak Miqat. Jarak Miqat sendiri biasanya sudah ditentukan oleh pihak yang berwenang berdasarkan tempat tinggal jamaah.
Nah, ketika melaksanakan ihram, jamaah laki-laki diharuskan menggunakan kain yang tidak dijahit dan disunnahkan untuk berwarna putih. Sedangkan bagi jamaah perempuan harus menggunakan pakaian yang menutup aurat, namun tidak boleh menggunakan cadar.
Lalu, sebelum melakukan ihram, jamaah haji disunnahkan untuk mandi dan berwudhu terlebih dahulu. Bukan hanya itu, jamaah juga disunnahkan untuk memotong kuku, kumis, bulu ketiak, dan juga bulu kemaluan. Ihram ini dapat dilakukan sejak bulan syawal hinggal tanggal 9 bulan Dzulhijah.
Selama berihram, ada beberapa larangan atau hal-hal yang harus Kamu hindari sebagai jamaah haji. Larangan tersebut, di antaranya:
Berjima dengan sengaja
Memburu hewan atau burung
Membawa senjata
Jika melanggar salah satu dari larangan tersebut, bisa membatalkan ibadah haji atau dianggap tidak sah!
2. Wukuf di Padang Arafah
Wukuf
Tata cara ibadah haji berikutnya adalah dengan melakukan wukuf di Padang Arafah. Ketika berada di Padang Arafah tersebut, seluruh jamaah akan diajak berdzikir dan berdoa untuk memohon ampunan kepada Allah terhadap segala dosa-dosanya.
Wukuf sendiri berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti “berdia diri”. Lalu untuk Arafah sendiri merupakan sebuah gunung tempat di mana Nabi menyampaikan khutbah terakhir kali untuk para umatnya. Wukuf dapat dilaksanakan setelah matahari tergenlincir pada tanggal 9 Dzulhijjah.
Nah, ketika melakukan wukuf di Padang Arafah., jamaah haji disunnah untuk lebih banyak berdzikir. Selain itu, para jamaah juga dianjurkan untuk melakukan sholat jamak taqdim qashar dan banyak menghadap kiblat.
Di sini Kamu bisa manfaatkan momen untuk dapat banyak-banyak memanjatkan doa. Kamu pun perlu tahu, bahwa wukuf merupakan salah satu hal yang membedakan antara ibadah haji dan juga ibadah umrah.
Karena, orang yang melakukan umrah hanya akan melakukan ihram, thawaf, sa’i, dan juga tahallul setelah itu selesai.
3. Melakukan Thawaf Ifadah
Thawaf Ifadah
Urutan ketiga dalam tata cara pelaksanaan haji dan tidak boleh sampai dilewatkan, adalah melakukan thawaf ifadah. Selama melakukan proses ini, jamaah harus berada di Masjidil Haram dan berkeliling Ka’bah sebanyak 7 kali. Dan selama mengelilingi Ka’bah, jamaah harus terus melafalkan bacaan talbiyah.
Bagi jamaah laki-laki, dianjurkan untuk mengeluarkan suara yang nyaring dan terdengar jelas pada saat melakukan thawaf ifadah. Sedangkan bagi jamaah perempuan sebaliknya, yaitu melafalkan bacaah talbiyah dengan suara pelan atau tidak terlalu nyaring.
Thawaf sendiri sebaiknya dimulai dari sebelah kiri Ka’bah. Beberapa syarat yang harus dipenuhi jamaah saat berthawaf adalah dengan menutup aurat dengan sempurna, bersih dari hadas besar atau kecil, dan harus berwudhu terlebih dahulu.
Nah, jika wudhu batal saat tengah berthawaf, maka jamaah tersebut harus segera kembali mensucikan diri. Setelah itu dapat meneruskan hitungan memutari Ka’bah yang telah dilakukan sebelumnya. Jika sudah selesai, jamaah disunnahkan untuk sholat sunnah thawaf.
4. Melaksanakan Sa’i di Bukit Shafa dan Marwah
Sa’i
Agar haji sah, jamaah harus mengikuti beberapa langkah, termasuk sa’i. Sa’i adalah salah satu rukun haji yang penting. Dalam bahasa Arab, sa’i berarti berlari atau berusaha.
Saat melakukan sa’i, jamaah laki-laki dianjurkan berlari kecil antara Bukit Shafa dan Bukit Marwah. Untuk jamaah perempuan, tidak perlu berlari kecil, tetapi cukup berjalan cepat dengan hati-hati agar tidak tersandung pakaian.
Bagi jamaah yang tidak bisa berlari kecil atau berjalan, sa’i bisa dilakukan dengan kursi roda. Jika memungkinkan, jamaah sebaiknya berjalan atau berlari kecil hingga ke puncak bukit, tetapi jika tidak bisa, cukup sampai kaki bukit.
Sejarah sa’i sendiri berasal dari kisah Siti Hajar yang berlari mencari air saat Nabi Ismail kehausan. Siti Hajar berlari antara Bukit Shafa dan Marwah berusaha menemukan air hingga akhirnya, Allah memberinya mata air zamzam.
5. Bermalam di Muzdalifah
Istirahat di Muzdalifah
Tata cara haji berikutnya yang tidak boleh dilewati oleh para jamaah adalah dengan bermalam atau menginap di Muzdalifah. Bagi Kamu yang mau berangkat haji, perlu diketahui bahwa Muzdalifah merupakan sebuah kawasan terbuka yang ada di antara Kota Mekkah dan Mina Arab Saudi.
Mabit di Muzdalifah ini harus dilakukan bagi setiap jamaah haji setelah melakukan wukuf di Padang Arafah. Nah, saat berada di Muzdalifah sendiri, jamaaf tidak hanya beristirahat untuk melakukan rangkaian ibadah selanjutnya. Tapi di sana, mereka harus mengumpulka batu-batu kerikil.
Batu-batu tersebut akan digunakan untuk rangkaian ibadah haji berikutnya, yaitu melempar jumrah. Biasanya, jamaah akan bergerak menuju Muzdalifah ketika menjelang maghrib. Kegiatan ini dilakukan hingga tengah malam atau sampai keesokan harinya.
Selain beristirahat sambil mengumpulkan batu-batu kerikil. Jamaah yang tengah berada di Muzdalifah bisa mengisi kekosongan waktu dengan cara berdzikir, bertaubat, dan berdoa kepada Allah SWT.
6. Melempar Jumrah
Melempar Jumrah
Setelah menghabiskan waktu satu malam di Muzdalifah, maka jamaah akan melanjutkan rangkaian ibadah mereka dengan melempar jumrah di Aqabah.
Aktivitas ini sendiri membutuhkan batu-batu kerikil yang sebelumnya telah dikumpulkan oleh para jamaah saat beristirahat di Muzdalifah. Nah, ketika jamaah melakukan lempar jumrah, jamaah harus senantiasa membaca takbir hingga selesai melempar batu kerikil sebanyak 7 kali.
Perlu diingat, bahwa proses pelemparan jumrah ini tidak boleh dilakukan dalam sekali lemparan atau sekaligus dengan jumlah yang banyak. Jadi, jamaah harus melakukannya satu persatu.
7. Memotong Rambut
Memotong Rambut
Jika jamaah telah menyelesaikan proses lempar jumrah, berikutnya jamaah harus melakukan tahallul awal. Tahallul awal ini adalah agenda memotong rambut setidaknya 3 helai. Hal ini berlaku bagi jamaah haji baik laki-laki maupun perempuan.
Proses pemotongan rambut ini hanya boleh dilakukan oleh jamaah haji yang sudah menyeselaikan thawaf ifadhah dan juga melempar jumrah. Jadi dengan melakukan tahallul awal ini, berarti seluruh larangan yang tidak dibolehkan setelah ihram sudah tidak berlaku lagi.
Namun, masih ada 1 larangan yang tidak boleh dilakukan meski jamaah telah melakukan tahallul awal ini. Yaitu, larangan bagi suami istri untuk tidak berjima atau berhubungan suami istri dan berbagai hal yang mengarah pada aktivitas serupa.
8. Melempar Tiga Jumrah
Melempar 3 Jumrah
Kegiatan melempar jumrah biasanya dilakukan pada tanggal 11-13 bulan Dzulhijah. Tanggal 11-12 disebut Naffar Awwal, dan tanggal 13 disebut Nafar Tsani. Ketika melempar jumrah di Aqabah, jamaah haji harus melemparkan tujuh batu kerikil yang sudah disiapkan sebelumnya.
Ada tiga tiang atau jumrah yang harus dilempari batu kerikil: Jumrah Ula, Jumrah Wusta, dan Jumrah Aqabah. Jumrah Ula terletak dekat Haratullisan, Jumrah Wusta berada di antara Jumrah Ula dan Aqabah, dan Jumrah Aqabah terletak di perbatasan Mina dan Mekkah.
Melempar jumrah mengandung pesan untuk melawan iblis dan godaannya. Jamaah haji harus melempar jumrah secara berurutan dan tidak boleh terbalik. Jika terbalik, jamaah harus mengulang dari awal.
Hal penting yang perlu diketahui jamaah adalah batu yang digunakan harus kerikil, bukan jenis batu lain. Jika ada jamaah yang sakit, kegiatan ini bisa diwakilkan.
9. Menginap di Mina
Istirahat di Mina
Selain menginap di Muzdalifah, jamaah haji juga diharuskan untuk menginap atau bermalam di Mina. Jamaah dapat menginap di Mina pada tanggal 11-13 bulan Dzulhijjah setelah melaksanakan lempar jumrah. Nah, Mina sendiri merupakan sebuah lembah yang ada di dekat mekkah.
Jarak Mina dari Kota Mekkah itu sekitar 5 kilometer dan di kawasan ini terdapat banyak sekali tenda jamaah yang sedang bermalam. Maka dari itu, kawasan Mina ini pun sering disebut sebagai kota tenda.
Tata cara ibadah haji dengan bermalam di Mina ini pun dibagi menjadi 2 jenis, yaitu nafar awwal dan nafar tsani. Nafar awwal adalah kegiatan menginap di Mina selama 2 hari, sedangkan untuk nafar tsani itu menginap selama 3 hari.
10. Melakukan Thawaf Wada
Thawaf Wada
Thawaf wada atau thawaf perpisahan menjadi salah satu bagian dari tahap akhir rangkaian ibadah haji.
Thawaf wada akan dilakukan ketika jamaah haji hendak meninggalkan Kota Mekkah. Setelah melakukan thawaf wada ini, maka para jamaah tidak diperbolehkan kembali untuk menginap di hotel. Mereka harus segera pergi meninggalkan kota Mekkah secepatnya.
Jadi, jamaah hanya diperbolehkan untuk sekedar menunggu bus, pergi ke toilet, atau bersiap untuk pergi ke tempat lainnya. Yang terpenting, adalah tidak kembali ke Mekkah.
Keutamaan dari thawaf wada sendiri adalah mendapat pahala sama seperti memerdakan budak dari Bani Ismail. Setiap ucapan yang disampaikan pada saat thawaf wada setara dengan 10 kali lipa kebaikan. Niscaya, Malaikat pun juga akan ikut mendoakan setiap hal yang Kita panjatkan dalam doa-doa tersebut.
11. Tahallul Akhir
Tahallul Akhir
Urutan dari tata cara haji yang paling akhir, adalah dengan melakukan tahallul akhir atau tahallul tsani. Kegiatan ini hanya boleh dilakukan ketika seluruh rangkaian ibadah haji sudah diselesaikan oleh jamaah. Setelah melakukan tahallul akhir, maka seluruh larangan ihram pun sudah berakhir.
Berbeda dengan tahallul awal, setelah tahallul akhir, semua larangan ihram tidak lagi berlaku. Pasangan suami istri juga sudah diperbolehkan berhubungan suami istri dan ini tidak akan membatalkan haji.
Secara sederhana, jamaah haji boleh melakukan tahallul akhir setelah melaksanakan semua rukun haji. Jika tahallul tsani dilakukan sebelum menyelesaikan rukun haji, maka ibadah hajinya akan dianggap batal atau tidak sah.
Nah, itu lah beberapa tata cara ibadah haji yang harus Kamu pahami sebelum memutuskan untuk pergi berangkat haji.
Catatan!
Jika Kamu masih bingung dalam memilih travel haji yang tepat, Kami menyarankan Kamu untuk memilih agen travel haji plus dari Alhijaz Indowisata, dimana terdapat layanan konsultasi via WhatsApp untuk mendaftar haji plus.
Selain itu, hati-hati dalam memilih travel haji plus, jangan mudah tergiur dengan agen travel haji plus yang menawarkan harga murah dibandingkan dengan agen travel lainnya. Makanya kami menyarankan kamu untuk memilih travel Alhijaz Indowisata yang sudah memiliki izin resmi dari Kemenag.
Jangan lupa untuk like, comment, dan share artikel ini ke kerabatmu yang juga akan melakukan persiapan untuk pergi haji ya!
Artikel Menarik Lainnya!
Jangan lupa untuk LIKE kita di Facebook, Follow Twitter dan Instagram TipsPintar.com. Ditambah lagi, biar gak ketinggalan video-video menarik dari kita, jangan lupa Subcribe YouTube Channel TipsPintar.com