Oleh: Muhammad Umar Faqih Billah
InfoMalangRaya.com – KH Hasyim Asyári, seorang tokoh yang cukup terkenal di indonesia. Dengan berbagai kiprahnya membangun keilmuan dan juga perannnya dalam perjuangan melawan penjajah belanda dengan fatwa jihadnya yang terkenal.
Beliau bukan hanya sesosok ulama terkenal, akan tetapi beliau memiliki banyak peran dan pemikiran yang jarang dibahas di Indonesia.
Sebagaimana yang kita kenal, beliau adalah seorang kyai dan pendiri dari organisasi Nadhlatul Ulama (NU) yang berasal dari Jawa Timur. Sejak berusia 15 tahun, beliau mengembara menimba ilmu ke berbagai pesantren, di antaranya yaitu Pondok Pesantren Wonokoyo Probolinggo, Pondok Pesantren Langitan di Tuban, Pondok Pesantren Kademengan di Bangkalan, Pondok Pesantren Siwalanpanji di Sidoarjo, dan Pondok Pesantren Trenggilis di Semarang.
Di pesantren-pesantren itu, beliau bertemu dengan sejumlah orang yang akhirnya menjadi ulama seperti KH Soleh Darat. Sementara saat menempuh pendidikan di Makkah, beliau juga bertemu dengan ulama nusantara lain seperti Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi, Syekh Mahfudz Tremas, dan lain-lain.
Beliau memiliki keilmuan yang cukup tinggi salah satunya di bidang ilmu hadits, hal tersebut dapat kita lihat dari karya-karyanya yang banyak menggunakan hadits atau pun membahas tentang masalah hadits itu sendiri.
Diantara kitab-kitabnya ada yang beliau tulis dengan menggunakan bahasa arab dan bahasa jawa menggunakan huruf pegon. Juga, beliau dikenal dengan cara dakwah beliau yang cukup unik dan juga bagaimana beliau mengajarkan bahasa asing yang pada saat itu jarang dibahas di pondok pesantrennya.
Pondok pesantrennya pun merupakan suatu keunikan tersendiri sebab dibangun di tengah kawasan yang penuh dengan kerusakan hingga akhirnya beliau bisa mengislamkan daerah tersebut
Namun, ada satu hal yang bisa kita ambil dan juga kita teladani dari beliau. Yaitu dalam permasalahan adab. Jarang sekali kita melihat KH Hasyim Asy’ari dari sisi adab. Banyak dari kita lebih melihat dari fatwa jihadnya atau keilmuan haditsnya atau melihat dari perkembangan pesantren tebuireng yang mana ia dirikan. Tetapi, gagasan beliau tentang adab sebagaimana ditulis dalam kitabnya Adabul Alim wal Muta’allim mesti juga mendapat perhatian serius.
KH Hasyim Asy’ari sendiri merupakan seseorang yang memiliki adab tinggi entah itu kepada muridnya atau gurunya ketika dulu ia masih belajar bersama gurunya, saat itu gurunya kehilangan sebuah cincin yang sangat disayanginya di dalam jamban kemudian KH Hasyim Asy’ari mencari cincin itu sampai ketemu. Tidak peduli bajunya kotor dan walaupun gurunya telah mengatakan tidak usah.
KH Hasyim Asy’ari sendiri menulis suatu kitab tentang adab yang sangat terkenal yang membahas tentang adab yaitu Adabul Alim wal Muta’alim. Yang mana kitab tersebut didalamnya terkandung adab-adab murid terhadap guru, adab guru terhadap murid dan adab seorang pelajar yang mana didalamnya dapat disimpulkan dan diambil berbagai adab-adab yang penting untuk diamalkan.
Dalam penulisan kitab Adabul Alim wal Muta’alim, KH Hasyim Asy’ari terinspirasi oleh kitab Tadzkiratus Sami’ wal Mutakallim karya Ibn Jamaah yang mana juga membahas adab-adab seputar ilmu atau pencari ilmu dan pengajar ilmu. Jika kita lihat pun kedua kitab tersebut memiliki cara penulisan yang mirip dan juga sistematika yang mirip
Kitab Adabul Alim Wal Muta’alim ini sendiri di dalamnya berisi delapan bab penting. Yang dimulai dengan bab pertama yang membahas tentang keutamaan Ilmu atau fadillah Ilmu. Di dalam bab tersebut dijelaskan bagaimana cara menjadi orang yang ahli ilmu, keutamaan diskusi atau musyawarah ilmiah atau keilmuan, serta kriteria ulama yang ikhlas.
Dalam bab kedua dari kitab tersebut, KH Hasyim Asy’ari menjelaskan adab, etika, atau akhlak seorang santri atau pelajar atau murid kepada dirinya sendiri. Pada bab ketiga, beliau membahas tentang akhlak seorang murid terhadap gurunya. Dan pada bab keempat beliau membahas tentang akhlak santri terhadap pelajarannya sendiri.
Dimulai pada bab kelima, beliau mulai membahas tentang adab seorang guru yaitu membahas tentang akhlak seorang guru terhadap dirinya sendiri, seperti bertindak atau berperilaku sesuai sunah Nabi, zuhud, dan semangat dalam mengajar.
Kemudian bab keenamnya membahas tentang akhlak guru saat mengajar, seperti perilaku guru terhadap murid atau santrinya, serta tata krama seorang guru saat mengajar. Yang kemudian dilanjutkan di bab keenam yang membahas membahas tentang akhlak guru ketika sedang bersama muridnya, seperti keseriusan guru dalam mengajar dan keadilan guru yang merata kepada muridnya. Kemudian terakhir bab keenam ini menjadi suatu bab yang bisa diamalkan oleh guru ataupun murid, yang mana bab keenam tersebut membahas tentang adab murid dengan buku-bukunya.
Kitab ini menjadi sangat penting dan juga memiliki peran penting dalam memberikan adab-adab yang bisa diteladani sebab bisa menjadi evaluasi bersama bagi orang-orang yang mempelajari kitab ini dan juga yang mengajarkannya. Sebab pagi murid, mereka harus meneladani adab-adab murid yang tersebut dalam kitab tersebut dan sebagai guru pun juga mesti mengamalkan adab-adab guru yang tertulis di kitab tersebut. Dan murid dapat mengoreksi gurunya apabila ada dari perbuatan gurunya yang menyalahi adab-adab seorang guru juga itu menjadi persiapan bagi si murid untuk menjadi pengajar di kemudian harinya
Hal ini menunjukkan bahwa KH Hasyim As’yari merupakan seseorang yang mementingkan adab dalam menuntut ilmu sebab seorang alim yang tidak beradab itu ilmunya dapat menjadi ilmu yang mudharat. Dan darisinilah kita juga bisa mengambil pemikiran-pemikiran beliau tentang adab. Dari sini pula kita dapat mengambil kesimpulan bahwa KH HAsyim Asy’ari bukan hanya seorang pendiri pesantren dan seorang yang pakar dalam hadits tetapi juga merupakan seorang guru adab yang hebat yang layak menjadi teladan kita semua.
Penulis Mahasiswa Attaqwa College Depok