Konsep ta‘dîb yang dikembangkan Syed M Naquib al-Attas menawarkan pendekatan holistik dalam pendidikan Islam, termasuk merangkum esensi tarbiyah dan ta‘lîm
Oleh: Alvin Qodri Lazuardy
InfoMalangRaya.com | PENEIDIKAN Islam merupakan salah satu bidang yang selalu menjadi objek kajian mendalam, terutama dalam upaya memahami hakikat ilmu, pembentukan karakter, dan peradaban manusia.
Di antara pemikir Muslim kontemporer yang memberikan kontribusi besar dalam diskursus pendidikan Islam adalah Syed Muhammad Naquib al-Attas. Salah satu gagasannya yang paling menonjol adalah konsep ta’dîb, yang ia ajukan sebagai istilah yang lebih tepat untuk menggambarkan pendidikan dalam Islam dibandingkan dengan konsep tarbiyah dan ta’lîm yang sering digunakan secara bersamaan.
Dalam pemikiran al-Attas, ta’dîb mencakup elemen-elemen utama pendidikan, yaitu ilmu (‘ilm), pengajaran (ta‘lîm), dan pembentukan karakter atau akhlak yang baik (tarbiyah).
Oleh karena itu, menurutnya, pendidikan dalam Islam tidak perlu dijelaskan sebagai kombinasi dari tarbiyah, ta‘lîm, dan ta‘dîb, karena ta‘dîb sendiri telah merangkum esensi dari ketiganya. Esai ini akan mengupas konsep ta‘dîb dalam pemikiran al-Attas, mencermati landasan filosofisnya, aspek-aspek yang terkandung di dalamnya, serta implikasinya terhadap sistem pendidikan Islam saat ini.
Landasan Filosofis Ta’dîb
Al-Attas menempatkan ta‘dîb sebagai konsep fundamental dalam pendidikan Islam karena ia melihat pendidikan sebagai proses pemberian adab kepada manusia.
Dalam pengertian ini, ta‘dîb bukan sekadar transfer ilmu atau pembelajaran keterampilan, tetapi lebih kepada pembentukan manusia yang beradab sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Secara etimologis, ta‘dîb berasal dari kata adab, yang dalam Islam tidak hanya merujuk pada kesopanan atau tata krama, tetapi juga mencakup disiplin intelektual dan moral yang diperlukan untuk memahami dan mengamalkan ilmu dengan benar.
Al-Attas mendefinisikan ta‘dîb sebagai “proses pengenalan dan pengakuan akan tempat segala sesuatu dalam tatanan wujud yang tepat, sehingga menghasilkan tindakan dan perilaku yang sesuai dengan kebijaksanaan dan keadilan.”
Dengan kata lain, ta‘dîb adalah pendidikan yang membimbing manusia untuk memahami posisinya dalam kehidupan dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Pemikiran ini berakar pada konsep Islam tentang ilmu, yang dalam pandangan al-Attas tidak bersifat netral, tetapi selalu mengandung nilai. Ilmu dalam Islam harus mengarah kepada pengenalan terhadap Allah (ma‘rifatullah) dan membawa manusia menuju kehidupan yang lebih beradab.
Oleh karena itu, pendidikan Islam dalam kerangka ta‘dîb bertujuan untuk menanamkan adab yang benar dalam diri individu sehingga mereka dapat menjalankan peran mereka sebagai khalifah di muka bumi dengan penuh kesadaran akan tanggung jawab spiritual dan sosial.
Empat Aspek Utama dalam Ta’dîb
Al-Attas merinci empat aspek utama dalam ta‘dîb yang menjadikannya konsep yang holistik dalam pendidikan Islam:
Proses penyempurnaan manusia secara bertahap (al-tarbiyah)
Dalam konsep ta‘dîb, unsur tarbiyah tetap ada sebagai bagian dari proses pendidikan. Tarbiyah mengacu pada pengembangan manusia secara bertahap menuju kesempurnaan, baik dari segi intelektual, emosional, maupun spiritual.
Dalam Islam, manusia dianggap sebagai makhluk yang dapat berkembang menuju kedekatan dengan Allah melalui ilmu dan amal. Oleh karena itu, pendidikan dalam Islam tidak hanya bertujuan mencetak individu yang cerdas, tetapi juga yang memiliki kesadaran spiritual yang tinggi.
Pengajaran dan pembelajaran (al-ta‘lîm wa al-ta‘allum)
Pendidikan Islam dalam konsep ta‘dîb juga mencakup ta‘lîm, yaitu proses pengajaran dan pembelajaran yang melibatkan aspek kognitif dan intelektual.
Al-Attas menekankan bahwa ilmu harus diajarkan dengan metode yang sesuai agar dapat dipahami dan diamalkan dengan baik.
Dalam Islam, ilmu bukan sekadar informasi, tetapi merupakan amanah yang harus digunakan untuk kebaikan dan kemajuan peradaban. Oleh karena itu, dalam proses ta‘dîb, ilmu harus diajarkan dengan pemahaman bahwa ia memiliki dimensi spiritual dan moral yang tidak boleh diabaikan.
Disiplin Diri (riyâdhah al-nafs)
Salah satu elemen penting dalam ta‘dîb adalah riyâdhah al-nafs, yaitu disiplin diri yang mencakup jasad, ruh, dan akal. Al-Attas menekankan bahwa pendidikan yang baik harus melatih individu untuk mengendalikan diri dan mengarahkan dirinya kepada hal-hal yang benar.
Dalam Islam, disiplin diri ini mencakup pengendalian hawa nafsu, pengembangan kebiasaan baik, serta kesungguhan dalam menuntut ilmu dan mengamalkannya.
Disiplin diri dalam ta‘dîb tidak hanya berorientasi pada aspek individu, tetapi juga sosial. Seorang individu yang telah dididik dengan ta‘dîb diharapkan dapat berkontribusi pada masyarakat dengan menjadi manusia yang bertanggung jawab dan memiliki integritas.
Penyucian dan pemurnian akhlak (tadbîb al-akhlâq)
Aspek terakhir dalam ta‘dîb adalah penyucian dan pemurnian akhlak. Pendidikan dalam Islam harus menghasilkan individu yang memiliki karakter yang luhur dan mampu bertindak sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Al-Attas menegaskan bahwa pendidikan yang tidak berorientasi pada pembentukan akhlak hanya akan menghasilkan manusia yang cerdas tetapi tidak memiliki moralitas yang baik.
Akhlak dalam konsep ta‘dîb bukan sekadar perilaku baik yang diajarkan secara formal, tetapi merupakan hasil dari pemahaman yang mendalam terhadap ilmu dan nilai-nilai Islam.
Oleh karena itu, pendidikan Islam harus menanamkan kesadaran moral dalam setiap aspek kehidupan individu agar mereka dapat menjalankan perannya sebagai manusia yang beradab.
Implikasi konsep ta’dîb terhadap pendidikan Islam
Konsep ta‘dîb yang dikembangkan oleh al-Attas memiliki implikasi yang signifikan terhadap sistem pendidikan Islam. Beberapa di antaranya adalah:
Pertama, pendidikan Islam harus berorientasi pada pembentukan manusia yang beradab. Pendidikan tidak boleh hanya berfokus pada aspek kognitif, tetapi juga harus mencakup pengembangan karakter dan moralitas.
Kedua, ilmu dalam Islam harus diajarkan dengan kesadaran akan nilai-nilai spiritual dan moralnya. Pendidikan tidak boleh sekadar mengajarkan fakta, tetapi harus membentuk cara berpikir yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Ketiga, pendidikan Islam harus mengintegrasikan disiplin diri dan pengendalian nafsu sebagai bagian dari proses pembelajaran. Seorang pelajar tidak hanya diajarkan ilmu, tetapi juga dilatih untuk memiliki ketahanan moral dan spiritual.
Keempat, institusi pendidikan Islam harus menekankan pentingnya pemurnian akhlak dalam kurikulum dan metodologi pembelajaran. Akhlak harus menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari seluruh proses pendidikan.
Kesimpulan
Konsep ta‘dîb yang dikembangkan oleh Syed Muhammad Naquib al-Attas menawarkan pendekatan yang holistik dalam pendidikan Islam. Dengan menempatkan ta‘dîb sebagai konsep utama dalam pendidikan, al-Attas menekankan bahwa pendidikan bukan sekadar transfer ilmu, tetapi merupakan proses pembentukan manusia yang beradab.
Melalui empat aspek utama dalam ta‘dîb—tarbiyah, ta‘lîm, riyâdhah al-nafs, dan tadbîb al-akhlâq—al-Attas memberikan gambaran tentang bagaimana pendidikan Islam seharusnya dijalankan.
Dengan memahami dan mengimplementasikan konsep ta‘dîb, diharapkan sistem pendidikan Islam dapat melahirkan individu yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki akhlak dan kesadaran spiritual yang tinggi.*
Staf Pengasuh Pondok Pesantren Muhammadiyah Ahmad Dahlan, Founder Majelis Budaya Islam
Sumber:
Syed Muhammad Naquib Al Attas, The Concept of Education in Islam(Kuala Lumpur: ISTAC, 1999)
Asma Mohd Arshad, _Konsep Ta’dib: Teras Falsafah Pendidikan Islam, dalam Adab dan Peradaban, Karya Pengi’tarafan untuk Syed Muhammad Naquib Al Attas
Muhammad Ardiansyah, Konsep Adab Syed Muhammad Naquib Al Attas dan Aplikasinya di Perguruan Tinggi, ATCO-Depok