Infomalangraya.com –
DERU ombak di Pantai Lamalera bergema bersama alunan suara para nelayan Lamalera menyambut Penjabat Bupati Lembata Marsianus Jawa dan rombongan. Langit yang mendung hanya mendapati sedikit terik matahari di hari Rabu (15/2). Suasana itu melebur dengan suka cita warga Kampung Lamalera yang merayakan Festival Leva Alep.
Di pintu gapura, Marsianus Jawa dan rombongan tiba dari Lewoleba. Kedatangan Lamava Lembata ini disambut hangat dengan seremonial adat. Ia disambut dengan tarian adat yang yang ditampilkan anak-anak muda Lamalera.
Penjabat Bupati Lembata ini lalu memotong pita dengan parang, meneguk secangkir tuak dan membakar sebatang rokok. Kemudian masyarakat kampung mengantar Penjabat Bupati Lembata bersama rombongan ke rumah besar Bataona diiringi lagu Lian Kenata.
Tarian diiringi lagu Lian Kenata memiliki makna mendalam bagi masyarakat kampung Lamalera. Lagu ini disenandungkan artinya masyarakat menerima pemimpin mereka yang turun melihat kehidupan masyarakat nelayan Lamalera.
Tiba di rumah besar Bataona, Penjabat Bupati Lembata diterima menjadi anggota keluarga dan nelayan lamalera. Menaiki anak tangga, salah satu tokoh masyarakat menyerahkan tempuling (tale kave) dan dayung (vai).
Penyerahan alat berburu ikan Paus ini sebagai tanda Marianus Jawa dinobatkan sebagai lamafa (juru tombak ikan paus) dan leva alep (nelayan tradisonal) oleh masyarakat Kampung Lamalera.
Baca juga: Akses Jalan Menuju Objek Wisata Bahari Nasional di Lembata Rusak
Setelahnya, masyarakat nelayan tradisional Levo Lamalera, Penjabat Bupati Lembata dan rombongan berdiri bersama di sepanjang bibir pantai pasir putih dan batu cadas. Mereka menyaksikan demonstrasi penangkapan ikan paus oleh para nelayan Lamalera dalam Festival Leva Alep.
Festival ini merupakan salah satu event yang digelar oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaaan, Riset dan Teknologi RI.
Marsianus Jawa menabuh gong pertanda dimulainya atraksi penangkapan ikan paus atau Festival Leva Alap ini. Tampak 11 perahu tradisional (pledang) levo didorong ke dalam laut oleh para lamafa.
Para Leva Alep bekerja sama mendorong pledang menuju laut lepas. Tak lupa mereka membawa peralatan melaut seperti tempuling. Di lautan, mereka bergotong royong mendayung pledang sambil melantukan nyanyian nelayan dipadu gemuruh ombak menjadi harmoni indah di tengah laut.
Mateus Gilo Bataona, Kepala Desa Lamalera B yang juga ketua festival, mengatakan, Leva Alep digelar untuk revitalisasi kembali budaya Leva Penete. Upaya untuk melestarikan nila-nilai budaya Leva-Penete yang melekat pada masyarakat Lamalera karena tradisi ini adalah peninggalan nenek moyang.
Kemudian, Marsianus Jawa menyampaikan terima kasih kepada panitia yang menginisiasi Festival Leva Alap. Ia mengakui dirinya belum terlalu mempelajari secara detail kegiatan ini. Tak sekadar festival yang menampilkan dorong perahu dan tikam ikan, Marianus menekankan festival ini harus menampilkan konsep yang lebih matang. Festival ini salah satu daya tarik wisatawan datang ke Kampung Lamalera.
Festival ini salah satu strategi menarik kunjungan wisatawan lebih banyak datang ke Lamalera. Tak lupa Marianus mengajak mama-mama untuk mulai menenun kain dengan motif manis khas Lamalera yakni ikan paus dan peledang.(OL-5)