InfoMalangRaya, Indonesia โ PSIS Semarang ternyata tak mudah mendapatkan pelatih Gilbert Agius dan butuh perjalanan yang panjang. Mereka melalui waktu hingga enam bulan sebelum benar-benar memilih sang pelatih.
Memang, penunjukkan Gilbert Agius sejak awal sempat diragukan publik, utamanya pendukung Mahesa Jenar. Bukan tanpa sebab, pelatih berusia 49 tahun itu menghabiskan seluruh kariernya di Malta, baik sebagai pemain atau pelatih.
Akan tetapi, keraguan itu dijawab oleh Agius sejauh ini. Dia sukses bawa PSIS Semarang tebus empat besar dengan 37 poin dari 20 laga, berselisih hanya 8 angka dari Borneo FC di puncak yang sudah mainkan 21 pertandingan.
Nah, manajemen sendiri mendapatkan pemilik 120 caps bersama timnas Malta tersebut tak mudah. โJadi begini, mengambil pelatih itu. Setelah kita bertahun-tahun kesulitan mengambil pelatih. Kita akhirnya putuskan dengan tim, teknis, manajemen, semuanya. Kami putuskan mau punya karakter seperti apa dahulu. Jadi PSIS itu mau ngapain dulu sih? Oh, tanya kita sama anak-anak development, coach Ridwan. Coach, kamu sukanya main bagaimana? Sukanya main bola dari belakang, build up gitu. Oke terus apalagi, terus semua ternyata sepakat kita punya karakter seperti ini,โ cerita CEO klub, Yoyok Sukawi.
โBaru kita nyari pelatih. Itu nggak cepat, hampir 6 bulan ya. Kami lagi ganti-ganti pelatih itu sambil mencari pelatih yang sesuai dengan filosofi kita. Ada, kemarin kandidat pelatihnya 12, di seleksi tinggal 4, akhirnya tinggal 2. Itu pun semua kita interview, tanyain dulu,โ sambung dia.
Yakin Gilbert Agius Sesuai Filosofi
Yoyok sendiri sangat yakin sang pelatih sudah sesuai dengan filosofi yang dibutuhkan. โKami ada psikolog juga. Ada orang yang tahu bisa menilai karakter juga. Ini pelatihnya bagaimana? Kayaknya diajak omong enak nih. Oke, pelatih kelas. Terus dikasih kasus, bagaimana nih kalau kita mau melatih dengan sejumlah situasi? Kalau kita melatihnya kayak gini. Ternyata dia sama nih, sama kita filosofinya,โ papar dia.
โSetelah sama, yakin, baru kita negosiasi. Kita interview asing semua. Nah, kebetulan memang coach Gilbert Agius ini karakter dan cara latihnya sama. Cara komunikasinya sama. Terus dia juga gak banyak menuntut macam-macam. Dia pakai asistan lokal pun oke. Kan asistannya lokal semua. Itu di nilai plus juga. Alhamdulillah dapet bagus ini. Mudah-mudahan cocok lah. Mencari lagi susah. Mudah-mudahan cocok terus lah,โ tutup dia.