IMR – Debat perdana Pilkada serentak 2024 Kota Batu menghadirkan lima orang panelis, yang merupakan akademisi dari perguruan tinggi terkemuka di Malang Raya.
Ke-lima panelis yang telah menyusun pertanyaan dengan tema pariwisata, pertanian, agraria dan lingkungan hidup itu diantaranya Nur Subeki, Ahmad Faidlal Rahman, Herl indah, Iwan Nurhadi dan Adi Setiawan.
Menurut panelis, sejatinya debat dilakukan untuk mendapatkan simpati publik agar bisa mendapatkan jabatan. Namun hal tersebut masih kurang tercermin di debat perdana ini.
“Saya melihat semua paslon adalah putra putri terbaik. Tentunya mereka harus memahami masalah dan problematika masalah yang ada di Kota Batu,” tutur Ketua Tim Panelis, Ahmad Faidlal Rahman.
Faid-sapaan akrabnya menilai, ketiga paslon Pilkada Kota Batu punya kekurangan di public speaking. Sehingga sebelum digelar debat berikutnya, paslon-paslon perlu mengasah public speaking.
“Dengan public speaking yang bagus, maka setiap paslon akan bisa mengirimkan pesan-pesan yang lebih baik kedepannya untuk masyarakat,” tuturnya.
Selain lemah di public speaking, panelis juga menilai paslon-paslon kurang memahami substansi dari pertanyaan. Karena itu, pihaknya berharap di debat selanjutnya, setiap paslom agar lebih memahami substansi dari sebuah pertanyaan.
“Dengan memahami substansi pertanyaan, maka apa yang ditanyakan bisa dijawab dengan baik dan terukur. Apalagi mereka adalah calon pemimpin Kota Batu, dimana mereka harus mampu memberikan solusi konkret terutama berkaitan dengan regulasi-regulasi dan program strategis ke depan. Untuk bisa mempercepat akselerasi lembang di Kota Batu,” beberapa Faid.
Lebih lanjut, panelis telah berupaya sebaik mungkin, untuk menghasilkan pertanyaan-pertanyaan yang berkualitas dalam debat terkait tema. Namun, pertanyaan yang berangkat dari tema debat dan disajikan baik tidak cukup substansi dijawab dalam debat perdana.
“Kami itu berusaha agar bisa menghasilkan pertanyaan-pertanyaan yang berkualitas dalam arti ada statement yang dikuatkan oleh data, ada statement, ada data, baru ada pertanyaan. Jadi kami berharap pertanyaan itu dijawab demikian juga, ada statement konseptualnya, lalu ada datanya kemudian jawabannya apa gitu, nah itu kurang terjadi,” ungkapnya.
Sehingga, semua substansi relatif tidak tergali dengan baik. Padahal seharusnya masing-masing calon memiliki gagasan dan pemikiran untuk bagaimana nantinya diterapkan kebijakan-kebijakannya jika terpilih. (Ananto Wibowo)