Taufan Al-Aqsha Membuka Jalan Kebangkitan Umat

InfoMalangRaya.com-–Bangkitnya gerakan pejuang di dunia Islam setelah Operasi Taufan (Badai) Al-Aqsha) menunjukkan bahwa sistem dunia yang korup telah gagal menundukkan kemauan dan aspirasi masyarakat yang merdeka.
Pernyataan terbaru pemimpin senior Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas), berbasis di Lebanon ini disampaikan kepada jaringan televisi Al Jazeera berbasis di Qatar, hari Sabtu lalu.
Usama Hamdan, mengatakan kuatnya gerakan pejuang pembebasan Palestina memberikan peluang bagi umat Islam untuk meraih kemenangan, meski menghadapi tantangan besar.
Mengambil contoh Operasi Taufan (Badai) Al-Aqsha – tepat satu tahun pada tanggal 7 Oktober –, pemimpin pejuang pembebasan Palestina tersebut yakin bahwa hal tersebut telah membuka jalan bagi kebangkitan umat.
Katanya, operasi ini telah mengungkap wajah sebenarnya dari penjajah ‘Israel’ – yang tidak lagi dipandang sebagai representasi sebuah peradaban, namun sebagai mesin kejahatan yang penuh kekerasan.
“Operasi Taufan Al-Aqsha telah mengembalikan martabat dan mengembalikan kepercayaan umat Islam terhadap kemampuan mereka untuk berjuang dan bertahan hidup, meski harus menghadapi pengorbanan yang besar,” ujarnya.
“Operasi ini juga memposisikan kembali kompas konflik dan permusuhan di kalangan masyarakat,” ujarnya.
Hamdan juga menjelaskan, operasi ini juga mengembalikan posisi jihad sebagai kewajiban mendasar dalam Islam, setelah musuh-musuh umat berusaha mencoreng citranya.
Kegagalan Zionis
Mengomentari kegagalan rezim Zionis untuk menghadapi kelompok pejuang Palestina, ia berkata, “Penjajah tidak menghadapi perlawanan, tetapi mencoba membunuh orang-orang [sipil]. Penjajah membunuh warga sipil dengan dalih menghadapi kelompok pejuang,” katanya.
Penjajah ‘Israel’ melancarkan perang genosida di Gaza 7 Oktober lalu dengan tujuan yang seharusnya “menghancurkan” kelompok perlawanan di wilayah tersebut. Namun sejauh ini, serangan militer ‘Israel’  gagal mewujudkan tujuan tersebut, meskipun telah menyebabkan lebih dari 42.100 warga Palestina syahid, sebagian besar wanita dan anak-anak.
Pejabat Hamas itu juga mengomentari gagasan Zionis tentang “hari setelah perang,” yang menurutnya Hamas berencana agar pemerintahan wilayah itu diserahkan kepada “badan-badan Palestina” yang tidak disebutkan namanya, sementara rezim diberi kendali keamanan atas wilayah pesisir itu.
“‘Hari setelah perang’ adalah istilah ‘Israel’ yang bertujuan untuk menyesatkan dan membentuk pemerintahan yang berada di bawahnya. Kami berupaya membentuk pemerintahan transisi dari pemerintah persatuan nasional atau komite untuk mengelola situasi,” kata Hamdan.
Ia menekankan kembali bahwa kebrutalan ‘Israel’ tidak akan membawa rezim ke mana pun, ia menyatakan, “Solusinya terletak pada Palestina yang mendapatkan kembali hak-hak mereka dan mendirikan negara mereka.”
Di tempat lain dalam sambutannya, ia mengatakan penjajah ‘Israel’ telah mengintensifkan fokusnya pada wilayah-wilayah yang terletak di Gaza utara, termasuk kamp pengungsi Jabalia yang telah menjadi sasaran eskalasi dan pengepungan brutal.
“Apa yang terjadi di Jalur Gaza utara adalah operasi genosida. Musuh telah mencegah pasokan makanan memasuki wilayah utara selama 10 hari,” katanya.
“Keputusan musuh adalah mengepung Jabalia dalam waktu lama untuk membuat penduduknya kelaparan dan kehausan. Apa yang terjadi di kamp Jabalia adalah kejahatan terhadap kemanusiaan.”
Usamah Hamdan juga mengatakan, kondisi para pejuang Palestina saat ini dalam kondisi baik, meski terus menerus mendapat tekanan dan serangan.
“Gaza telah melakukan tugasnya, dan para pemimpinnya telah menjadi syahid,” katanya.
Diketahui, Otoritas Kesehatan di Gaza mengonfirmasi bahwa jumlah korban syahid Palestina akibat serangan ‘Israel’ sejak 7 Oktober telah meningkat menjadi 42.227 korban yang dilaporkan, dengan tambahan 98.464 orang mengalami luka-luka. Mayoritas korban adalah perempuan dan anak-anak.*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *