Terungkap, Pria Iraq yang Ditangkap Saudi Ternyata Terduga Pelaku Pembantaian 2019

InfoMalangRaya.com – Seorang pria Iraq yang ditangkap Arab Saudi saat melaksanakan umrah ternyata merupakan terduga pelaku pembantaian di Nasiriyah yang menewaskan 20 orang dan melukai 190 orang lainnya.
Melansir The New Arab pada Selasa (08/10/2024), Arab Saudi menangkap Letnan Kolonel Omar Nizar, seorang perwira di Pasukan Reaksi Cepat Irak usai memposting video yang menunjukkan dirinya mendoakan kemenangan Palestina dan kehancuran “Israel” di depan Ka’bah.
Dalam video tersebut, Nizar turut mendoakan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah yang tewas dalam serangan udara “Israel”. Video yang lantas viral di media sosial itu diyakini sebagai alasan di balik penahanan Nizar.
Selengkapnya baca: Posting Video Mendoakan Kehancuran ‘Israel’ di Depan Ka’bah, Pria Iraq Ditangkap
Nama Nizar menjadi kontroversi di Iraq karena dugaan keterlibatannya dalam Pembantaian Jembatan Zaytoun di Nasiriyah selama demonstrasi anti-pemerintah tahun 2019.
Masyarakat Iraq marah karena kondisi hidup yang buruk akibat korupsi dan tingkat pengangguran yang tinggi kemudian memulai aksi demonstrasi pada Oktober 2019.
Demonstrasi berubah menjadi lautan darah saat pihak berwenang Iraq menghadapi demonstran dengan kekerasan. Lebih dari 600 orang terbunuh di seluruh Iraq, dengan kekerasan yang paling parah terjadi di Nasiriyah.
Pada Juni 2023, ia dijatuhi hukuman penjara seumur hidup atas perannya dalam memerintahkan pasukan keamanan untuk menembaki para pengunjuk rasa di Nasiriyah, yang menyebabkan tewasnya sekitar 20 orang dan melukai 190 orang lainnya.
Namun, hukuman seumur hidup Nizar dibatalkan oleh Pengadilan Banding Irak hanya beberapa bulan setelah dijatuhkan.
Pengadilan menemukan “tidak ada bukti yang cukup” untuk menegakkan hukuman tersebut. Hakim berdalih keraguan tentang bukti dan ketidakmampuan penggugat untuk memberikan kesaksian saksi mata terhadap Nizar, yang mengarah pada pembebasannya.
Pembantaian di Jembatan Zaytoun merupakan salah satu insiden paling mematikan selama protes tahun 2019 dan menyebabkan pengunduran diri Perdana Menteri Adel Abdul-Mahdi.
Terlepas dari kecaman internasional, termasuk dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang mengkritik “kekebalan hukum berkepanjangan” di Iraq atas serangan terhadap para pengunjuk rasa dan aktivis, hanya sedikit yang dihukum atas kematian dan luka-luka selama demonstrasi tersebut.
Penangkapan Nizar baru-baru ini di Arab Saudi kembali memicu perhatian terhadap Nizar dan perannya terhadap pembantaian Jembatan Zaytoun. Para pejabat Iraq belum memberikan komentar mengenai masalah ini.
The New Arab mencoba menghubungi Miqdad Miri, juru bicara resmi Kementerian Dalam Negeri Irak, untuk memberikan komentar, namun ia belum memberi jawaban.*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *