InfoMalangRaya.com—Dinas Intelijen Nasional Turki (MIT) berhasil menangkap 7 orangyang ditengarai bekerja untuk agen Mossad, Israel, di tengah krisis Palestina-Israel, termasuk seorang mantan pejabat polisi, yang ditahan dalam operasi gabungan hari Selasa, lapor Daily Sabah.
Bulan lalu, pihak berwenang Turki menangkap tujuh tersangka lainnya yang dituduh menjual informasi kepada Mossad dalam operasi yang dilakukan oleh MIT dan polisi Istanbul.
Operasi tersebut diikuti dengan penyelidikan lain sebelumnya yang menjaring 34 tersangka, termasuk warga negara asing yang direkrut oleh Mossad untuk memata-matai sasaran Palestina di Türkiye.
Sumber keamanan mengatakan salah satu tersangka adalah HTA, yang bekerja sebagai detektif swasta. HTA adalah mantan kepala polisi di distrik Güngören Istanbul dan seorang tokoh TV yang berbicara tentang masalah keamanan.
MIT menemukan bahwa HTA membocorkan informasi kepada Mossad untuk mendapatkan uang tunai dan informasi tersebut terkait dengan orang-orang dari negara-negara Timur Tengah dan perusahaan-perusahaan yang memiliki hubungan dengan negara-negara Timur Tengah di Türkiye.
HTA dituduh merekrut pejabat publik lainnya untuk membantunya dalam spionase untuk badan intelijen Zionis.
Sumber mengatakan seorang agen Mossad dengan kode nama “Victoria” menghubungi HTA, dan dia pertama kali diberi “tugas sederhana”. Pria Turki itu kemudian dilatih di Beograd oleh agen Mossad pada tahun 2019.
Dia juga diinstruksikan untuk menggunakan aplikasi pesan terenkripsi untuk menghubungi agen tersebut. Sumber keamanan mengatakan dia dibayar dalam mata uang kripto untuk menyembunyikan transfer uang.
HTA juga terlibat dalam “ancaman” dan “penguntitan” yang melibatkan sasarannya. Dia memasang alat pelacak di kendaraan targetnya dan menyampaikan informasi terkini tentang keberadaan mereka kepada Mossad.
Menteri Dalam Negeri Ali Yerlikaya mengatakan dalam sebuah postingan di media sosial bahwa unit kontraterorisme dan intelijen kepolisian Istanbul berkolaborasi dengan MIT dalam operasi yang dijuluki “Mole-2”.
“Kami tidak akan pernah mengizinkan aktivitas spionase di dalam perbatasan kami,” kata Yerlikaya sambil membagikan video operasi penangkapan para tersangka.
Yerlikaya mengatakan polisi juga menyita senjata api tanpa izin, obat-obatan, materi dan dokumen digital serta perangkat yang digunakan untuk melakukan penyadapan selama operasi.
Media melaporkan bahwa polisi menemukan 4,5 kilogram kokain di kediaman salah satu tersangka, yang sebelumnya dikeluarkan dari penegakan hukum karena hubungannya dengan Kelompok Teror Gülenist (FETÖ).
Dia termasuk di antara empat tersangka lainnya yang semuanya mantan petugas polisi. Tersangka lain diidentifikasi sebagai pegawai di otoritas pajak lokal di Istanbul.
Satu-satunya tersangka perempuan di antara para tahanan bekerja sebagai penjaga keamanan swasta. Laporan media mengatakan tersangka lain, mantan petugas polisi, masih buron.
Bulan lalu, tujuh orang lainnya, termasuk detektif swasta, ditangkap atas dugaan serupa. Dan pada awal Januari, 34 orang juga ditahan polisi Turki karena dicurigai menjadi mata-mata ‘Israel’.
Para tersangka yang ditangkap pada bulan Januari dituduh berencana melakukan kegiatan yang mencakup pengintaian dan “mengejar, menyerang, dan menculik” warga negara asing yang tinggal di Türkiye.
Dakwah Media BCA – Green
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal InfoMalangRaya (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Saat itu, Menteri Kehakiman Yılmaz Tunç mengatakan sebagian besar tersangka didakwa melakukan “spionase politik atau militer” atas nama intelijen ‘Israel’.
Türkiye dan ‘Israel’ melanjutkan hubungan yang membeku tahun lalu setelah ketegangan selama bertahun-tahun akibat tindakan agresi Zionis menargetkan warga Palestina.
Hubungan akhirnya memburuk setelah tanggal 7 Oktober, dimulainya babak baru agresi Israel. Ankara adalah salah satu kritikus paling keras atas tindakan militer Zionis di Gaza.
Pada bulan Desember, kepala badan keamanan ‘Israel’ Shin Bet mengatakan bahwa organisasinya siap untuk menargetkan gerakan perlawanan Palestina Hamas di manapun, termasuk di Lebanon, Türkiye dan Qatar.
Presiden Recep Tayyip Erdoğan lalu memperingatkan ‘Israel’ akan “konsekuensi serius” jika Zionis terus melanjutkan ancamannya untuk menyerang pejabat Hamas di wilayah Turki.
Erdogan bahkan pernah membandingkan Netanyahu dengan Adolf Hitler dan meminta sekutu Barat ‘Israel’ untuk menghentikan dukungan mereka terhadap “teror negara” yang dilancarkan di Gaza.*