Bondowoso (IMR) – Stok gula menumpuk di Pabrik Gula (PG) Pradjekan Bondowoso. Hingga Senin (18/8/2025), tercatat 12.301 ton gula belum terserap pasar karena tujuh kali lelang berturut-turut tidak laku. Dari jumlah itu, 6.195 ton merupakan milik petani tebu rakyat setempat.
Jika mengacu pada harga pokok pemerintah (HPP) Rp14.500 per kilogram, maka dana petani yang tertahan mencapai Rp89,8 miliar.
General Manager PG Pradjekan Bondowoso, Chandra Wijaya, menjelaskan kapasitas gudang nomor 1 sudah penuh. Gudang nomor 1 sudah menampung 11 ribu ton, gudang nomor 2 berisi 1.301 ton dari kapasitas 5 ribu ton, sedangkan gudang nomor 3 juga memiliki daya tampung 5 ribu ton dan belum terisi. Dengan kondisi tersebut, PG Pradjekan masih mampu menampung gula untuk 34 hari ke depan, atau hingga 22 September 2025 mendatang.
Meski menumpuk, Chandra menegaskan kualitas gula aman. “Kami lakukan pengecekan berkala. Bahkan kalau disimpan setahun pun kualitas gula tetap baik,” katanya. Menurutnya, jika melebihi penyimpanan setahun, kemungkinan gula hanya berubah warna menjadi sedikit lebih menguning.
“Untuk biaya gudang semua ditanggung PG, tidak dibebankan ke petani. Jadi untuk petani gratis. Itu sesuai dengan moto SGN: Bersama Mitra Bergerak Eksponensial,” ulasnya.
Ketua DPC Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) PG Pradjekan Bondowoso, Rolis Wikarsono mengungkap salah satu penyebab serapan pasar rendah adalah dugaan masuknya gula rafinasi ke pasar konsumsi.
“Rembesan gula rafinasi yang seharusnya untuk industri malah masuk pasar konsumsi. Karena harganya lebih murah, otomatis pasar memilih yang itu. Padahal konsumen belum tentu paham soal perbedaannya,” jelasnya.
Rolis mengakui ada pihak yang mencoba membeli gula rakyat di bawah HPP, namun petani tetap berpegang pada harga acuan pemerintah Rp14.500 per kilogram.
“Kalau dijual di bawah HPP, dikhawatirkan harga akan terus turun. Kami tetap bertahan sesuai aturan,” tegasnya.
Ia juga berharap pemerintah segera menyalurkan dana intervensi melalui DANANTARA sebesar Rp1,5 triliun untuk menyerap gula petani.
“Petani benar-benar butuh agar bisa sedikit bernafas lega. Produksi gula terus berjalan, tapi nasib periode mendatang masih belum jelas apakah akan diserap DANANTARA atau tetap lewat mekanisme lelang,” pungkasnya. [awi/ian]