Surabaya (IMR) – Sebanyak 185 siswa SMK yang tergabung dalam 30 tim finalis adu skill di Jagoan Hosting Infra Competition (JHIC) 2025.
Mereka bertarung memperebutkan gelar juara dengan tantangan membangun dan meng-upgrade infrastruktur website sekolah berbasis teknologi cloud terkini. Puncak kompetisi nasional ini digelar di Surabaya, Sabtu (8/11/2025).
“JHIC adalah jembatan nyata. Peserta tidak hanya belajar teori, tetapi juga memahami praktik terbaik di lapangan,” kata General Manager Jagoan Hosting, Andy Novianto.
Kompetisi ini langsung menyasar kebutuhan riil sekolah, di mana para peserta menciptakan website resmi yang stabil, aman, dan mudah diakses publik.
Kompetisi ini sukses menarik atensi ekosistem pendidikan vokasi. Tercatat lebih dari 300 tim atau total 1.250 siswa dari seluruh Indonesia mendaftar.
Proses seleksi ketat menyaring 85 tim terbaik yang lolos ke fase bootcamp intensif. Di fase ini, peserta dibekali materi pengembangan website profesional, implementasi infrastruktur cloud (menggunakan Jagoan Cloud), hingga strategi keamanan siber skala institusional.
Setelah bootcamp, terpilihlah 30 tim finalis yang berhak mempresentasikan hasil akhirnya di hadapan dewan juri.
Menurut Andy, output dari JHIC 2025 memberikan manfaat langsung. Website yang dikembangkan siswa berfungsi sebagai wajah digital, sarana branding, hingga pusat informasi kredibel bagi publik dan promosi penerimaan siswa baru.
“Inisiatif ini mendukung upaya digitalisasi pendidikan secara masif. Sekolah memperoleh manfaat nyata berupa website dengan keamanan data mumpuni,” tambahnya.
Kolaborasi strategis ini turut melibatkan Kementerian Komdigi dan Garuda Spark, serta didukung penuh oleh Maspion IT.
“Keterlibatan industri penting memastikan apa yang dipelajari siswa selaras dengan yang dibutuhkan di dunia kerja,” ujar Direktur Maspion IT, Okky Tri Hutomo.
Sementara itu, Plt. Direktur Pengembangan Ekosistem Digital Komdigi, Sonny Hendra Sudaryana menegaskan komitmen pemerintah menyiapkan generasi muda yang kompeten di industri teknologi nasional.
“Keterlibatan ini menegaskan komitmen pemerintah dalam menyiapkan generasi muda yang adaptif, kompeten, dan siap berkontribusi di industri teknologi nasional,” katanya.
Di babak final, 30 tim menjalani sesi pitching maraton selama enam jam penuh. Mereka tidak hanya mempresentasikan konsep, tetapi juga mempertahankan implementasi teknis di depan dewan juri ahli.
Juri final terdiri dari akademisi ternama, seperti Bonda Sisephaputra (Prodi S1 Informatika PSDKU Unesa), Indra Mayati (Prodi Sistem Informasi Universitas Ciputra Surabaya), dan Tri Puspa Rinjeni (Dosen Sistem Informasi UPN Veteran Jatim).
Harapannya, karya siswa di JHIC menjadi legacy yang terus dikembangkan oleh pihak sekolah sebagai bagian integral dari transformasi digital pendidikan. [ipl/kun]







