Mengenali Kalimat yang Tampak Tidak Egois Namun Bisa Terdengar Egois
Ada batas tipis antara mengekspresikan diri dengan percaya diri dan terdengar egois. Batas ini sering kali menjadi kabur karena frasa-frasa yang tampak tidak berbahaya tetapi bisa terdengar egois atau tidak peka tanpa kita sadari. Frasa-frasa ini, meskipun tampak tidak berbahaya, bisa meninggalkan kesan buruk pada orang lain.
Berikut adalah empat kalimat yang sering digunakan dalam percakapan sehari-hari dan mungkin mengandung makna egois:
1) “Saya hanya jujur”
Kejujuran adalah kualitas yang patut dicontoh. Kita diajarkan sejak kecil bahwa kejujuran adalah kebijakan terbaik. Namun, terkadang frasa “Saya hanya jujur” dapat menjadi kedok untuk perilaku egois. Frustrasi ini sering kali mendahului atau mengikuti pernyataan yang keras atau kritis. Meskipun mungkin terlihat seperti Anda hanya mengutarakan pendapat, hal ini bisa terkesan sebagai alasan untuk bersikap kasar atau mengabaikan perasaan orang lain. Masalahnya di sini bukanlah kejujuran itu sendiri, tetapi kurangnya taktik dan empati dalam menyampaikan kebenaran. Penting untuk diingat bahwa orang menghargai kejujuran yang disampaikan dengan kebaikan dan rasa hormat, bukan kejujuran yang kasar. Sebelum menggunakan kalimat ini, pertimbangkan apakah kejujuran Anda diperlukan dan bermanfaat dalam situasi tersebut, atau apakah itu hanya digunakan untuk mengemukakan pendapat Anda dengan mengorbankan perasaan orang lain.
2) “Saya tidak bermaksud sombong, tapi…”
Kita semua pernah mendengar kalimat ini. Anda mungkin pernah menggunakannya sendiri, saya juga pernah. Sepertinya cara yang tidak berbahaya untuk berbagi prestasi pribadi atau kabar baik, bukan? Misalnya, ketika memenangkan penghargaan tertentu, seseorang mungkin berkata, “Saya tidak bermaksud sombong, tapi saya baru saja memenangkan penghargaan Best Editor!” Di permukaan, sepertinya tidak masalah. Aku hanya berbagi kegembiraanku. Tapi saat melihat kembali, aku menyadari betapa egoisnya kalimat itu terdengar. Meskipun sepertinya aku mencoba merendahkan prestasiku, pada kenyataannya, aku justru menarik perhatian padanya. Frasa “Saya tidak bermaksud untuk pamer, tapi…” sering kali terdengar seperti humblebrag – cara memamerkan diri dengan kedok kerendahan hati. Lebih baik berbagi prestasi Anda dengan cara yang tidak terdengar sombong, atau tunggu orang lain yang menanyakannya. Dengan begitu, itu adalah berbagi kesuksesan yang tulus daripada promosi diri yang tidak diminta.
3) “Saya tahu bagaimana perasaanmu”
Empati merupakan bagian penting dalam membangun hubungan dengan orang lain. Jadi, kalimat “Saya tahu bagaimana perasaanmu” sepertinya merupakan ungkapan yang menunjukkan pemahaman dan solidaritas, bukan? Menariknya, penelitian menunjukkan bahwa kalimat ini sering kali terdengar egois. Kalimat ini mengasumsikan bahwa Anda sepenuhnya memahami pengalaman atau emosi orang lain berdasarkan pengalaman Anda sendiri, yang jarang terjadi. Meskipun penting untuk berusaha berempati dengan orang lain, juga penting untuk mengakui bahwa setiap orang memiliki pengalaman yang unik. Daripada mengasumsikan bahwa kamu tahu persis bagaimana perasaan seseorang, mungkin lebih membantu untuk mengatakan sesuatu seperti, “Aku tidak bisa membayangkan apa yang kamu alami, tapi aku ada di sini untukmu.” Ini menunjukkan empati tanpa membuat asumsi atau memusatkan percakapan pada pengalamanmu sendiri.
4) “Saya tidak bermaksud kasar, tapi…”
Sama seperti “Saya hanya jujur,” frasa “Saya tidak bermaksud kasar, tapi…” sering kali menjadi pendahulu pernyataan yang sebenarnya cukup kasar atau tidak sensitif. Secara permukaan, mungkin terlihat seperti upaya untuk melunakkan dampak komentar yang keras. Namun, pada kenyataannya, sering kali terdengar defensif dan mengabaikan perasaan orang lain. Frasa ini memindahkan fokus pada niat Anda, bukan pada dampak kata-kata Anda. Hal ini dapat terkesan egois karena lebih menekankan perspektif Anda daripada bagaimana kata-kata Anda mungkin memengaruhi orang lain. Selalu lebih baik untuk berpikir sebelum berbicara dan memastikan bahwa kata-kata Anda baik diperlukan maupun ramah. Ingatlah, bukan hanya tentang apa yang kita katakan, tetapi juga bagaimana kita mengatakannya.