Tantangan Produksi Film Madame Aema dalam Drama Aema
Pada tahun 1981, produksi film Madame Aema menjadi fokus utama dari drama Aema. Proses produksi yang dijalani oleh rumah produksi Shinsung Picture tidak berjalan mulus. Berbagai hambatan menghadang tim produksi, baik secara teknis maupun internal. Sutradara Kwak In U (diperankan oleh Cho Hyun Chul) serta seluruh kru harus bekerja keras agar film ini bisa selesai dan tayang ke publik.
Berikut adalah empat penghambat utama yang menguji keteguhan sutradara dan tim Shinsung Picture:
1. Masalah Perizinan dari Kementerian Kebudayaan
Salah satu tantangan terbesar dalam produksi Madame Aema adalah masalah perizinan dari Kementerian Kebudayaan. Naskah film yang diajukan oleh produser Shinsung Picture tidak lolos sensor karena 36 poin yang dinilai terlalu vulgar dan tidak sesuai dengan norma pada masa itu.
Selain itu, saat proses syuting sedang berlangsung, staf dari Kementerian Kebudayaan datang langsung ke lokasi dan menghentikan kegiatan syuting. Hal ini sangat mengganggu jadwal produksi dan membutuhkan revisi naskah secara cepat, tetapi tetap dalam batas-batas yang disetujui oleh lembaga sensor. Proses ini menyita banyak waktu dan tenaga, sehingga memperlambat proses produksi.
2. Konflik Internal antara Produser dan Sutradara
Konflik antara produser dan sutradara juga menjadi salah satu hambatan besar. Sutradara Kwak In U memiliki visi artistik yang berbeda dari produser. Ia ingin menyampaikan pesan melalui adegan-adegan yang dramatis dan penuh ekspresi, sementara produser lebih menekankan aspek komersial dan sensasi.
Perbedaan pandangan ini menciptakan ketegangan yang cukup besar. Akibatnya, beberapa adegan harus diubah atau dibatalkan karena tidak sejalan dengan keinginan produser. Ketegangan ini semakin memperburuk suasana produksi dan membuat proses pembuatan film menjadi lebih rumit.
3. Kurangnya Pengalaman Sutradara
Kwak In U belum memiliki pengalaman dalam menggarap film besar dan kontroversial. Ini menjadi tantangan tersendiri baginya dalam mengatur jalannya produksi. Sebagai sutradara pemula, ia merasa tertekan dengan ekspektasi tinggi yang diberikan kepadanya.
Banyak keputusan penting yang seharusnya bisa segera diambil justru tertunda, sehingga memperparah kesulitan di belakang layar. Hal ini berdampak pada kekacauan dalam proses produksi dan menambah beban kerja tim.
4. Pemilihan Aktris Pendatang Baru sebagai Pemeran Utama
Keputusan untuk menunjuk Shin Ju Ae (diperankan oleh Bang Hyo Rin) sebagai pemeran utama wanita juga menjadi masalah. Karakter Nyonya Aema seharusnya diperankan oleh aktris senior seperti Jeong Hee Ran (diperankan oleh Lee Ha Nee). Namun, Shin Ju Ae dipilih sebagai gantinya.
Sebagai aktris pendatang baru, Shin Ju Ae menghadapi banyak tantangan. Banyak pihak meragukan kemampuannya dalam berakting, terlebih karena film ini penuh dengan adegan kontroversial. Ekspektasi yang tinggi membuatnya merasa sangat terbebani. Kesalahan-kesalahan dalam berakting sering terjadi, yang semakin mempersulit proses syuting.
Tantangan Tambahan yang Menghambat Produksi
Selain empat hambatan utama di atas, masih ada beberapa tantangan lain yang turut memengaruhi kelancaran produksi. Misalnya, Shin Ju Ae harus menghadapi tekanan dari berbagai pihak, termasuk para kru dan rekan pemain. Selain itu, ada juga masalah teknis dan logistik yang muncul selama proses produksi.
Dalam drama Aema, semua penghambat ini harus diatasi agar film dapat selesai dan dirilis. Jika tidak, maka akan berdampak pada kebangkrutan Shinsung Picture. Dengan segala tantangan yang dihadapi, kisah ini menjadi bukti betapa sulitnya proses produksi film di tengah tekanan dan konflik yang terjadi.