Penampilan Elang-Ular Sulawesi
Elang-ular sulawesi adalah spesies burung elang berukuran sedang dengan panjang tubuh sekitar 46—54 cm, rentang sayap antara 105—120 cm, dan bobot sekitar 675—925 gram. Terdapat dimorfisme seksual pada spesies ini, di mana betina memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan jantan. Bulu utama dari elang-ular sulawesi didominasi warna cokelat, namun terdapat bercak putih di area perut serta pola garis hitam dan putih di ujung sayap dan ekor. Kepala, paruh, dan kaki dari burung ini biasanya berwarna kuning cerah.
Habitat dan Makanan Favorit
Elang-ular sulawesi merupakan burung endemik dari Pulau Sulawesi, tersebar cukup merata di berbagai wilayah seperti Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, hingga Sulawesi Selatan. Beberapa populasi juga ditemukan di pulau kecil seperti Kepulauan Sula. Luas area yang menjadi wilayah mereka mencapai sekitar 576 ribu km persegi.
Habitat yang dipilih oleh elang-ular sulawesi sangat beragam, termasuk hutan tropis dan subtropis dataran rendah, sabana, padang rumput, serta daerah pertanian atau perkebunan. Mereka umumnya tinggal di ketinggian 205—850 meter di atas permukaan laut. Sebagai predator, elang-ular sulawesi memburu kadal, pengerat, dan ular. Mereka menyerang mangsa dari udara dengan terbang diam-diam, lalu menyambar dengan cakar tajam. Menariknya, mereka sering mengunjungi area bekas kebakaran hutan karena makanan lebih mudah ditemukan setelahnya.
Kehidupan Sosial
Elang-ular sulawesi biasanya hidup soliter. Mereka lebih suka terbang sendiri untuk mencari makan atau bertengger di dahan pohon. Hanya dalam waktu kawin atau saat merawat anak, mereka terlihat bersama individu lain. Pasangan elang-ular sulawesi sering bertengger di dahan yang sama dan saling memanggil dengan suara “fli wi keek” atau “keek-kek”.
Sistem Reproduksi
Sistem reproduksi elang-ular sulawesi masih belum sepenuhnya diketahui. Diketahui bahwa telur menetas sekitar bulan Mei, sehingga musim kawin kemungkinan terjadi antara Januari hingga April. Mereka diduga sebagai spesies monogami, hanya kawin dengan satu pasangan sampai salah satu mati. Dalam satu musim kawin, betina hanya menghasilkan satu telur. Telur akan diinkubasi selama 35—40 hari, dengan induk jantan dan betina bergantian mengerami. Setelah menetas, anak burung diajarkan kemampuan dasar agar bisa hidup mandiri.
Status Konservasi
Berdasarkan IUCN Red List, elang-ular sulawesi termasuk dalam kategori “Least Concern” atau kekhawatiran rendah. Populasinya diperkirakan sekitar 10 ribu individu, dengan tren stabil. Namun, pembukaan lahan secara tidak bertanggung jawab di Pulau Sulawesi dapat membahayakan habitat mereka. Kerusakan lingkungan dapat mengurangi pasokan makanan dan tempat tinggal. Oleh karena itu, penting untuk menjaga ekosistem dengan cara pembukaan lahan yang lebih bertanggung jawab dan melakukan restorasi lingkungan.