Dampak Kesehatan dari Diet Karnivora yang Perlu Diperhatikan
Diet karnivora adalah pola makan yang mengutamakan konsumsi produk hewani dan membatasi atau bahkan menghilangkan sumber makanan nabati. Meskipun beberapa individu merasa manfaat seperti penurunan berat badan atau peningkatan energi, diet ini juga memiliki risiko kesehatan yang perlu diperhatikan. Memahami dampak jangka panjang dari diet karnivora sangat penting sebelum memutuskan untuk menjalani pola makan ini.
Peningkatan Kolesterol dan Tekanan Darah
Konsumsi lemak jenuh yang tinggi dari daging merah dan produk hewani dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat (non-HDL). Selain itu, daging olahan yang kaya garam dapat menaikkan tekanan darah. Keduanya berpotensi meningkatkan risiko penyakit jantung, serangan jantung, dan stroke. Hal ini menjadi perhatian serius bagi siapa pun yang mempertimbangkan diet karnivora sebagai pilihan makanan utama.
Beban pada Ginjal
Mengonsumsi daging dalam jumlah besar berarti asupan protein yang sangat tinggi. Diet tinggi protein dapat membebani ginjal karena harus bekerja lebih keras untuk memproses limbah metabolisme protein. Jika dilakukan dalam jangka panjang, kondisi ini bisa menurunkan fungsi ginjal dan berisiko terhadap gangguan kesehatan yang lebih serius.
Kekurangan Nutrisi Penting
Diet karnivora biasanya tidak mencakup buah, sayuran, atau serat. Kekurangan serat dapat menyebabkan masalah pencernaan seperti sembelit dan meningkatkan kadar kolesterol jahat. Selain itu, kurangnya serat juga berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit jantung dan gangguan pembuluh darah.
Risiko Gangguan Kesehatan Jangka Panjang
Diet karnivora dapat meningkatkan risiko batu ginjal, asam urat, dan osteoporosis akibat asupan protein yang sangat tinggi. Beban protein yang berlebihan juga dapat memengaruhi fungsi ginjal seiring waktu. Selain itu, kekurangan nutrisi dari sumber nabati bisa memicu berbagai masalah kesehatan lainnya.
Kandungan Karbohidrat Sangat Rendah
Sebagai diet yang sangat ketogenic, diet karnivora hampir tidak mengandung karbohidrat sama sekali. Berbeda dengan diet keto standar yang menargetkan 70–75 persen kalori dari lemak, 20 persen dari protein, dan maksimal 10 persen dari karbohidrat. Dalam diet karnivora, kandungan lemak tidak ditentukan dan bergantung pada jenis serta jumlah daging, ikan, unggas, dan produk susu yang dikonsumsi.
Risiko Penyakit Jantung
Diet karnivora tinggi lemak jenuh dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL), sehingga meningkatkan risiko penyakit jantung. Konsumsi daging merah berlebihan dapat mempercepat perkembangan plak di arteri dan meningkatkan kemungkinan serangan jantung atau stroke. Oleh karena itu, penting untuk membatasi konsumsi daging merah agar kesehatan jantung tetap terjaga.
Risiko Kanker
Makan daging merah dalam jumlah besar dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker kolorektal, termasuk kanker usus besar dan rektum. Proses pengolahan daging seperti pengasapan atau pengawetan juga dapat menambahkan senyawa karsinogenik. Pola makan rendah serat seperti pada diet karnivora juga dapat memperburuk risiko kanker usus karena pencernaan menjadi lebih lambat dan racun menumpuk lebih lama di saluran pencernaan.
Masalah Pencernaan
Daging membutuhkan waktu lebih lama untuk dicerna dan kurangnya serat pada diet karnivora dapat menyebabkan sembelit dan gangguan pencernaan lainnya. Kekurangan serat juga dapat mengganggu keseimbangan bakteri baik dalam usus yang berdampak pada sistem pencernaan secara keseluruhan. Gangguan ini dapat menimbulkan perut kembung, nyeri, dan ketidaknyamanan sehari-hari jika diet ini dijalani dalam jangka panjang.
Kram Otot
Kekurangan nutrisi penting dalam diet karnivora dapat menimbulkan ketidakseimbangan elektrolit yang menyebabkan kram otot, pusing, kelelahan, dan kelemahan umum. Selain itu, kekurangan vitamin dan mineral dari sayuran dan buah dapat memperburuk kondisi ini. Ketidakseimbangan elektrolit juga dapat memengaruhi fungsi otot jantung dan meningkatkan risiko kelelahan kronis serta performa fisik yang menurun.







