InfoMalangRaya – Warga Kota Malang Jawa Timur digegerkan dengan dugaan adanya klitih yang mulai beraksi dan meresahkan warga. Hal itu diketahui dari pengakuan seorang warga Malang yang hampir menjadi korban begal di daerah Blimbing.
Pengalaman menakutkan itu dicurahkan dalam postingan akun X @cvltlord. “MALANG ONOK KLITIH IKU WES TAEK COK!” tulis keterangan tersebut, dikutip Rabu, (17/1/2024). Dalam cuitannya, warga tersebut mengaku tidak hanya dikepung oleh satu orang, melainkan 6-7 orang. Ia mengaku hampir dibegal oleh gerombolan tersebut. Dengan menggunakan kalimat berbahasa Jawa, akun @cvltlord tampak sangat kesal dengan pengalaman tidak menyenangkannya ini. “GENDENG A AKU DI KEPUNG AREK 6/7 AN SAMPEK SABILLILLAH MBOKNEANCOK!,” jelas keterangan tersebut. Lebih lanjut, akun tersebut menjelaskan jika peristiwa tersebut terjadi saat ia mengendarai sepeda motor di malam hari. “Sektasan mas, antara jm 11 an lebih kok,” jelasnya. Cuitan ini pun ramai mendapatkan reaksi oleh warganet lainnya yang merasa ngeri dengan kejadian ini. “SABILILAH? Gila, Di Blimbing itu rame banget padahal, gila!,” komentar akun @alfanrahadi “Waduh jalanan pas pulang kerja tuh depan Sabililah, kok Malang jadi banyak orang resek gini, semoga segera diatasi pihak berwajib,” komentar akun @sun31_ Asal Usul Klitih
Baca Juga :
Pensiunan Kepala Puskesmas Beber Riwayat Rumdin Sebelum Ditertibkan Pemkab Malang
Klitih adalah sebuah fenomena yang nyatanya sudah dilakukan oleh masyarakat Yogyakarta sejak zaman dahulu. Dulu, klitih adalah suatu kegiatan yang berfungsi untuk mengisi waktu luang. Biasanya klitih ini dilakukan dengan mengisi teka-teki silang, menjahit, atau jalan-jalan sore. Namun, saat ini, makna klitih kemudian mengalami pergeseran menjadi kegiatan yang negatif sejak tahun 2004. Di mana, para remaja memanfaatkan waktu luang yang mereka miliki untuk mencari musuh di jalanan. Fenomena klitih sebetulnya sudah dimulai sejak awal tahun 1990-an, di mana kepolisian mengelompokkan geng remaja yang ada di daerah Yogyakarta. Kepolisian diketahui sudah memiliki informasi yang berkaitan dengan geng remaja dan kelompok anak mudah yang melakukan kejahatan. Lalu, setelah Orde Baru, para pelajar yang terlibat tawuran, akan dikeluarkan dari sekolahnya. Hal ini yang membuat para pelajar kemudian berkeliling dan mencari musuh dengan cara berkeliling kota untuk melakukan aksi klitih tersebut. Alasan dari para remaja yang melakukan aksi klitih ini adalah karena mereka ingin mendapatkan pengakuan dari teman-temannya. Para anak mudah yang melakukan klitih mengklaim bahwa dirinya mendapatkan reputasi yang bagus di lingkungannya karena berani melakukan hal tersebut. Selain itu, anak muda yang melakukan klitih ini juga mempunyai masalah pribadi tersendiri ataupun masalah dengan keluarga yang cenderung bisa membuat mereka menjadi pelaku klitih. Adanya fenomena klitih dalam tindakan kriminalitas di jalanan, terkadang membuat masyarakat sekitar yang memergokinya menjadi hakim utama sendiri dalam urusan penangkapan pelaku.