InfoMalangRaya – Fakultas Teknik (FT) Universitas Brawijaya (UB) Malang, bekerja sama dengan Engineering Research and Innovation Center (ERIC) Universitas Gadjah Mada dan Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia (MKI), menggelar Seminar Nasional. Bertajuk: “Perspektif Akademik menuju Industri Kelistrikan untuk Mendukung Transisi Energi”.
Berlangsung di Auditorium Prof. Ir. Suryono, Gedung Dekanat Fakultas Teknik UB Lantai 2, dengan menghadirkan tiga narasumber sekaligus. Yakni Ketua Komisi VII DPR RI, Direktur Energi Terbarukan PT PLN dan Ketua Tim Perumus Naskah Akademik UB.
Seminar diadakan sebagai upaya untuk mendukung percepatan transisi energi, dalam mencapai target Indonesia bebas emisi (net zero emission) pada tahun 2060.
Sebagai sektor utama yang terlibat dalam transisi energi, pertumbuhan industri kelistrikan perlu diperhatikan. Agar bisa tumbuh dengan sehat dan dapat menyokong transisi energi dengan lebih cepat.
“Seminar ini mengupas mengenai transisi energi dan diikuti sebanyak 301 peserta. Baik secara online maupun offline,” ungkap Dekan FT UB, Prof. Ir. Hadi Suyono, ST., MT., PhD., IPU., ASEAN Eng.
Tak hanya UB, acara ini diikuti dari berbagai universitas seperti UGM, UI serta beberapa asosiasi energi.
Sebagai penyelenggaraan seminar nasional bertema transisi energi ini, pihaknya ingin mendorong regulasi implementasi target penggunaan energi baru terbarukan (EBT), dapat mencapai 23 persen dari energi yang digunakan pada tahun 2025 nanti.
Menurutnya, kegiatan ini juga sebagai upaya untuk mendorong dan berkontribusi penuh, dalam hal pemikiran untuk strategi pelaksanaan EBT.
PEMATERI: Direktur Mega Proyek dan Energi Terbarukan PT PLN, Wiluyo Kusdwiharto, ketika berbincang dengan wartawan terkait materinya dalam seminar nasional. (Foto: M. Abd. Rahman Rozzi/InfoMalangRaya)
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Mega Proyek dan energi Terbarukan PT PLN, Wiluyo Kusdwiharto, menyampaikan, pihaknya sepakat dengan Pemerintah. Transisi energi harus dilakukan dilakukan pada 2050 mendatang.
Dimana akan melibatkan pihak swasta. Karena biaya untuk transisi mencapai Rp10.000 triliun. Rencana pembangunan PLTU juga akan dibatalkan, agar diganti dengan pembangkit listrik tenaga air dan angin.
“Rencana ini menunjukan tekad kuat PLN, untuk melakukan transisi energi dengan baik,” ucap Direktur Energi Terbarukan PLN ini.
Planing ini dilakukan dengan berkesinambungan, gradual, pelan-pelan, tidak boleh terburu-buru. Lantaran nantinya ada resiko pemadaman listrik secara transisi. Karena ke depan tidak lagi menggunakan PLTU digantikan dengan pembangkit listrik renable.
Sedangkan Prof. Ir. Tumiran, M.Eng., PhD., selaku Tim Perumus Naskah Akademik UB, juga berupaya mengajak para mahasiswa dan akademisi, untuk ikut berdiskusi.
“Seminar nasional ini merupakan hal yang penting, dalam mendukung berjalannya proses transisi energi. Jadi sudah seharusnya transisi energi dijalankan, oleh para pemuda sebagai penerus bangsa,” katanya.
Transfer pengetahuan terkait transisi energi ini, katanya, salah satunya adalah dalam bentuk seminar, menjadi hal yang harus sering dilakukan.
“Transisi energi harus milik generasi muda Indonesia. Generasi tua sekarang ambil keputusan dan mengantarkan (ke transisi energi), bukan ambil keputusan untuk meninggalkan beban (kepada generasi muda),” urai Guru Besar dari UGM ini mengakhiri. (M. Abd. Rahman Rozzi)
The post Ada Seminar Nasional Percepatan Transisi Energi di Fakultas Teknik Universitas Brawijaya appeared first on infomalangraya.com.