Penyebab Kematian Balita di Sukabumi dan Pentingnya Pencegahan Cacingan
Cacingan atau infeksi cacing gelang, dikenal sebagai askariasis, sering kali menjadi perhatian kesehatan masyarakat, terutama pada anak-anak. Meski tidak langsung menyebabkan kematian, cacingan dapat memicu berbagai komplikasi yang mengancam nyawa jika tidak segera ditangani. Hal ini dibuktikan oleh kasus balita di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, yang meninggal dunia setelah tubuhnya ditemukan dipenuhi cacing.
Menurut Prof Dr Saleha Sungkar, ahli parasitologi dari Universitas Indonesia (UI), cacingan bukan penyebab langsung kematian. Namun, kondisi ini bisa memperparah keadaan kesehatan anak, terutama jika tidak ditangani dengan tepat. “Cacingan bisa menyebabkan gangguan pencernaan seperti mual, nafsu makan menurun, diare, atau sulit BAB. Akibatnya, anak bisa mengalami malnutrisi dan daya tahan tubuh melemah,” jelasnya.
Infeksi cacing gelang biasanya menyerang anak-anak di bawah usia 5 tahun. Proses penularannya dimulai ketika telur cacing masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi. Setelah masuk ke usus, telur akan menetas menjadi larva dan berkembang menjadi cacing dewasa dalam waktu sekitar 2-3 bulan.
Proses perkembangan cacing gelang cukup kompleks. Larva pertama kali menembus dinding usus halus, lalu bergerak menuju pembuluh darah atau saluran limfe. Dari sana, larva akan berjalan ke jantung dan akhirnya ke paru-paru. Di paru-paru, larva bisa menyebabkan gejala seperti batuk, sesak napas, dan demam.
Pencegahan adalah kunci untuk menghindari infeksi cacing gelang. Beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain:
- Mencuci tangan secara rutin, terutama setelah bermain di tanah atau setelah BAB.
- Tidak BAB sembarangan di tempat umum seperti kebun, got, atau halaman rumah.
- Memastikan makanan tertutup rapat agar tidak terkena lalat yang bisa membawa telur cacing.
- Minum obat cacing secara berkala, yaitu setiap 6 bulan menggunakan albendazole atau pirantel pamoat.
Kasus kematian balita Raya (3) di Kabupaten Sukabumi mencuri perhatian publik. Bocah yang tinggal di Kampung Padangenyang, Desa Cianaga, Kecamatan Kabandungan, ditemukan dalam kondisi yang sangat mengkhawatirkan. Video yang menunjukkan tubuhnya dipenuhi cacing sempat viral di media sosial dan membuat banyak orang merasa sedih serta prihatin.
Raya tinggal bersama keluarga yang memiliki kondisi ekonomi yang kurang stabil. Ibu balita tersebut mengidap gangguan jiwa, sedangkan ayahnya menderita TBC. Sejak kecil, Raya terbiasa tinggal di bawah rumah bersama ayam dan kotoran, yang diduga menjadi faktor utama infeksi cacingan yang menimpanya.
Kepala Desa Cianaga, Wardi Sutandi, membenarkan bahwa Raya adalah warganya. Ia meninggal pada 22 Juli 2025 setelah mengalami demam dan didiagnosis menderita penyakit paru-paru. Sayangnya, keluarganya tidak memiliki KK maupun BPJS, sehingga pengobatan Raya menghadapi kendala.
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, turut menyampaikan kepedulian atas kematian Raya. Ia menegaskan akan memberikan sanksi kepada instansi atau pihak yang gagal menjalankan tugasnya dalam membantu balita tersebut.
Kasus ini menjadi pengingat penting tentang pentingnya akses layanan kesehatan yang merata dan kesadaran masyarakat dalam mencegah infeksi cacing gelang. Dengan tindakan pencegahan yang tepat, risiko kematian akibat cacingan bisa diminimalisir.