Akademisi Sarankan Tradisi Baru Peringatan Hardiknas di Blitar: Ziarah ke Makam Raden Kartowibowo

MALANG RAYA94 Dilihat

InfoMalangRaya – Sebagai upaya untuk memperkuat keberadaan dan penghargaan terhadap sejarah nasional, akademisi dan Sosiolog dari Universitas Islam Balitar (Unisba) Blitar, Novi Catur Muspita mengajukan saran yang menarik terkait peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Dalam perbincangan eksklusif dengan JatimTIMES, Novi Catur menekankan pentingnya mengenang jasa sejarah, khususnya tokoh pendidikan seperti Raden Kartowibowo. “Dalam menjaga keberlangsungan sejarah, kita perlu merayakan dan mengenang jasa-jasa tokoh-tokoh pendidikan yang telah berperan besar dalam perkembangan pendidikan di Indonesia,” ujar Novi Catur yang juga menjabat sebagai Kaprodi Sosiologi di Unisba Blitar, Selasa (7/5/2024).
Baca Juga :
Siswa SD Study Tour Naik Pesawat Garuda Berkat Rajin Menabung dari Kelas 1

Novi Catur menyoroti pentingnya merawat tradisi ziarah ke makam Raden Kartowibowo di Pasarean Pangeranan sebagai bagian dari peringatan Hardiknas. “Jas Merah bukan sekadar slogan. Ini adalah panggilan untuk tidak melupakan sejarah. Ziarah ke makam Raden Kartowibowo bisa menjadi salah satu wujud konkret dari komitmen kita untuk menjaga dan menghargai warisan budaya dan sejarah bangsa,” tambahnya. Sementara itu, dalam upaya untuk mengangkat peran Kartowibowo sebagai pahlawan nasional, Novi Catur Muspita juga mengajukan usulan kepada pemerintah kota (Pemkot) dan pemerintah kabupaten (Pemkab) Blitar.  “Kartowibowo memiliki peran yang sangat signifikan dalam dunia pendidikan,” ujarnya. Dia juga menyarankan agar pemkot dan pemkab Blitar aktif dalam mengampanyekan tradisi ziarah ke makam Kartowibowo setiap peringatan Hardiknas. “Dengan melibatkan instansi pemerintahan, kita dapat memastikan bahwa tradisi ini terus berlanjut dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari peringatan Hardiknas di Blitar,” tandasnya. Dengan usulan dan saran yang disampaikan oleh Novi Catur Muspita, diharapkan tradisi ziarah ke makam Raden Kartowibowo dapat menjadi bagian yang penting dan berkesinambungan dalam peringatan Hardiknas. serta pengangkatan Kartowibowo sebagai pahlawan nasional akan memberikan penghormatan yang pantas atas kontribusinya dalam dunia pendidikan Indonesia. Raden Kartowibowo, seorang pahlawan pendidikan yang terlupakan, lahir sezaman dengan Ki Hajar Dewantara. Meskipun namanya terkubur dalam sejarah, ia berperan besar dalam memperjuangkan pendidikan merata. Sebagai pemikir dan aktivis pendidikan, Kartowibowo merintis sistem pendidikan inklusif bagi rakyat pribumi.  Setelah lulus dari Sekolah Tinggi Pertanian Bogor, Kartowibowo bekerja sebagai pegawai negeri Hindia Belanda di berbagai kota, termasuk Blitar. Di Blitar, ia menjadi guru di Noormalschool dan kemudian mendirikan sekolah sendiri, PHIS Mardi Siswo, untuk anak-anak bumiputra yang tidak diterima di sekolah negeri. 
Baca Juga :
Dasar Keilmuan Jadi Solusi Berbagai Masalah, Alumni FMIPA UM Banyak Terserap Dunia Kerja

PHIS Mardi Siswo menjadi institusi pendidikan terkemuka dengan kurikulum lokal, mengatasi kendala dalam sistem pendidikan kolonial. Meskipun sekolah swasta, Mardi Siswo diatur seperti sekolah negeri, mencerminkan keberhasilan Kartowibowo dalam memperjuangkan pendidikan merata. Raden Kartowibowo, seorang tokoh hebat di bidang pendidikan, meninggalkan warisan yang tak terlupakan. Menurut Wisnu Ardiyanto, cucunya, kakeknya memiliki banyak murid yang memberikan kontribusi penting bagi Indonesia. Salah satu murid Kartowibowo yang paling terkenal adalah Karel Albert Rudolf Bosscha. Bosscha dikenal sebagai pendiri Observatorium Bosscha, observatorium astronomi tertua di Indonesia yang terletak di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Observatorium Bosscha mengoperasikan sekitar 12 teleskop, termasuk tiga teleskop radio, dengan Teleskop Refraktor Ganda Zeiss 0.6 meter sebagai teleskop terbesar yang dipasang di kubah. Kode observatorium Persatuan Astronomi Internasional (IAU) untuk Observatorium Bosscha adalah 299. “Kontribusi Eyang Karto (Raden Kartowibowo) tidak hanya tercermin dalam kesuksesan murid-muridnya dalam dunia pendidikan, tetapi juga dalam pencapaian besar seperti Observatorium Bosscha yang menjadi penanda keberhasilan di bidang astronomi Indonesia,” ungkap Wisnu Ardiyanto kepada pewarta JatimTIMES.  Meskipun namanya tenggelam, dedikasinya dalam pertanian dan pendidikan tetap berharga. Melalui sekolahnya sendiri, Raden Karto Wibowo membawa harapan bagi yang terpinggirkan oleh sistem kolonial. Meskipun terlupakan, semangatnya menghadapi ketidakadilan pendidikan tetap menjadi inspirasi. Keberaniannya layak diangkat sebagai Pahlawan Nasional untuk menerangi masa depan pendidikan Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *