Mojokerto (beritajatim.com – PG Gempolkrep di bawah naungan PT Sinergi Gula Nusantara (SGN) memastikan akan melakukan perbaikan terhadap Jembatan Pagerluyung yang menjadi salah satu akses penting pengangkutan tebu menuju pabrik.
Rencana perbaikan dijadwalkan pada tahun 2026 mendatang, menyusul kondisi jembatan yang sudah berusia lebih dari seabad saat ini tidak bisa dilewati semua kendaraan.
Manager Keuangan dan Umum, PG Gempolkrep, PT SGN Choiron Syakur menjelaskan bahwa jembatan tersebut merupakan aset resmi milik perusahaan, lengkap dengan sertifikat tanah di sekitarnya. Dibangun sejak era Belanda, awalnya jembatan berfungsi sebagai jalur lori pengangkut tebu dari selatan Sungai Brantas menuju PG Gempolkrep.
“Namun sejak 1988, lori sudah tidak digunakan dan jalur tersebut kemudian diaspal untuk akses jalan kendaraan. Jembatan Pagerluyung dibangun bersamaan dengan pabrik, usianya lebih dari 100 tahun. Awalnya khusus lori, tapi setelah tidak digunakan, jalurnya di aspal agar bisa dilintasi kendaraan umum baik roda dua maupun roda empat,” ungkapnya, Sabtu (20/9/2025).
Kerusakan jembatan mulai terlihat serius pada tahun 2024 lalu, saat Sungai Brantas dilanda arus deras yang membawa sampah dan kayu besar hingga tersangkut di bawah jembatan. Setelah dilakukan pembersihan menggunakan alat berat selama hampir 15 hari, ditemukan adanya tiga tiang penyangga jembatan yang putus dan retak tengah jembatan.
“Kami sudah berkoordinasi dengan Dinas PUPR Kabupaten Mojokerto dan konsultan jembatan. Saat ini kondisi jembatan masih dalam pengawasan ketat, bahkan sempat kami tutup total. Namun karena kebutuhan musim giling, truk tebu dari arah selatan tetap diizinkan melintas dengan sistem satu per satu truk melintas sampai ujung jembatan dan baru truk lainnya menyusul yang diawasi petugas,” jelasnya.
Sementara kendaraan pribadi dilarang melintas di atas Jembatan Pagerluyung. Choiron menambahkan, pihaknya sudah menyiapkan anggaran untuk perbaikan jembatan pada tahun 2026 ini saat ini dalam proses pengajuan ke kantor pusat. Namun, mengingat konstruksi jembatan yang tua, langkah perbaikan dilakukan secara hati-hati agar tidak menimbulkan dampak lebih besar.
“Sekarang jembatan hanya boleh dilintasi truk tebu dengan stiker khusus dan bergantian. Untuk kendaraan lain, terutama darurat seperti ambulans, pemadam kebakaran, atau mobil pengamanan tetap kami prioritaskan. Ini bentuk tanggung jawab kami untuk menjaga keselamatan sekaligus mendukung keberlangsungan petani tebu,” ujarnya.
Lebih lanjut, Choiron menyampaikan bahwa jika Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mojokerto berencana membangun jembatan baru di lokasi tersebut, pihak PG Gempolkrep siap menyerahkan asetnya. Menurutnya, keberadaan jembatan dengan kapasitas lebih besar sangat dibutuhkan untuk mendukung akses transportasi masyarakat maupun pengangkutan hasil pertanian.
“Kami pernah punya pengalaman serupa di PG Mrican Kediri. Prosesnya memang panjang, tapi kami terbuka jika Pemerintah daerah ingin membangun jembatan baru. Apalagi di sini ada dua pemerintahan daerah. Di Kediri ada lima jembatan tapi di sini hanya ada Jembatan Gajahmada (untuk semua kendaraan). Prinsipnya, kami ingin mendukung kepentingan bersama, terutama petani tebu yang jadi tulang punggung swasembada gula nasional 2028,” pungkasnya. [tin/ian]