InfoMalangRaya.com– Puluhan ribu pengunjung yang memadati Plaza Consistorial di Pamplona, Spanyol, untuk pembukaan festival San Fermín yang legendaris, dikejutkan oleh aksi demonstrasi pro-Palestina yang terjadi tepat sebelum Chupinazo—suatu tradisi menyalakan kembang api sebagai penanda dimulainya perayaan.
Seorang aktivis dengan bendera Palestina meneriakkan kecaman terhadap penjajah ‘Israel’ dari balkon, menyuarakan solidaritas untuk Gaza di tengah kerumunan yang sebagian besar hadir untuk berpesta.
Anti-genocide activists chant for Palestine before the Chupinazo firecracker kicks of Spain’s San Fermin Festival. pic.twitter.com/2VNOrvc7Y5— PALESTINE ONLINE 🇵🇸 (@OnlinePalEng) July 6, 2025
Aksi Spontan di Tengah Perayaan
Pada Sabtu (6/7/2024), sesaat sebelum Chupinazo dinyalakan pukul 12.00 waktu setempat, seorang aktivis tiba-tiba naik ke dekat balai kota dan berteriak: “Palestina bukanlah pesta, Palestina sedang dibantai! Boikot ‘Israel’ sekarang!” Beberapa pengunjung terlihat mengangkat bendera Palestina, sementara sebagian lainnya berusaha melanjutkan sorak-sorai untuk festival.
Peristiwa ini dilaporkan secara luas oleh media lokal Spanyol, termasuk Antena 3, RTVE, El País, dan Europa Press, Diario de Navarra dan Noticias de Navarra, yang melaporkan bahwa polisi setempat dengan cepat mengamankan lokasi namun tidak menahan siapa pun karena aksi tersebut berlangsung singkat dan damai.
Teriakan Solidaritas dan Spanduk Palestina
Palestine solidarity at the San Fermin festivals inauguration in Iruñea (Pamplona): Iruindarrak!!! Pamplonesas, pamploneses… ¡¡¡Viva San Fermín!!! Gora San Fermin!!! Stop genocide!!! Free Palestine!!!pic.twitter.com/aHXkv65Lp2— Jorge Martin ☭ (@marxistJorge) July 6, 2025
Tiga perwakilan dari platform solidaritas Yala Nafarroa con Palestina—Lidón Soriano Segarra, Dyna Kharrat Juanbeltz, dan Eduardo Ibero Albo—naik ke balkon utama Balai Kota Pamplona untuk secara resmi membuka festival dengan kalimat tradisional:
“Pamplonesas, pamploneses, ¡Viva San Fermín! Iruindarrak, ¡Gora San Fermín!”
Namun sesaat setelah itu, Lidón Soriano berteriak lantang dalam bahasa Inggris dan Spanyol: “Hentikan genosida! Bebaskan Palestina! … ¡Viva Palestina libre!”
Seruan itu disambut sorak sorai dan pekikan massa, yang banyak di antaranya mengenakan baju putih dan sabuk merah khas San Fermín, sambil mengibarkan spanduk dan bendera Palestina.
Ribuan Turut Menyuarakan Dukungan
Diperkirakan lebih dari 14.000 orang memadati alun-alun utama, sementara total massa yang tersebar di pusat kota mencapai sekitar 20.000–25.000 orang. Otoritas keamanan mengerahkan lebih dari 1.000 personel kepolisian nasional dan tim medis darurat, yang menangani setidaknya 44 insiden ringan selama acara berlangsung.
Momentum aksi ini sejalan dengan unjuk rasa besar sebelumnya di awal Juni, saat ribuan warga turun ke jalan di Pamplona menyerukan “akhir genosida Gaza” dan “pemutusan hubungan dengan ‘Israel’”.
Platform Yala Nafarroa sendiri terpilih memimpin pembukaan festival tahun ini melalui pemungutan suara publik, meraih lebih dari 52% suara dari 20.000 pemilih.
Wali Kota Pamplona, Joseba Asiron, memuji aksi solidaritas tersebut sebagai pesan kuat dari warga Pamplona kepada dunia. “Ini adalah pesan solidaritas, akal sehat, dan kemanusiaan yang Pamplona kirimkan kepada seluruh dunia.”
Sementara itu, Kedutaan Besar ‘Israel’ di Spanyol meradang dan mengecam keras insiden tersebut. Mereka menuduh pihak penyelenggara memfasilitasi kelompok yang menurut mereka “menghasut kebencian terhadap ‘Israel’” dan meminta pemerintah kota tidak memberikan ruang kepada platform dengan agenda politis ekstrem.
Fenomena politisasi acara Chupinazo bukan hal baru di Pamplona. Namun tahun ini menjadi lebih mencolok, karena aksi tersebut terjadi pada puncak perhatian nasional dan internasional.
Banyak yang mempertanyakan apakah festival budaya seharusnya dimanfaatkan sebagai panggung politik luar negeri.
Yala Nafarroa, yang terdiri dari lebih dari 1.700 individu dan 225 organisasi sipil, menjadikan San Fermín 2025 sebagai momentum menyuarakan isu kemanusiaan global, dengan Palestina sebagai simbol perlawanan terhadap penindasan dan penjajahan.
Pembukaan Festival San Fermín tahun ini tidak hanya ditandai oleh letusan kembang api tradisional, tetapi juga oleh suara solidaritas dan perlawanan terhadap genosida. Chupinazo 2025 menjelma menjadi simbol internasional: bahwa di tengah perayaan, suara hati nurani masih menggema.*