InfoMalangRaya.comβ. Spanduk penolakan yang terbentang di beberapa titik dipasang oleh warga terkait adanya dugaan praktik prostitusi di 2 penginapan di wilayahnya.
βWarga RW 8 & Jamaah Masjid Menolak Kegiatan Prostitusi di Wilayah RW 8 Serta Menuntut Penutupan Operasional Reddoorz & Smart Hotel Tlogomas,β demikian salah satu spanduk itu.
βWarga Tlogomas dan Sekitarnya Menolak Adanya Kegiatan Esex-Esex (Mbalon) Ndek Tlogomas!!! Mbalon o Ndek Kampungmu Dhewe Cok!!!β demikian spanduk lain.
Ibnu Samsul Huda, salah satu tokoh agama setempat mengatakan warga sudah lama menduga bahwa Redoorz dan Smart Hotel di Jalan Koral itu kerap kali digunakan untuk aktifitas prostitusi. Warga baru memastikan dugaan itu usai terjadi insiden pada Selasa (9/5/2023) lalu.
βKita menduga sudah lama, karena banyak cewek berkeliaran hampir 24 jam dengan pakaian minim dan bertato. Cuman dulu kita menyangka dan kejadian hari Selasa (9/5/2023) itu ada satu pelanggan dipukuli Satpam dan diduga muncikarinya beberapa orang,β ujar Ibnu kepada laman detik.
Peristiwa itu bermula dari aksi kejar-kejaran seorang perempuan dan laki-laki yang keluar dari salah satu penginapan tersebut. Laki-laki yang dikejar itu berlari hingga masuk perumahan atau pemukiman warga.
βLaki-laki yang kabur itu ditangkap Satpam dan beberapa pria yang diduga mucikari. Saat ditanya kepada perempuan yang mengejar, dia bilang pria ini tidak mau membayar. Dari perempuan itu tidak mengatakan jelas (tidak membayar apa),β terang Ibnu dikutip Detik.
Masyarakat di RW 8 Kelurahan Tlogomas, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang melakukan aksi membentangkan spanduk sebagai bentuk penolakan praktik prostitusi
βNah dari informasi yang warga dapat, ada yang menyampikan jika perempuan (penyedia jasa prostitusi) dan pria (pelanggan) ini berada di satu kamar. Saat si perempuan cuci di kamar mandi, si pelanggan ambil uang yang sudah dibayarkan, jadi bayar Rp 300 ribu yang diambil Rp 100 ribu dan lari keluar,β sambungnya.
Setelah peristiwa insiden itu, warga mengadu ke perangkat kelurahan dan dilakukan mediasi bersama pengelola penginapan tersebut. Pihak penginapan bersedia untuk berhenti beroperasi sebelum ada keputusan final dari Wali Kota Malang.
Namun kenyataannya, 2 penginapan itu masih beroperasi dan kembali membuat warga geram. Bahkan warga hendak melakukan aksi demo. Namun pada akhirnya, demo itu urung dilakukan dan warga memasang spanduk spanduk tersebut.
βSebenarnya warga maunya demo, tapi kami menunggu keputusan dulu. Akhirnya kami memasang spanduk supaya ada perhatian bahwa kami ini benar benar serius. Ini adalah masalah lingkungan dan kami ingin mewariskan lingkungan yang sehat buat anak anak kami,β tandasnya.*
Leave a Comment
Leave a Comment