InfoMalangRaya.com – Koalisi gerakan pro-Palestina di negara-negara Teluk meluncurkan kampanye untuk memboikot universitas-universitas di Inggris yang diduga berkontribusi terhadap genosida di Gaza.
Gulf Coalition Against Normalization (Gulf CAN) menyerukan kepada para mahasiswa untuk tidak mendaftar di universitas-universitas tersebut, agen-agen yang dikontrak untuk memutus hubungan dan kementerian pendidikan untuk mencoret universitas-universitas tersebut dari daftar penerima beasiswa serta mengakhiri hubungan dengan perusahaan-perusahaan yang memasok senjata ke ‘Israel’ dan menarik investasi mereka.
Gulf CAN adalah sebuah organisasi payung terdiri dari kelompok-kelompok aktivis dari Qatar, Bahrain dan Kuwait. Organisasi ini bertujuan untuk mengkoordinasikan kampanye di negara-negara Teluk untuk “menentang Zionisme” dan normalisasi dengan Israel di wilayah tersebut.
“Universitas-universitas di Inggris tidak hanya terlibat dalam penolakan untuk mengakui genosida di Gaza, namun juga memainkan peran langsung dalam membiayai dan mengembangkan senjata yang dipasok ke tentara penjajah Zionis,” demikian bunyi pernyataan Gulf CAN.
Gulf CAN menyerukan kepada para pemangku kepentingan pendidikan domestik untuk memboikot daftar universitas Inggris berikut ini: Universitas Newcastle, Universitas Liverpool, Universitas Nottingham, Universitas Leeds, Universitas Northumbria, Universitas Queen Mary London, Universitas Portsmouth, Universitas Manchester, Universitas Metropolitan Manchester dan Universitas Coventry.
Universitas dalam daftar Gulf CAN telah menginvestasikan lebih dari 34 juta poundsterling pada perusahaan-perusahaan yang terkait dengan Israel, menurut Kampanye Solidaritas Palestina.
“Universitas-universitas ini mengambil posisi eksplisit dalam melindungi pendudukan dengan menekan demonstrasi mahasiswa yang menuntut diakhirinya partisipasi mereka dalam genosida di Gaza,” tambah pernyataan tersebut, dengan menyoroti bahwa “penindasan tersebut termasuk penggunaan kekerasan fisik, pelecehan seksual, dan pencopotan jilbab”.
Organisasi ini mengatakan bahwa universitas-universitas tersebut telah kehilangan £600.000 karena kampanye mereka sejauh ini, dan mencatat bahwa program beasiswa dan kemitraan dengan universitas-universitas lokal di Teluk merupakan “sumber pendapatan yang sangat diperlukan bagi universitas-universitas Inggris.”
British Council menemukan bahwa negara-negara Teluk, termasuk Kuwait dan Qatar, merupakan salah satu pasar terbesar untuk visa belajar Inggris yang disponsori pada tahun 2018. Inggris mengalami peningkatan hampir enam persen dalam visa T4 dari Kuwait.
Pada saat yang sama, Inggris tetap menjadi tujuan nomor satu Bahrain bagi pelajar yang meninggalkan negara itu, dengan lebih dari 15.000 pelajar.
Universitas-universitas di seluruh dunia, terutama di Inggris, telah menghadapi tekanan untuk melepaskan diri atau mencabut investasi dari perusahaan-perusahaan yang terkait dengan ‘Israel’ melalui berbagai aksi protes dan perkemahan.
Kampanye Solidaritas Palestina (PSC) menemukan bahwa sejumlah universitas di Inggris secara kolektif menginvestasikan hampir £430 juta di perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam perang Israel di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 38.000 warga Palestina.*