RUBLIK DEPOK – Penutupan operasional Bandung Zoo terus menuai protes dari berbagai pihak. Puluhan massa yang tergabung dalam Aliansi Bandung Melawan, yang terdiri dari mahasiswa, aktivis lingkungan, serta warga yang terdampak, mendesak Pemerintah Kota Bandung agar segera membuka kembali kebun binatang legendaris tersebut.
Massa Gelar Aksi Desak Pembukaan Kembali Bandung Zoo
Aksi unjuk rasa digelar di sekitar Balai Kota Bandung, Jalan Aceh, pada Senin (13/10/2025). Dalam demonstrasi itu, para peserta membawa alat musik tradisional seperti terompet dan kendang, serta menyanyikan lagu berbahasa Sunda untuk menarik perhatian pemerintah.
Perwakilan massa, Apipudin, menegaskan bahwa penutupan operasional kebun binatang yang berkepanjangan dapat berdampak serius terhadap kelangsungan hidup satwa serta kesejahteraan para pegawai. Ia menyebut, kebutuhan operasional Bandung Zoo mencapai sekitar Rp500 juta setiap bulan, termasuk untuk pakan hewan dan perawatan fasilitas.
“Jika dibiarkan, kondisi ini bisa mengancam kelangsungan hidup satwa dan mempersulit nasib para pegawai yang menggantungkan hidupnya di sana,” ujarnya.
Desakan Kembalikan Pengelolaan ke Keluarga Bratakusumah
Aliansi Bandung Melawan juga menuntut agar Pemkot Bandung mengembalikan hak pengelolaan Bandung Zoo kepada keluarga Bratakusumah, yang telah mengelola kawasan konservasi ini selama lebih dari 90 tahun. Mereka menilai penyegelan dan penutupan yang dilakukan Pemkot bersama kepolisian tidak sesuai mekanisme hukum.
Selain itu, mereka meminta Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, untuk lebih bijak dalam menanggapi persoalan ini dan tidak terburu-buru mengambil keputusan tanpa mendengar aspirasi warga.
Tuduhan Ada Kepentingan Oligarki di Balik Penutupan
Dalam tuntutannya, aliansi menuding adanya campur tangan pihak-pihak berkepentingan dalam upaya penutupan ini. Mereka menilai kebijakan tersebut berpotensi menguntungkan kelompok tertentu yang berorientasi pada investasi, bukan pada keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat Bandung.
Menurut mereka, kebun binatang bukan sekadar tempat rekreasi, tetapi juga ruang edukasi, budaya, dan konservasi satwa yang berperan penting bagi warga kota.
Desakan ke Pemerintah Pusat dan Kementerian Kehutanan
Selain kepada Pemkot Bandung, para aktivis juga meminta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, khususnya Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), turun tangan menengahi konflik antara pihak-pihak yang bersengketa. Mereka berharap ada solusi adil yang memulihkan fungsi kebun binatang tanpa merugikan satwa maupun pekerjanya.
Pemkot Bandung Tetap Tunggu Penyelesaian Konflik Internal
Sementara itu, Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, sebelumnya menegaskan bahwa pembukaan kembali Bandung Zoo baru dapat dilakukan jika konflik internal antara pihak-pihak pengelola diselesaikan. Menurutnya, pemerintah kota tidak dapat mempercayakan pengelolaan lembaga konservasi yang sedang berkonflik hukum.
Ia menambahkan bahwa pihaknya sudah melakukan komunikasi langsung dengan pengelola, namun belum ada kesepakatan damai. Karena itu, kebun binatang tetap ditutup sementara waktu demi kepastian hukum dan kejelasan pengelolaan ke depan.
Bandung Zoo, Ikon Kota yang Terancam Sepi
Bandung Zoo merupakan salah satu ikon wisata sekaligus lembaga konservasi tertua di Jawa Barat. Penutupan berkepanjangan berpotensi menurunkan kunjungan wisata, mengurangi pendapatan daerah, serta mengancam keseimbangan ekosistem hewan yang dirawat di sana.
Bagi warga Bandung, kebun binatang ini bukan sekadar tempat wisata, tetapi bagian dari sejarah dan ruang hijau kota yang menjadi kebanggaan masyarakat.