KORAN-PIKIRAN RAKYAT – Massa yang tergabung dalam aliansi masyarakat sipil, pegiat seni, dan mahasiswa menggelar aksi unjuk rasa di halaman Kebun Binatang Bandung, Senin 13 Oktober 2025. Mereka mendesak Pemerintah Kota Bandung untuk segera membuka kembali Kebun Binatang Bandung.
Aksi tersebut menyuarakan kekhawatiran atas nasib ratusan pegawai dan satwa pasca penutupan akibat sengketa pengelolaan yang telah berlangsung lebih dari dua bulan. Pantauan “PR” di lokasi, massa mulai berkumpul di halaman depan Kebun Binatang Bandung sejak pukul 10.00.
Aksi diwarnai dengan pertunjukan seni tradisional Sunda, seperti alunan musik dan atraksi pencak silat, menegaskan partisipasi para seniman dalam menyuarakan aspirasi ini. Setelah berkumpul, massa bergerak menuju Balai Kota Bandung untuk menyampaikan tuntutan mereka secara langsung.
Koordinator aksi dari Aliansi Bandung Melawan, Apipudin menyatakan, unjuk rasa ini merupakan akumulasi dari keresahan warga Kota Bandung. Apalagi, Kebun Binatang Bandung merupakan salah satu ikon kota yang kini terbengkalai tanpa kejelasan.
“Aksi ini sebenarnya membawa aspirasi warga Kota Bandung kepada pemerintah daerah agar kebun binatang tidak berlarut-larut ditutup,” ujar Apipudin di sela-sela aksi.
Menurut dia, penutupan yang telah berlangsung sejak 6 Agustus 2025 itu berdampak serius. Kesejahteraan sekitar 400 pegawai dan kelangsungan hidup lebih dari 700 satwa kini berada di ujung tanduk. Pasalnya, pendapatan utama untuk operasional, gaji, dan pakan satwa sepenuhnya bergantung pada penjualan tiket masuk yang kini terhenti total.
Lebih dari itu, Apipudin juga mendesak Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, untuk mengambil sikap tegas dengan mengembalikan hak pengelolaan kepada manajemen lama.
“Permintaan kita yang paling penting adalah pembukaan kembali dan wali kota memberikan hak pengelolaan kepada pengelola lama, yaitu keluarga Bratakusumah. Terlebih secara historis telah mengurus kawasan konservasi tersebut selama hampir satu abad,” katanya.
Suara senada diungkapkan oleh perwakilan dari Kelompok Penjaga Tanah Bandung, Iskandar yang menyayangkan berlarut-larutnya masalah ini. Apalagi, Kebun Binatang Bandung bukan sekadar kawasan konservasi, tetapi juga ruang memori kolektif bagi warga.
“Apalagi, ini kebun binatang ada sejarah. Mungkin waktu kita kecil lihat jalan-jalan orangtua kita ke sini, dan sekarang akan diambil seenaknya saja,” ucap Iskandar.
Ia berharap Pemkot Bandung dapat memulihkan fungsi kebun binatang seperti sedia kala di bawah manajemen yang semestinya. “Jadi kita minta juga kepada pemerintah kali ini kembali fungsi kepada asalnya gitu, pengelola asalnya,” ucapnya.
Buntut sengketa
Seperti diketahui, Kebun Binatang Bandung resmi ditutup untuk umum sejak 6 Agustus 2025. Penutupan ini merupakan buntut dari sengketa internal di tubuh Yayasan Margasatwa Tamansari, yang memanas antara kubu pengelola baru yang diwakili John Sumampauw dan kubu pengelola lama dari keluarga Bratakusumah.
Humas Yayasan Margasatwa Tamansari (YMT) Sulhan Syafi’i menuturkan, selain untuk memenuhi kebutuhan pakan satwa, Kebun Binatang Bandung (Bandung Zoo) juga mesti memperhatikan kesehatan maupun operasionalnya. Penutupan Bandung Zoo berbuntut pada tingkah satwa.
Aan, sapaan akrab Sulhan, menuturkan kalau satwa menjadi lebih pendiam. “Biasanya kan kalau ada pengunjung itu satwa atraksi-atraksi, sekarang mah lebih cenderung diam,” ujarnya, kemarin.
Kendati keberlangsungan satwa masih aman karena YMT memberi pakan dan menjaga kesehatan dengan rutin, Aan risau dengan nasib UMKM yang bergantung pada Bandung Zoo.
Ketua YMT manajemen baru John Sumampauw juga mendesak Wali Kota Bandung Muhammad Farhan segera memberi kejelasan dan kepastian masa depan kebun binatang yang memiliki 700 satwa itu. “Segera beri kepastian. Arah kebijakan ini mau ke mana,” kata dia.
John menyorot dampak penutupan Bandung Zoo, seperti kerugian yang dialami mitra kerja sama, UMKM yang berada di area Bandung Zoo. “Pasti banyak kerugian. Karena kita punya beberapa kontrak dengan pihak lain. Ada juga beberapa restoran di dalam, yang tentunya juga terdampak,” tuturnya. (Iwan Suherman, Mochamad Iqbal Maulud)***