IMR –
Share
Tweet
Share
Share
Email
Di kehidupan sehari-hari, banyak orang mungkin sering dengar istilah kanker payudara. Tapi sayangnya, enggak semua benar-benar tahu seberapa serius penyakit ini bisa mengubah hidup seseorang secara drastis, baik secara fisik, mental, maupun emosional. Jadi, penting tau apa itu kanker payudara agar bisa lebih waspada.
Penyakit kanker payudara tidak pandang usia dan bisa menyerang siapa saja, mulai dari remaja sampai orang tua. Bahkan laki-laki juga bisa kena meski risikonya lebih kecil.
Apa itu Kanker Payudara? Gejala, Penyebab, dan Pengobatannya
Apa Itu Kanker Payudara?
Kanker payudara adalah kondisi ketika sel-sel abnormal di jaringan payudara tumbuh tidak terkendali. Sel-sel ini bisa berkembang jadi tumor ganas yang nyebar ke jaringan sekitar atau organ lain.
Awalnya, kanker ini bisa muncul dalam bentuk benjolan kecil yang kadang nggak terasa sakit. Tapi kalau didiamkan, sel kanker bisa nyebar semakin luas.
Karena itu, penting untuk terus aware terhadap perubahan tubuh sendiri sejak dini. Kalau sudah terdeteksi, dokter biasanya bakal lakuin pemeriksaan lebih lanjut buat tahu seberapa parah penyebarannya.
5. Gejala Kanker Payudara yang Harus Dikenali Sejak Dini
Kanker payudara bisa menunjukkan gejala yang berbeda-beda pada setiap orang, tapi ada beberapa tanda umum yang perlu diperhatikan sejak awal.
1. Muncul Benjolan yang Tidak Biasa
Munculnya benjolan di area payudara bisa njadi tanda awal yang harus diperhatikan. Biasanya benjolan ini terasa berbeda dari jaringan sekitarnya. Meski tidak selalu sakit, perubahan ini tetap patut diwaspadai sejak pertama kali ditemukan.
Benjolan ini sering ditemukan secara tidak sengaja, baik saat mandi atau mengenakan pakaian. Ukurannya bisa kecil di awal dan tumbuh seiring waktu.
Pada sebagian kasus, benjolan bisa berpindah atau terasa menempel di bawah kulit. Ini jadi petunjuk penting yang sebaiknya tidak diabaikan. Terutama jika benjolan hanya muncul di satu sisi dan tidak hilang dalam beberapa minggu.
2. Perubahan Bentuk atau Ukuran Payudara
Setiap perempuan memiliki bentuk payudara yang unik, tapi perubahan betuk atau ukuran payudara tiba-tiba perlu diwaspadai. Misalnya satu payudara terlihat lebih besar, mengeras, atau turun sebelah.
Perubahan ini tidak selalu disertai rasa sakit, sehingga sering terabaikan. Padahal, bentuk yang tiba-tiba tidak simetris bisa menandakan adanya masalah dalam jaringan payudara.
Pemantauan rutin sangat dianjurkan, terutama setelah usia 30 tahun. Beberapa perempuan juga merasakan adanya tekanan atau berat berlebih di salah satu sisi payudara.
Lakukan pemeriksaan payudara secara mandiri secara berkala kalau terjadi perubahan betuk atau ukuran payudara. Semakin awal ditemukan perubahan, semakin mudah penanganannya.
3. Kulit di Payudara Tampak Aneh
Kulit yang kerasa lebih tebal, kemerahan, atau tampak mengerut seperti kulit jeruk, wajib dicurigai. Perubahan ini harus diperhatikan secara serius, bukan dianggap hal biasa, ya! Perubahan ini bisa disertai rasa panas atau gatal yang nggak kunjung hilang. juga muncul bercak yang makin besar.
Perubahan kulit disertai pembengkakan yang tidak jelas penyebabnya, ada kemungkinan sel kanker mulai menyebar ke jaringan sekitar. Pemeriksaan lanjutan sangat penting untuk memastikan kondisi tersebut.
4. Nyeri Payudara yang Tidak Biasa
Nyeri pada payudara sebenarnya umum dirasakan, terutama menjelang menstruasi. Namun, rasa sakit yang terus muncul tanpa sebab jelas patut dicurigai. Terutama jika nyeri hanya terjadi di satu sisi dan berlangsung dalam jangka waktu lama.
Rasa nyeri ini bisa tajam, berdenyut, atau seperti ditekan dari dalam. Terkadang muncul tiba-tiba dan tidak membaik meski sudah minum obat penghilang nyeri.
Nyeri yang tidak kunjung membaik dalam hitungan minggu harus diperhatikan lebih serius. Meskipun tidak selalu berarti kanker, gejala ini tetap tidak boleh diabaikan. Terlebih jika disertai tanda fisik lain seperti benjolan atau perubahan kulit.
5. Puting Mengalami Perubahan Aneh
Puting yang tertarik ke dalam atau bentuknya berubah secara tiba-tiba perlu diwaspadai. Selain bentuk, keluarnya cairan dari puting tanpa sebab jelas juga termasuk gejala. Warna cairannya bisa bening, kekuningan, atau bahkan berdarah.
Beberapa perempuan juga mengalami gatal atau perih di sekitar puting. Jika rasa tersebut tidak membaik dengan krim biasa, bisa jadi ada kondisi lebih dalam yang terjadi.
5 Penyebab Kanker Payudara
Penyebab kanker payudara berasal dari berbagai faktor, baik dari dalam tubuh maupun lingkungan sekitar yang memengaruhi sel dan hormon secara perlahan.
1. Faktor Keturunan atau Genetik
Riwayat keluarga bisa menjadi salah satu penyebab utama seseorang mengidap kanker payudara. Jika ada anggota keluarga dekat yang mengalaminya, risiko menjadi lebih tinggi.
Mutasi gen ini bisa diwariskan dari orang tua dan meningkatkan risiko dalam hidup seseorang. Tidak hanya dari ibu, gen ini juga bisa diturunkan oleh ayah.
Tes genetik bisa menjadi pilihan untuk mengetahui apakah seseorang membawa mutasi tersebut. Dengan informasi ini, dokter bisa memberikan saran pencegahan lebih awal.
Meskipun tidak semua kasus kanker payudara disebabkan faktor keturunan, riwayat keluarga tetap berpengaruh besar.
2. Hormon Estrogen yang Tidak Seimbang
Tingginya kadar hormon estrogen dalam tubuh dapat memicu pertumbuhan sel kanker. Estrogen bisa merangsang jaringan payudara secara berlebihan. Jika berlangsung dalam jangka panjang, risiko kanker akan meningkat secara signifikan.
Wanita yang menstruasi terlalu dini atau menopause terlalu lambat punya durasi paparan estrogen lebih panjang. Ini bisa meningkatkan risiko. Ketidakseimbangan hormon juga bisa dipengaruhi oleh gaya hidup.
Jadi, penting untuk menjaga kesehatan hormon dengan pola hidup sehat. Melakukan aktivitas olahraga ringan dan menjaga berat badan ideal sangat membantu.
3. Gaya Hidup Tidak Sehat
Gaya hidup yang buruk, seperti kurang gerak dan konsumsi makanan berlemak tinggi, bisa meningkatkan risiko terkena kanker payudara. Kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol juga memengaruhi kesehatan payudara. Semua ini berdampak ke kondisi sel tubuh secara keseluruhan, lho.
Lemak berlebih bisa meningkatkan produksi estrogen, yang berisiko merangsang pertumbuhan sel kanker. Aktivitas fisik yang cukup membantu menjaga hormon tetap seimbang.
Kebiasaan makan cepat saji dan minim serat juga memperburuk kondisi metabolisme. Padahal, sistem imun sangat dipengaruhi oleh pola makan yang sehat.
Merubah gaya hidup tidak harus drastis. Langkah kecil seperti berjalan kaki rutin dan memilih makanan sehat bisa memberi efek besar. Investasi kesehatan jauh lebih murah daripada pengobatan jangka panjang.
4. Penggunaan Obat Hormonal
Penggunaan terapi hormon jangka panjang bisa memicu pertumbuhan sel kanker. Terutama pada wanita menopause yang menggunakan estrogen tambahan. Efek ini perlu dipantau secara berkala oleh dokter.
Pil KB dan terapi hormon harus digunakan dengan pertimbangan risiko. Tidak semua orang cocok menggunakan jenis hormon tertentu. Pemeriksaan berkala sangat dianjurkan agar tidak terjadi efek samping serius.
Beberapa studi menunjukkan hubungan antara terapi hormon dan peningkatan risiko kanker payudara. Sehingga penggunaannya harus sesuai anjuran medis. Jangan asal minum tanpa konsultasi.
5. Paparan Zat Kimia Berbahaya
Zat kimia tertentu yang terdapat dalam produk rumah tangga, plastik, atau kosmetik bisa mengandung senyawa pemicu kanker. Senyawa seperti BPA (Bisphenol A) dapat meniru hormon estrogen di dalam tubuh. Efeknya bisa memicu pertumbuhan sel yang tidak normal.
Paparan zat kimia ini sering terjadi tanpa disadari. Misalnya dari botol plastik yang dipanaskan, produk kecantikan berparaben, atau pembersih dengan kandungan toksik. Bila digunakan setiap hari, akumulasi zat tersebut bisa membahayakan jaringan tubuh.
Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara paparan bahan kimia dan peningkatan risiko kanker payudara. Meskipun tidak langsung menyebabkan kanker, paparan jangka panjang bisa menambah risiko kanker payudara.
5 Pilihan Pengobatan Kanker Payudara
Pengobatan kanker payudara dilakukan dengan berbagai metode medis yang disesuaikan dengan kondisi pasien, jenis kanker, dan tingkat penyebarannya.
1 . Operasi
Operasi adalah tindakan medis yang paling sering dilakukan untuk mengangkat sel kanker dari payudara. Ada dua jenis operasi yang umum dilakukan, yaitu lumpektomi (hanya bagian kanker saja yang diangkat) dan mastektomi (seluruh payudara diangkat).
Pilihan operasi tergantung seberapa luas penyebaran kanker. Jika sel kanker masih kecil dan belum menyebar, biasanya cukup dilakukan lumpektomi. Tapi kalau sudah menyebar luas, dokter bisa menyarankan mastektomi.
Setelah operasi, beberapa pasien memilih menjalani rekonstruksi payudara agar bentuknya kembali. Proses pemulihan bisa berbeda-beda tergantung kondisi tubuh, tapi pemeriksaan rutin setelah operasi sangat penting untuk memastikan tidak ada kanker yang tersisa.
2. Radioterapi
Radioterapi menggunakan sinar khusus untuk menghancurkan sel kanker yang masih tersisa setelah operasi. Terapi ini hanya fokus pada area tertentu di tubuh, jadi tidak menyebar ke seluruh bagian tubuh seperti kemoterapi.
Biasanya radioterapi dilakukan beberapa kali dalam seminggu selama beberapa minggu. Efek sampingnya bisa berupa kulit terasa terbakar ringan, kelelahan, atau kemerahan di area yang disinar.
Radioterapi sangat membantu mencegah sel kanker tumbuh kembali. Prosedur ini aman dan diawasi langsung oleh dokter spesialis. Meskipun butuh waktu, hasilnya cukup efektif jika dilakukan sesuai jadwal.
3. Kemoterapi
Kemoterapi bekerja dengan menggunakan obat-obatan kuat untuk membunuh sel kanker. Obatnya diberikan lewat infus, dan menyebar ke seluruh tubuh lewat aliran darah, jadi cocok untuk kanker yang sudah menyebar.
Efek samping dari kemoterapi bisa terasa cukup berat seperti rambut rontok, mual, lelah, dan turunnya nafsu makan. Tapi ini bisa dikelola dengan perawatan tambahan dan dukungan dari keluarga atau tenaga medis.
4. Terapi Hormon
Terapi hormon digunakan jika kanker payudara sensitif terhadap hormon estrogen atau progesteron. Obatnya bekerja dengan menghambat atau menurunkan kadar hormon dalam tubuh supaya sel kanker tidak berkembang.
Terapi ini biasanya dijalankan setelah operasi, bisa berlangsung selama lima hingga sepuluh tahun. Efek sampingnya bisa termasuk nyeri sendi, perubahan mood, atau gangguan siklus haid, tapi tetap bisa dikendalikan.
Terapi hormon sangat penting untuk mencegah kekambuhan kanker. Penggunaan obat ini harus rutin dan diawasi dokter. Jangan berhenti sendiri tanpa anjuran medis, karena tubuh butuh penyesuaian dalam jangka panjang.
5. Imunoterapi
Imunoterapi membantu sistem imun tubuh mengenali dan melawan sel kanker. Obat yang digunakan bekerja dengan meningkatkan kerja sel kekebalan agar bisa membedakan mana sel normal dan mana sel kanker.
Tidak semua jenis kanker payudara cocok untuk imunoterapi, jadi dokter akan melakukan tes khusus sebelum memberikannya. Efek sampingnya biasanya lebih ringan seperti kelelahan atau demam ringan.
Terapi ini menjadi harapan baru, terutama bagi pasien yang tidak cocok dengan kemoterapi. Walaupun belum jadi metode utama untuk semua pasien, hasilnya cukup menjanjikan dan terus diteliti lebih lanjut.
Jangan pernah merasa malu atau takut untuk memeriksakan diri ke tenaga medis. Kesehatan bukan hal yang bisa ditunda, dan tidak ada salahnya berjaga-jaga.
Dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitar juga sangat membantu, baik dalam proses penyembuhan maupun menjaga mental agar tetap kuat.
Edukasi diri, rutin periksa, dan jaga pola hidup sehat. Karena semakin paham, bisa melindungi diri dan orang-orang tersayang dari risiko yang sebenarnya bisa dicegah sejak awal.
Artikel Menarik Lainnya!
Jangan lupa untuk LIKE kita di Facebook, Follow Twitter dan Instagram TipsPintar.com. Ditambah lagi, biar gak ketinggalan video-video menarik dari kita, jangan lupa Subcribe YouTube Channel TipsPintar.com