Ijab kabul di dalam penyerahan harta zakat sesungguhnya bukan hal yang mutlak menjadi syarat
InfoMalangRaya.com | ZAKAT merupakan ibadah wajib dan salah satu daripada rukun Islam yang diwajibkan pada tahun ke-2 H. Ini sepertimana hadis dari Ibnu Umar RA:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَرَضَ زَكَاةَ الْفِطْرِ مِنْ رَمَضَانَ عَلَى النَّاسِ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ عَلَى كُلِّ حُرٍّ أَوْ عَبْدٍ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى مِنَ الْمُسْلِمِينَ
“Dari Abdullah Ibnu Umar r.a. (diriwayatkan bahwa) Rasulullah saw telah mewajibkan zakat fitri pada bulan Ramadhan sebanyak satu sha’ kurma atau gandum atas kaum muslimin: merdeka ataupun budak, laki-laki ataupun wanita, laki-laki ataupun perempuan.” (HR: Muslim).
Para fuqaha’ menjelaskan, bahwa zakat merupakan sedekah yang wajib. Ia berdasarkan firman Allah SWT:
خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِم بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ ۖ إِنَّ صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْ ۗ وَاللَّـهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS: at-Taubah: 103).
Dr. Wahbah Zuhaili menyatakan di dalam kitabnya bahwa para fuqaha’ berpendapat, yang dimaksudkan di dalam ayat di atas adalah zakat yang diwajibkan kepada seluruh umat manusia. (Lihat: Tafsir al-Wasit li Zuhaili: 1/913).
Begitu juga yang terdapat di dalam al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah menyatakan bahwa sedekah yang wajib menurut syar’a terhadap harta adalah zakat harta. Sedekah yang diwajibkan pada bagian tubuh adalah zakat fitrah. (Lihat: al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaituyyah, 26/325)
Syarat Wajib dan Sahnya Zakat
Dr. Wahbah Zuhaili menyatakan bahwa syarat-syarat mengeluarkan zakat terdapat syarat wajib dan sah. Oleh karena itu, wajib bagi seorang muslim yang sudah mandiri, sudah baligh, berakal sehat, dan memiliki harta yang cukup jumlahnya (Nisab) dan masa kepemilikan batas harta yang wajib dikeluarkan zakatnya (haul) serta sah mengeluarkan zakat dengan tujuan menunaikan kewajibannya. (Lihat: al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, 3/1796).
Niat adalah penetapan suatu hal sebagai ibadah dan membedakannya dengan ibadah lain seperti zakat. Ini sebagaimana hadis dari Sayidina Umar al-Khattab RA berdasar Sabda Nabi ﷺ:
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَإِنَّمَا لاِمْرِئٍ مَا نَوَى
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan.” (HR: Muslim 1907)
Mengikut pandangan Mazhab Imam Syafi’i, wajib berniat di dalam hati dan tidak disyaratkan dengan kata-kata seperti contoh “Ini Zakat harta” walaupun tanpa berniat fardhu, ini karena membayar zakat merupakan suatu kewajipan. (Lihat: al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, 3/1811)
Imam Nawawi dalam Raudhatut Thalibin berpendapat sedekah sama hukumnya dengan hadiah, dan ia tidak memerlukan lafaz ijab dan qabul. Cukup sekadar penyerahan dan penerimaan barang dan pendapat ini merupakan pendapat yang sahih di dalam Mazhab Imam Syafi’i serta telah di naqalkan oleh fuqaha’ mazhab muta’akhirin. (Lihat: Raudah al-Thalibin, 5/365-366).
Dakwah Media BCA – Green
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal InfoMalangRaya (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Kesimpulan
Ijab kabul di dalam penyerahan harta zakat sesungguhnya bukan hal yang mutlak menjadi syarat. Sehingga, bila tidak ada ijab kabul dalam zakat, maka zakat itu menjadi sah.
Namun, tidak menjadi masalah sekiranya melakukan akad ijab dan qabul guna memastikan tujuan dan tujuan pemberian zakat tercapai. Dengan demikian mengeluarkan zakat memerlukan kepuasan dan keikhlasan agar dapat memperoleh keridhaan Allah SWT. Firman Allah SWT:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّـهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
“Mereka tidak diperintah, kecuali untuk menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya lagi hanif (istikamah), melaksanakan shalat, dan menunaikan zakat. Itulah agama yang lurus (benar).” (QS: Al-Bayyinah: 5).*/laman muftiwp.gov.my