Sejarah Band Legendaris Slank
Slank, salah satu band rock terbesar di Indonesia, pertama kali dibentuk pada 26 Desember 1983 di Jakarta. Awalnya, band ini terdiri dari Bimbim (drum), Bongky (gitar), Erwan (vokal), Kiki (gitar), dan Dewi BDN (bass). Mereka memiliki latar belakang yang berbeda, namun memiliki kesamaan dalam minat terhadap musik rock.
Sebelum membentuk Slank, Bimbim pernah bergabung dengan grup band bernama Cikini Stone Complex (CSC) bersama teman-temannya dari sekolah menengah. Ketika CSC bubar, Bimbim mengajak sepupunya, Deni BDN, untuk membentuk band baru. Awalnya, mereka memberi nama band tersebut sebagai Level, tetapi akhirnya memutuskan untuk mengganti nama menjadi Slank. Nama ini terinspirasi dari sebutan teman-teman yang sering menyebut mereka “cowok slank”, yang menggambarkan gaya santai dan slengean mereka.
Penampilan perdana Slank dengan nama baru terjadi di Universitas Nasional Jakarta. Mereka langsung tampil dengan lagu-lagu ciptaan mereka sendiri. Musik mereka kental dengan pengaruh rock Barat, terutama Van Halen, yang mulai menarik perhatian masyarakat.
Pada tahun 1984, terjadi pergantian anggota. Gitaris Kiki memutuskan untuk hengkang, dan Slank menggaet Adri sebagai gitaris baru. Masuknya Adri membawa nuansa baru ke dalam musik Slank, termasuk penambahan alat musik yang belum pernah digunakan sebelumnya, yaitu hibos.
Tahun 1985 menjadi momen penting ketika vokalis Erwan memutuskan untuk melanjutkan studi di Amerika Serikat. Ia digantikan sementara oleh Uti Suharyani dan Lala, meski tidak bertahan lama karena kurang cocok. Pada tahun 1986, Slank kembali mengganti vokalis dengan Weiwei, mantan vokalis Cikini Stone Complex.
Formasi band ini terus berubah dengan beberapa pergantian anggota, hingga pada tahun 1989, mereka mengukuhkan formasi yang lebih stabil, termasuk menggandeng Indra Qadarsih sebagai keyboardist.
Pada 1990, setelah beberapa tahun berjuang untuk dikenal, Slank merilis album pertama yang berjudul Suit Suit He He dengan lagu andalan “Maafkan”. Album ini sukses di pasaran, meraih penghargaan sebagai album dengan penjualan terbaik tahun 1990-1991, dan membuat Slank menjadi band yang sangat dikenal di kalangan anak muda Indonesia.
Kesuksesan ini diperoleh berkat kekuatan lirik yang mewakili kegelisahan dan semangat muda, serta kehadiran video klip yang turut mempopulerkan lagu-lagu mereka.
Di tahun-tahun berikutnya, Slank terus bereksperimen dengan musik mereka. Pada album kedua, Kangkungan, mereka semakin berani mengekspresikan emosi melalui lirik dan musik cadas. Lagu “Terlalu Manis” dan “Mawar Merah” menjadi hit besar, membawa Slank ke puncak popularitas. Penghargaan pun datang bertubi-tubi, menjadikan mereka salah satu band paling berpengaruh di Indonesia pada awal 1990-an.
Namun, meskipun sukses di dunia musik, perjalanan Slank tidak tanpa rintangan. Masalah internal dan ketergantungan pada narkoba mulai mengganggu produktivitas mereka. Hal ini mengakibatkan penundaan dalam proses rekaman album ketiga mereka yang diberi judul Tips Plesetan. Meskipun demikian, album ini tetap berhasil meraih penghargaan dan mencetak lagu-lagu hits seperti “Mau Beli Tidur” dan “Kirim Aku Bunga”.
Pada tahun 1994, Slank memilih jalur independen, memutuskan untuk tidak lagi bergantung pada manajer dan label besar. Mereka mendirikan Pulau Biru Production dan label rekaman Fish Records. Keputusan ini memberi mereka kebebasan lebih besar dalam berkarya. Album Generasi Biru yang mereka rilis melalui label baru ini berhasil meraih penghargaan double platinum dan membawa Slank ke puncak kejayaan kembali. Lagu “Kamu Harus Pulang” dan “Terbunuh Sepi” menjadi hits besar di tahun 1994.
Namun, pergolakan dalam tubuh Slank terus berlanjut. Pengaruh narkoba dan ketegangan antara personel menyebabkan perselisihan. Puncaknya, beberapa personel, seperti Bongky dan Indra Q, memutuskan untuk keluar. Hanya tersisa Bimbim dan Kaka yang bertahan, yang menandai perubahan besar dalam formasi band.
Pada 1996, Slank merilis album kelima mereka, Minoritas, yang unik dengan penulisan lirik yang terbalik di sampul album. Lagu-lagu dari album ini, seperti “Bang Bang Tut” dan “Kalau Kau Ingin Jadi Pacarku”, menjadi hits dan memperkuat posisi Slank sebagai band rock paling berpengaruh di Indonesia.
Meskipun masih aktif, pengaruh narkoba dan perselisihan internal terus membayangi perjalanan Slank. Perjalanan Slank dari tahun 1983 hingga 1996 mencerminkan dinamika sebuah band yang berjuang keras untuk mendapatkan pengakuan, namun juga harus menghadapi banyak tantangan, baik dari dalam maupun luar band. Di balik segala kesulitan tersebut, mereka tetap menjadi salah satu simbol musik rock Indonesia yang paling ikonik.