Pasrah atas kehendak Tuhan itu tak semudah ketika kita mengucapkan atau menuliskannya, sebab dalam konteks kepasrahan tersebut, dibutuhkan kekuatan mental khusus yang sangat kuat untuk menerima tekanan dari lingkungan sosial atau masyarakat dengan perspektif mainstreamnya. Belum lagi pertarungan ego tentang citra diri yang jelas akan terus berkelana pada imaji atau bahkan pada angan dan pikiran.
Kepasrahan seseorang yang sedang terancam nyawanya akibat ditodong oleh begal ditempat yang sepi dan tak mungkin bisa meminta tolong pada orang lain. Juga akan mempengaruhi mental dan pikiran seseorang. Jika seseorang itu tenang, maka semuanya akan lebih terkendali dengan baik proses penyelamatan nyawanya. Dan begitu juga sebaliknya. Jika seseorang itu takut dan panik, maka tak jarang kepasrahan itu akan berubah bentuk menjadi bencana baru.
Berbeda dengan Pasrah (bhs.jawa)nya tukang kayu, dalam pasrah nya tukang kayu, seseorang hanya membutuhkan skil saja, yaitu cara memakai alat dan menempatkan posisinya serta penekanan ketika mendorong alat tersebut diatas kayu, tanpa ada tekanan apapun dari masyarakat yang akan mempengaruhi psikologi seseorang.
Pastinya juga sangat berbeda juga dengan Pasrah dalam sebuah lagunya Hamdan ATT. Dalam lagu dangdut tersebut yang liriknya bercerita tentang patah hati seorang manusia yang sudah kadung cinta sekonyong koder, akan tetapi perjuangan cintanya hanya bertepuk sebelah tangan. Pasrah atas kondisi cinta yang merasa dicurangi.
Begitulah istilah pasrah dengan beberapa dimensinya. Kata yang akan sering muncul, hanya ketika seseorang merasakan atau sedang mengalami sebuah tekanan, baik itu tekanan mental akibat cinta, hutang piutang, perselisihan dengan teman atau saudara, bahkan hingga persoalan politik dan hukum.
Akan tetapi kepasrahan yang sedang dijalani oleh masyarakat Indonesia, sungguh sangat membingungkan. Mereka hidup dalam sebuah tekanan pajak yang semakin melebar, di satu sisi hampir seluruh gaji untuk lapangan pekerjaan di Indonesia harganya sangat murah. Masyarakat ketika ditanya dengan realitas tersebut mereka umumnya akan bilang
“Pasrah ajah Mas dengan situasinya, toh kita tidak sendirian koq dalam merasakannya”
Sungguh sebuah kepasrahan yang sangat membingungkan. Sebab yang harusnya mereka lakukan adalah bertanya dan mempertanyakan kepada para perwakilannya dalam konteks politik yaitu anggota DPR. Agar para anggota DPR tersebut bergerak melakukan perubahan atas tekanan masyarakat yang telah mempercayakannya.
Baru setelah semua jalan itu buntu dan mereka akan menghadapi hadangan moncong militer, kata Pasrah menjadi lebih pas maksud dan maknanya.
Nashir Ngeblues