Sejarah Ayam Goreng Suharti yang Berawal dari Perjuangan
Ayam goreng Suharti di Sleman Yogyakarta adalah salah satu kuliner legendaris yang menjadi favorit banyak wisatawan. Lokasinya hanya berjarak sekitar 45 menit dari Klaten, menjadikannya destinasi makanan yang patut dikunjungi. Restoran ini tidak hanya menawarkan rasa ayam goreng yang khas, tetapi juga memiliki kisah perjalanan hidup yang penuh dengan perjuangan dan dinamika.
Dikenal dengan nama “Ayam Goreng Suharti”, restoran ini kini telah menjadi ikon kuliner Indonesia. Banyak turis yang datang ke Yogyakarta pasti mengunjungi tempat ini. Namun, di balik kesuksesannya, ada kisah panjang yang terjadi antara pendirinya, Suharti, dan mantan suaminya, Bambang Sachlan Pratohardjo.
Pada tahun 2023, sejarah Ayam Goreng Suharti kembali viral di media sosial, khususnya Twitter. Hal ini dipicu oleh unggahan akun @WarungKopiKita yang membahas latar belakang usaha ini. Cerita yang muncul adalah tentang perpisahan antara Suharti dan Sachlan. Setelah berpisah, keduanya menjalankan bisnis masing-masing dengan merek yang mirip: “Ayam Goreng Suharti” yang dikelola Suharti, dan “Ayam Goreng Ny. Suharti” yang dijalankan oleh Sachlan.
Meskipun nama mereka serupa, latar belakang usaha ini bermula dari nol. Suharti adalah cucu dari Mbok Berek, seorang pengusaha ayam goreng legendaris asal Yogyakarta. Meski memiliki nama besar, ia tidak langsung mengandalkan reputasi neneknya. Ia belajar sendiri meracik bumbu dan teknik menggoreng ayam khas keluarga di rumah makan milik Mbok Berek.
Pada tahun 1956, saat berusia 26 tahun, Suharti memulai usaha ayam gorengnya dengan berkeliling menggunakan sepeda tua sambil membawa bakul berisi ayam goreng dagangannya. Ia menjajakan ayam dari Yogyakarta hingga Surakarta, dibantu oleh sang ayah. Dalam perjalanannya, ia bertemu dengan Sachlan, seorang pegawai Kepatihan Yogyakarta, yang kemudian menjadi suaminya pada tahun 1961.
Dengan dukungan Sachlan, usaha Suharti berkembang pesat. Mulai dari berjualan di sepeda, berpindah ke skuter, dari kaki lima ke pasar, hingga bisa menabung dari hasil penjualan harian. Pada tahun 1968, mereka membeli sebidang tanah di Maguwoharjo, Yogyakarta, dan mempersiapkan pembukaan warung ayam goreng sendiri.
Dua tahun kemudian, pada tahun 1970, Rumah Makan Ayam Goreng Suharti resmi dibuka dan mendapat sambutan hangat dari masyarakat. Lambat laun, ayam goreng Suharti menjadi restoran ayam goreng favorit di Yogyakarta.
Sayangnya, keberhasilan bisnis tidak selalu berdampak positif pada kehidupan pribadi. Setelah lebih dari dua dekade membangun usaha bersama, Suharti dan Sachlan memutuskan untuk berpisah. Perpisahan ini tidak hanya memengaruhi kehidupan pribadi mereka, tetapi juga berdampak pada bisnis yang telah dirintis sejak awal.
Pada tahun 1992, Suharti resmi mematenkan nama Rumah Makan Ayam Goreng Suharti. Ia bahkan menambahkan fotonya sebagai bagian dari logo agar lebih mudah dikenali dan tak bisa ditiru. Meski sempat diterpa badai dalam kehidupan pribadi dan bisnis, Suharti berhasil mempertahankan nama besarnya.
Hingga kini, Ayam Goreng Suharti tetap menjadi salah satu kuliner yang dicari banyak orang, terutama bagi pecinta ayam goreng di Nusantara. Dari perjuangan awal hingga menjadi ikon kuliner, kisah Suharti menjadi inspirasi bagi banyak orang.
