InfoMalangRaya.com– Pemerintah Iraq hari Kamis (17/7/2025) mengumumkan kesepakatan untuk melanjutkan kembali ekspor minyak mentah dari wilayah otonomi Kurdistan setelah selama dua tahun lebih terhenti.
Ekspor minyak Kurdi merupakan sumber utama ketegangan antara Baghdad dan Erbil, yang akibat perselisihan legal dan gangguan teknis kran pipa-pipa yang menyalurkan minyak Kurdi melalui Turki ditutup sejak 2023.
Pemerintah wilayah otonomi Kurdistan akan segera memulai kembali pengiriman produksi minyak ke badan pemerintah Baghdad, State Oil Marketing Organization (SOMO), untuk keperluan “ekspor”, kata pihak pemerintah Iraq dalam sebuah pernyataan seperti dilansir AFP.
Jumlahnya tidak akan kurang dari 230.000 barrel per hati, dan Baghdad akan membayar di muka dengan harga $16 per barrel.Pemerintah Kurdistan dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa pihaknya menyambut baik kesepakatan itu dan berharap semua kesepakatan yang ada akan dihormati.
Minyak Kurdistan sebelumnya dijual secara mandiri oleh Erbil, tanpa persetujuan atau pengawasa dari pemerintah pusat Iraq di Baghdad. Minyak diekspor melalui pelabuhan Ceyhan di Turki.
Namun, ekspor terhenti sejak Maret 2023 ketika pengadilan arbitrase International Chamber of Commerce di Prancis memutuskan bahwa ekspor secara langsung oleh pemerintah Kurdistan itu ilegal dan Baghdad memiliki hak ekslusif untuk memasarkan semua minyak yang dihasilkan dari wilayah Iraq.
Sejak itu, pihak Baghdad dan Erbil melakukan pembicaraan untuk menyelesaikan permasalah di antara mereka.
Kesepakatan terakhir juga mencakup soal tunggakan gaji aparatur sipil negara di Kurdistan yang lama tidak dibayarkan oleh Baghdad. Kementerian Keuangan Iraq akan membayar gaji bulan Mei begitu SOMO mengkonfirmasi sudah menerima pembayaran minyak yang diekspor lewat pelabuhan Ceyhan.
Pemerintah Kurdistan berharap soal gaji akan dipisahkan dari perselisihan-perselisihan lain, tidak selalu disangkutpautkan dengan isu lain seperti yang selama ini dilakukan oleh Baghdad.
Kesepakatan Baghdad-Erbil itu dicapai setelah ketegangan selama beberapa pekan di Kurdistan, akibat serangan drone tak bertuan atas sebagian besar ladang minyak di kawasan itu. Serangan terakhir menyasar sebuah ladang minyak yang dikelola perusahaan Norwegia pada hari Kamis pagi – serangan kedua di tempat yang sama dalam kurun dua hari.
Sejauh ini belum ada pihak yang mengklaim sebagai pelaku serangan-serangan tersebut.*