InfoMalangRaya.com—Surat kabar Ibrani Haaretz mengkritik kelakuan Gilad Erdan, Duta Besar ‘Israel’ untuk PBB, yang membeberkan nomor telepon pimpinan Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) di Gaza, Yahya Sinwar, disertai dengan kalimat, “Jika Anda menginginkan gencatan senjata, hubungi dia.”
Surat kabar tersebut menilai bahwa hal ini sebagai tidakan yang mempermalukan ‘Israel’ dan menggambarkannya dalam posisi yang menggelikan.
“Sangat disayangkan bahwa pada saat kritis seperti ini, tidak ada pemikiran untuk memulangkan duta besar yang kekanak-kanakan ini dan menggantikannya dengan seseorang yang memiliki kedudukan tinggi untuk mewakili kami dengan cara yang lebih bermartabat,” demikian kritik media Yahudi dalam artikel yang ditulis analis politik Carolina Lindsman.
Selama pertemuan Majelis Umum PBB untuk membahas seruan gencatan senjata segera di Gaza, Erdan mengangkat poster bertuliskan nomor telepon Yahya Sinwar, pemimpin Hamas di Gaza (yang sebenarnya adalah nomor kantor media Hamas).
“Jika Anda menginginkan gencatan senjata, hubungi dia,” katanya.
Menurut Carolina Lindsman, apa yang dilakukan Erdan adalah sikap kekanak-kakanakan, yang tak mencermintan duta besar. “Itu adalah sikap kekanak-kanakan yang mencerminkan upaya kreativitas, yang diambil dari pedoman teknologi tinggi di mana wirausahawan muda diajarkan bahwa mereka hanya memiliki beberapa detik untuk menjual sebuah ide,” katanya.
Trik ini mengirimkan pesan bahwa ‘Israel’ sedang mencoba memobilisasi dukungan seperti halnya memobilisasi para pemodal, yang berarti bahwa diplomasi bagi ‘Israel’ hanya salah satu cabang pemasaran.
“Sejujurnya, harus diakui bahwa gaya Erdan bukan sekadar ekspresi kedewasaan mentalnya. Pilihan triknya yang terus-menerus (jangan lupakan Bintang Daud kuning yang ia kenakan sebagai tanda protes, yang menyebabkan negara ‘Israel’ diturunkan statusnya menjadi kamp kematian) merupakan indikasi dari masalah yang lebih luas, yaitu bahwa intelijen ‘Israel’ terjebak dalam mentalitas hasbara yang “menjelaskan” ‘Israel’,” tambah dia.
Ia mentatakan, ‘Israel’ tidak menyadari ada sesuatu yang berubah ketika tentara IDF menginvasi Jalur Gaza dan ‘Israel’ telah melahirkan batas batas ketakutan. Sayangnya, ‘Israel’ kembali ke zona nyaman Hasbara (melakukan aksi propaganda yang dibuat ‘Israel’ kepada publik).
“Sebenarnya tidak ada diskusi antara orang-orang yang mempunyai pemikiran berbeda, sepertinya tidak ada seorang pun yang berpikir, dan keinginan untuk memahami apa yang terjadi telah dibungkam oleh penjelasan yang dibuat sebelumnya, oleh propaganda.”
Menurutnya, nampaknya ‘Israel’ belum siap untuk melakukan perdebatan secara nyata tentang peristiwa agresinya di Gaza. Hal ini karena ‘Israel’ dinilai menolak tangggung jawab atas semua perbuatanya.
“‘Israel’ tidak mau membicarakan konteksnya karena menolak untuk berbagi tanggung jawab atas apa yang terjadi padanya, dan lebih memilih untuk melihat dirinya sebagai korban yang menghadapi gelombang anti-Semitisme secara spontan, seolah-olah kelompok yang menyerang ‘Israel’ bisa saja menjadi sebuah kelompok yang tidak bertanggung jawab,” tulisnya, menambahkan seolah tanpanya, mustahil mengubah kenyataan.
“Jadi mungkin, tinggalkan saja Erdan di tempatnya sekarang,” demikian kritik Carolina Lindsman.*