Bala’ adalah rahmat Allah yang menghapus dosa dan mengangkat derajat hamba-Nya menuju kesempurnaan iman
InfoMalangRaya.com | SALAH satu bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya adalah dengan menurunkan Bala’ (ujian/musibah) kepada mereka. Bagi orang beriman, Bala’ bukanlah bentuk azab, melainkan jalan untuk menghapus dosa dan menaikkan derajat di sisi Allah.
1. Menghapus Dosa
Rasulullah ﷺ bersabda:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ وَأَبِي هُرَيْرَةَ، عَنْ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ:
“مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ، وَلَا وَصَبٍ، وَلَا هَمٍّ، وَلَا حُزْنٍ، وَلَا أَذًى، وَلَا غَمٍّ، حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا، إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ.”
Dari Abu Sa’id Al-Khudri dan Abu Hurairah radhiyallāhu ‘anhuma, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda: “Tidaklah seorang Muslim tertimpa rasa lelah, sakit, kekhawatiran, kesedihan, gangguan, atau kegundahan, bahkan hingga duri yang menusuknya, kecuali Allah akan menghapus dosa-dosanya karena itu.” (HR. al-Bukhari no. 5641 dan Muslim no. 2573).
Bahkan duri kecil yang menusuk tubuh kita, jika kita hadapi dengan sabar, maka itu menjadi sebab dihapusnya dosa-dosa kita. Apalagi musibah yang lebih besar.
2. Sarana untuk Meningkatkan Derajat
Kadang seorang hamba memiliki kedudukan tinggi di sisi Allah, namun amalan ibadahnya tidak cukup untuk mencapainya. Maka Allah memberikan Bala’ sebagai jalan mencapai derajat itu.
Rasulullah ﷺ bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ:
“إِنَّ الرَّجُلَ لَتَكُونُ لَهُ عِندَ اللَّهِ الْمَنْزِلَةُ، فَمَا يَبْلُغُهَا بِعَمَلٍ، فَلَا يَزَالُ اللَّهُ يَبْتَلِيهِ بِمَا يَكْرَهُ حَتَّى يُبَلِّغَهُ إِيَّاهَا.”
Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya seseorang memiliki kedudukan di sisi Allah yang tidak bisa ia capai dengan amalannya, maka Allah terus mengujinya dengan hal-hal yang ia benci, hingga ia mencapai derajat itu.” (HR. Abu Ya’la, dihasankan oleh Imam al-Tirmidzi dalam Sunan-nya, hadis hasan gharib)
Ini adalah bentuk karunia dan kemuliaan. Ibadahnya biasa saja, tapi karena Allah menginginkan kebaikan yang lebih untuknya, maka dia diuji hingga terangkat derajatnya.
3. Tanda Cinta dan Kebaikan dari Allah
Nabi ﷺ juga bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ، قَالَ رَسُولُ الله ﷺ:
“مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ.”
Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah ﷺ bersabda: “Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya, maka Allah akan memberikan musibah padanya.” (HR. al-Bukhari no. 5645).
Bala’ adalah tanda Allah menginginkan kebaikan. Tapi seringkali kita memandang musibah itu dari kacamata dunia: “Kenapa saya yang diuji?”, “Saya sudah shalat, saya muslim”, “Kenapa orang kafir hidupnya enak?”
Inilah yang berbahaya, karena jika kita tidak memahami cara pandang syariat terhadap ujian, seseorang bisa jatuh kepada putus asa, protes kepada takdir, bahkan murtad.
Padahal musibah adalah kasih sayang, bukan hukuman, bagi hamba yang beriman.
Sesungguhnya seseorang mencapai kedudukan di hadapan Allah subhanahu wa ta’ala, yang mana kedudukan itu tidak akan dia capai dengan amalan dia. Maka Allah akan menurunkan bala’ kepada dia dengan apa-apa yang dia tidak sukai, sampai dia di level itu.
Dengan kata lain, Allah ingin menaikkan posisi dan kualitas hamba itu di sisi-Nya, dan caranya adalah dengan ujian/bala’. Artinya, keimanan dan maqām spiritualnya ditingkatkan.
Penduduk Gaza Contoh Nyata
Lihatlah saudara-saudara kita di Gaza. Mereka terus diuji dengan bala’ yang berat: perang, blokade, kemiskinan, kehilangan keluarga. Tapi mereka tetap teguh dalam iman.
Bala’ diturunkan kepada mereka karena kualitas keimanan mereka tinggi, dan Allah ingin menjaga dan bahkan mungkin meninggikan level imannya lagi. Mungkin di luar penduduk Gaza tidak akan sanggup menerimanya.
Ini menunjukkan bahwa tingkatan mereka di sisi Allah sangat tinggi. Tidak mungkin Allah menurunkan bala’ sehebat itu kecuali pada hamba-hamba yang Allah cintai dan kehendaki untuk ditinggikan derajatnya.
Imam Nawawi dalam Tahdzīb al-Asmā’ wa al-Lughāt menyebutkan Gaza sebagai tempat kelahiran Imam Syafi’i, dan menyebutnya sebagai tanah yang diberkahi, karena kedekatannya dengan Baitul Maqdis dan karena keberkahan orang-orangnya.
Hadis dari Muhammad bin Khalid dari ayahnya dari kakeknya, semuanya sahabat Nabi ﷺ, menyebutkan:
“إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا سَبَقَتْ لَهُ مِنْ اللهِ مَنْزِلَةٌ، لَمْ يَبْلُغْهَا بِعَمَلٍ، ابْتَلَاهُ فِي جَسَدِهِ، أَوْ فِي مَالِهِ، أَوْ فِي وَلَدِهِ، ثُمَّ صَبَرَ حَتَّى يُبَلِّغَهُ اللَّهُ الْمَنْزِلَةَ الَّتِي سَبَقَتْ لَهُ مِنْهُ.”
“Sesungguhnya apabila Allah telah menetapkan kedudukan tinggi bagi seorang hamba namun ia tidak sanggup mencapainya dengan amalnya, maka Allah mengujinya pada badannya, hartanya, atau anaknya. Kemudian jika ia bersabar, maka Allah menyampaikannya pada kedudukan tersebut.” (HR. Aḥmad dan al-Ḥākim).
Jasmani sakit, kecelakaan, kekurangan harta, PHK, kebangkrutan, utang, kehilangan usaha, anak bandel, anak sakit, atau bahkan keluarga wafat harus dipandang sebagai salah satu bala’ dan bagian dari cara Allah menaikkan derajat iman. Sebab dengan bala’ itulah Allah sedang ingin mengangkat derajat kita.
Hikmah
Di zaman ini, kita bisa melihat langsung bagaimana janji-janji Allah itu benar. Ada kaum yang tetap istiqamah dalam keimanan, walaupun mereka dihina, dikepung, dibantai.
Tapi tidak ada statistik bunuh diri dari kalangan mereka. Justru yang banyak bunuh diri adalah musuh mereka sendiri.
Kita harus banyak-banyak bersyukur, sabar, dan memandang musibah sebagaimana pandangan syariat, bukan dengan hawa nafsu. Maka kita akan tetap tegar, istiqamah, dan optimis walaupun ujian datang.
Semoga kajian ini memberikan pencerahan kepada kita semua untuk lebih sabar dalam menghadapi ujian, tidak berprasangka buruk kepada Allah dan melihat musibah sebagai anugerah tersembunyi yang menghapus dosa dan meninggikan derajat.*/Thoriq