Sumenep (IMR) – Temuan jumlah kasus campak di Kabupaten Sumenep kembali bertambah. Data terbaru, ada 1.944 balita yang terserang. Bahkan 12 diantaranya meninggal. Data tersebut dihimpun dari 30 puskesmas yang tersebar di wilayah daratan dan kepulauan, serta empat rumah sakit rujukan di Kabupaten Sumenep. Jumlah tersebut merupakan akumulasi mulai Januari – Agustus 2025.
Kepala Bidang Pencegahan Dinkes P2KB Kabupaten Sumenep, Achmad Syamsuri menjelaskan, data tersebut, terutama untuk jumlah balita yang meninggal akibat campak mengalami perubahan.
Sebelumnya disebutkan ada 6 yang meninggal. 4 positif campak, dan 2 suspek. Namun berdasarkan perkembangan berikutnya, setelah dilakukan penelusuran dan pengecekan ulang, ternyata ada 12 yang meninggal.
“Kami menerima laporan di Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR). Ternyata ada kendala di sistem itu, sehingga ada perbedaan data junlah laporan. Kami mohon maaf,” kata Syamsuri, Rabu (20/08/2024).
Ia mengungkapkan, ada pasien campak yang melebihi satu kali 24 jam baru dilaporkan, sehingga kadang-kadang petugas dari rumah sakit lupa melaporkan ke Dinas Kesehatan karena tertutup kasus-kasus lain.
“Tapi hikmah yang kami peroleh, dengan bantuan dari Unicef, WHO, dan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, serta Rumah Sakit, data yang akurat bisa ditemukan,” ujarnya.
Syamsuri menambahkan, 12 balita yang meninggal tersebut adalah mereka yang tidak diimunisasi campak. Bahkan ditemukan juga ada yang ‘zero dose’ atau belum pernah menerima imunisasi sama sekali.
Karena itu, Dinas Kesehatan menggencarkan program ‘Sepekan Mengejar Imunisasi’ guna meningkatkan cakupan vaksinasi. Selain itu, upaya pencegahan juga dilakukan dengan membentuk Desa Imunisasi Mantap (Iman) di setiap kecamatan.
“Kami juga memperkuat koordinasi lintas sektor dan program terkait untuk mempercepat penanganan campak. Sedangkan untuk pemantauan cakupan imunisasi dilakukan secara berkala, termasuk memetakan wilayah rawan,” ungkapnya. (tem/kun)