Peran Bandara Husein Sastranegara dalam Perekonomian Kota Bandung
Dulunya, Bandara Husein Sastranegara menjadi pusat utama yang menggerakkan sektor pariwisata dan perdagangan di Kota Bandung. Dari landasan pacu bandara ini, ribuan wisatawan domestik dan mancanegara datang ke Pasar Baru Trade Center, yang berdampak positif terhadap perekonomian lokal. Hal ini turut meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) dan menciptakan peluang usaha bagi masyarakat.
Namun, sejak rute penerbangan dialihkan ke Bandara Kertajati di Majalengka, Bandara Husein Sastranegara nyaris tidak beroperasi. Kesunyian di landasan pacu ini menyebabkan penurunan aktivitas di sektor jasa, perdagangan, dan UMKM. Pasar Baru Trade Center, salah satu pusat grosir terbesar di Bandung, juga terkena dampaknya. Pedagang, pengelola, dan masyarakat kini menaruh harapan besar pada reaktivasi bandara untuk membangkitkan kembali ekonomi Kota Bandung.
Bowi dari Tim Advertising & Promotion Pasar Baru menjelaskan bahwa peran bandara sangat penting dalam mendukung sektor pariwisata. “Jika bandara kembali aktif dengan penerbangan lengkap seperti dulu, kemungkinan besar akan ada lebih banyak turis yang datang karena aksesnya menjadi lebih mudah,” ujarnya.
Penutupan sementara Bandara Husein dinilai membatasi akses menuju Kota Bandung. Masyarakat yang ingin terbang ke Bandung harus melewati Jakarta terlebih dahulu. Di sisi lain, kondisi ini bisa membuat daerah-daerah sekitar Bandung semakin dikenal, tetapi bagi Kota Bandung sendiri justru menimbulkan keterbatasan akses.
Lutfi Annura, Sekretaris Umum P3BTC, menjelaskan dampak yang lebih luas. “Tidak hanya Kota Bandung yang terpengaruh, tetapi juga daerah sekitarnya,” ujarnya. Pasar Baru memiliki sekitar 4.500 kios yang mayoritas dimiliki oleh perorangan dan mempekerjakan satu hingga dua orang karyawan. Produk yang diperdagangkan berasal dari Bandung, Jawa Barat, dan wilayah sekitarnya, sehingga mendukung ribuan pelaku usaha kecil.
Ia memperingatkan, “Jika transportasi dari Kertajati ke Bandung tidak efisien, maka UMKM di Kota Bandung akan mati.” Yuhaprizon, Wakil Sekretaris Umum P3BTC, mengaitkan krisis ini dengan identitas kota. “Bandung tidak terlepas dari tagline Paris van Java. Semua akses dari Paris van Java sekarang di Pasar Baru,” ujarnya.
Pandangan Para Pakar Ekonomi dan Transportasi
Sebagai kota jasa dengan pariwisata dan perdagangan sebagai pilar utama, Bandung sangat bergantung pada aksesibilitas udara. Acuviarta Kartabi, pengamat ekonomi dari Universitas Pasundan, menegaskan pentingnya Bandara Husein. “Konstribusi penerbangan melalui Bandara Husein sangat besar pengaruhnya karena pintu masuk itu memudahkan aksesibilitas dan mobilitas orang, terutama dari luar Kota Bandung,” ujarnya.
Ia menyoroti dampak penutupan dari Bandara Husein, “Akses masuk otomatis berkurang drastis, dan berdampak pada aktivitas ekonomi.” Ia menambahkan, “Kota Bandung sebagai kota jasa, di mana di situ ada jasa kepariwisataan dan akomodasi.”
Ir. R. Sony Sulaksono Wibowo, pakar transportasi dari Institut Teknologi Bandung, memandang dari sudut infrastruktur. “Bandara Husein adalah gerbang utama Kota Bandung. Namun, perkembangannya terbatas,” ujarnya. Ia menjelaskan kendala teknis, “Bandara Husein digunakan oleh empat instansi. Selain itu, akses masuk terbatas karena posisi Bandung yang dikelilingi pegunungan.”
Aspirasi dan Harapan Masyarakat
Pengelola, pedagang, dan P3BTC terus memperjuangkan reaktivasi Bandara Husein sebagai kunci pemulihan. Bowi menyatakan harapannya agar semua penerbangan bisa melalui Bandara Husein agar nantinya bisa langsung ke Bandung. Ia menambahkan, “Pasti akan menambah sektor ekonomi dalam segi demografi Kota Bandung, terlebih lagi akan berpengaruh ke traffic Pasar Baru itu sendiri.”
Lutfi Annura menegaskan urgensi kebijakan, “Saya berharap Bandara Husein kembali dibuka, ini lama-lama Pasar Baru juga bisa mati suri.” Yuhaprizon berharap bukan cuma untuk Pasar Baru, tetapi setelah dibuka akan menjadi pasar baru.
Para pakar menawarkan solusi untuk mengatasi krisis ini. Acuviarta Kartabi menyoroti potensi penerbangan logistik yang sangat dibutuhkan, terutama Kota Bandung sebagai hak bagi sektor UMKM maupun sektor menengah besar di wilayah sekitarnya. Sony Sulaksono mengusulkan pendekatan terintegrasi terkait masalah penutupan Husein pada tahun 2023 dan dialihkan ke Kertajati, memang diperlukan sebab Bandara Husein itu sudah tidak bisa dikembangkan lagi.
Respons DPRD Kota Bandung
DPRD Kota Bandung turut merespons krisis ini. Yoel Yosaphat, Anggota Komisi III DPRD Kota Bandung, menyoroti potensi ekonomi bandara. “Ini salah satu cara untuk meningkatkan PAD karena sebelum dipindahkan saya dapat info empat juta wisatawan per tahun itu datang ke Kota Bandung,” katanya.
Ia mencatat aspirasi masyarakat banyak yang menginginkan agar Bandara Husein ini diaktivasi kembali. “Dari DPRD belum ada pertemuan, tetapi dari Pemkot sudah bertemu dengan Pak Gubernur.” Ia menjelaskan kendala, “Wewenangnya ada di pusat atau provinsi, jadi kita tidak bisa memastikan kapan.”
Bandara Husein Sastranegara adalah simbol harapan bagi pedagang, UMKM, dan masyarakat Bandung. Reaktivasinya bukan hanya soal menghidupkan penerbangan, tetapi juga menggerakkan kembali roda ekonomi yang tersendat, dari kios-kios Pasar Baru hingga pengrajin di pelosok Jawa Barat. Bandung menanti kebijakan yang tak hanya berpihak pada angka, tetapi juga pada kehidupan ribuan orang kecil.