Penjualan Mobil di Indonesia Tahun 2025 Masih Rendah
Penjualan mobil di Indonesia hingga Juli 2025 masih menunjukkan angka yang lebih rendah dibanding ekspektasi pelaku industri otomotif. Berdasarkan data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), total penjualan ritel hanya mencapai sekitar lima ratusan unit. Angka ini menurun sekitar 12 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2024.
Kelesuan pasar ini terkait dengan beberapa faktor, salah satunya adalah daya beli konsumen yang semakin melemah. Selain itu, pengaruh ekonomi global yang tidak menentu juga turut memengaruhi tingkat penjualan mobil. Jika dilihat dari data wholesales pada tahun 2024, selama tujuh bulan pertama terjadi penurunan sebesar 17,5 persen dibandingkan wholesales pada Januari hingga Juli 2023. Pada masa tersebut, total wholesales mencapai 586.931 unit.
Sementara itu, jumlah penjualan ritel mobil dari seluruh pabrikan di periode Januari hingga Juli 2025 tercatat sebanyak 453.278 unit. Angka ini mengalami penurunan sebesar 12 persen dibandingkan penjualan ritel pada periode yang sama di tahun 2024, yang mencapai 508.050 unit. Bahkan, penjualan ritel pada semester pertama 2024 juga mengalami penurunan jika dibandingkan dengan Januari hingga Juli 2023, yang saat itu mencapai 578.891 unit.
Dengan demikian, baik angka wholesales maupun penjualan ritel yang tercatat dalam dua tahun terakhir (2024 dan 2025) masih belum menunjukkan kondisi yang baik. Faktor utama yang menyebabkan penurunan ini adalah daya beli masyarakat yang semakin berkurang serta keraguan terhadap kondisi perekonomian.
Banyak masyarakat kini cenderung menahan diri untuk melakukan pembelian barang non-kebutuhan primer seperti kendaraan bermotor. Hal ini disebabkan oleh ketidakpastian ekonomi yang membuat mereka merasa perlu berpikir lebih matang sebelum melakukan pengeluaran besar.
Menurut Ketua I Gaikindo, Jongkie D Sugiarto, tekanan ekonomi memiliki dampak signifikan terhadap daya beli konsumen. Ini menyebabkan penjualan mobil nasional selama semester pertama 2025 mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu. “Tetapi memang pasarnya yang masih lemah,” ujar Jongkie.
Selain itu, banyak masyarakat yang masih ragu untuk membeli mobil karena berbagai pertimbangan, seperti pajak, biaya perawatan, dan lainnya. Mereka merasa khawatir dengan kondisi ekonomi yang sedang berlangsung saat ini.
Masalah biaya hidup yang meningkat juga menjadi salah satu penyebab utama penurunan daya beli. Meskipun pendapatan masyarakat telah naik, tingkat kenaikan pendapatan tersebut tidak sebanding dengan kenaikan biaya hidup yang terjadi. Hal ini membuat masyarakat semakin waspada dalam mengambil keputusan pembelian, terutama untuk barang yang tidak termasuk kebutuhan pokok.






