InfoMalangRaya.com— Seorang petugas pemakaman militer penjajah Israel dilaporkan hampir mati, karena tekanan dari pemakaman tentara IDF yang tewas, dan kengerian melihat pemandangan mayat, demikian dikutip media berbahasa Ibrani hari Selasa.
Secara rinci, surat kabar The Times of Israel melaporkan Kapten Sivan Sikeli Ben Zakri menderita serangan jantung, karena tekanan psikologis parah disebabkan pekerjaannya di (Sheba) Medical Center.
Kapten (res.) Sivan Sekeli Ben Zichri mengalami serangan jantung satu setengah bulan yang lalu, karena tekanan psikologis ekstrem yang diakibatkan oleh pekerjaannya. Sampai saat ini, dia masih harus menjalani proses rehabilitasi, namun dia dan dokternya sedang dalam proses menuju kesembuhan penuh dalam jangka panjang, lapor media itu.
Pada tanggal 8 Oktober, sehari setelah serangan Operasi Taufan (Banjir) Al-Aqsha diwilayah Palestina yang saat ini dirampok Israel, sebanyak 1.200 Israel tewas dan 240 orang disandera ke Gaza.
Ben Zichri dipanggil bertugas di militer cadangan. Dia diberi tugas untuk memberi tahu keluarga bahwa orang yang mereka cintai telah tewas, serta merencanakan dan mengawasi pemakaman para prajurit penjajah.
“Ada banyak pemakaman, lebih banyak dari yang pernah kami lihat sebelumnya,” katanya.
Ben Zakri menceritakan bahwa suatu hari selama agresi ke Gaza, “Saya melihat 17 kuburan yang baru digali, dan saya merasa kaki saya melemah dan saya hampir tidak dapat berdiri,” menurut surat kabar Ibrani itu.
Di hari lain, dia menambahkan, “Saya sampai di rumah dan langsung merangkak ke tempat tidur tanpa makan, dan pada pukul 04.30, saya bangun dengan perasaan lelah.”
“Saya tidak bisa merasakan sisi kiri saya, tangan kanan saya lumpuh, dan jantung saya terasa seperti ada yang merobeknya dari dada saya,” katanya. “Hati saya benar-benar hancur karena tekanan psikologis,” tambah dia lagi.
Paramedis yang datang memberi tahunya mengatakan Ben Zakri telah mengalami serangan panik, namun dia bersikeras untuk dibawa ke rumah sakit. Setibanya di sana, hasil tes menunjukkan dia baik-baik saja, dan tampaknya tidak menderita serangan jantung (kardiomiopati Takotsubo), yaitu melemahnya ventrikel kiri untuk sementara, sering kali disebabkan oleh stres akut.
Namun, saat dia dalam perjalanan untuk pengambilan gambar, dia merasakan ada sesuatu yang sangat tidak beres.
“Saya menyuruh suami saya untuk segera ke dokter. Ternyata saat itulah saya mengalami serangan jantung,” kata Ben Zichri.
Dengan kondisi ini, dokter harus menghubungkannya ke mesin oksigenasi membran ekstrakorporeal (ECMO) untuk menjaga jantung dan paru-parunya tetap berfungsi.
Setelah stabil di ECMO, dia dikirim untuk pemeriksaan, dan hasilnya menunjukkan bahwa arteri di jantungnya tiba-tiba robek. Dia segera menjalani operasi untuk memperbaikinya.
Ben Zichri dibius dan diintubasi selama tiga setengah hari sampai suaminya meminta agar dia dibangunkan pada hari ulang tahunnya yang ke-40. Untungnya, dia datang dan memulai proses pemulihan dan rehabilitasi awal selama satu setengah bulan di Sheba.
“Hati saya benar-benar hancur karena tekanan psikologis. Bukan hanya saya yang mengatakannya. Ahli jantung saya juga mengatakan itulah yang terjadi,” katanya.
Patut dicatat bahwa insiden ini menegaskan apa yang pernah dinyatakan Juru Bicara Brigade Al-Qassam, Abu Ubaidah, dalam pernyataan secara berturut-turut bahwa tentara penjajah telah menyembunyikan jumlah sebenarnya korban tewas.
Abu Ubaidah juga pernah berjanji dalam pidatonya, perlawanan para pejuang pembebasan Palestina dan Masjid Al-Aqsha akan mengubah nabib dan masa depan tentara penjajah. Tanah Gaza akan menjadi kuburan mereka atau mereka akan pulang menghadapi trauma panjang atau cacat seumur hidup.
Sampai hari ini, korban tewas di pihak tentara Israel sejak dimulainya Operasi Banjir Al-Aqsha telah meningkat menjadi 464 orang, termasuk para perwira. Hari Selasa media Israel mengumumkan kematian lagi empat tentara termasuk perwira yang berspesialisasi dalam perang terowongan.*
Leave a Comment
Leave a Comment