Realisasi Bantuan Pangan Beras Capai 96%
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengungkapkan bahwa realisasi bantuan pangan berupa beras sebanyak 10 kilogram untuk masyarakat telah mencapai 96%. Bantuan ini diberikan sebagai bagian dari paket stimulus ekonomi yang mulai disalurkan sejak Juli 2025 dalam satu kali pengiriman.
Bantuan pangan beras ini ditujukan kepada 18,27 juta keluarga penerima manfaat (KPM). Anggaran yang dialokasikan untuk program ini mencapai Rp 4,9 triliun. Menurut Arief, realisasi yang sudah mencapai 96% menunjukkan bahwa hampir seluruh masyarakat telah menerima bantuan tersebut.
“Masyarakat bisa merasa tenang karena mereka sudah menerima bantuan pangan berupa beras sebanyak 10 kilogram untuk dua bulan,” ujar Arief saat diwawancara di Serang, Banten, pada Rabu (20/8/2025).
Tujuan Bantuan Pangan Beras
Salah satu tujuan utama dari penyaluran bantuan pangan beras adalah untuk mengendalikan inflasi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), beras menjadi komoditas utama penyumbang inflasi pada Juni 2025. Dalam kelompok makanan, minuman, dan tembakau, inflasi tercatat sebesar 1,00% dengan andil sebesar 0,04%.
Penyaluran bantuan pangan beras dilakukan pada bulan Juli karena kondisi produksi gabah yang mulai menurun sejak Mei. Ketika produksi gabah menurun, harga beras cenderung meningkat. Oleh karena itu, pemerintah memilih momentum ini untuk menyalurkan bantuan agar dapat mencegah kenaikan harga yang terlalu drastis.
Kebijakan Pengendalian Harga
Arief menegaskan bahwa pemerintah akan terus mengendalikan harga beras baik di tingkat produsen maupun konsumen. Salah satu langkah yang dilakukan adalah dengan menetapkan harga pembelian gabah minimum sebesar Rp 6.500 per kilogram.
Di tingkat konsumen, harga beras juga tidak boleh melebihi harga eceran tertinggi (HET) yang telah ditetapkan. Dengan kebijakan ini, diharapkan harga beras tetap stabil dan tidak memberatkan masyarakat.
Strategi Jangka Panjang
Selain bantuan pangan beras, pemerintah juga memiliki strategi jangka panjang untuk menjaga stabilitas harga beras. Salah satunya adalah dengan memperkuat sistem distribusi dan memastikan pasokan beras cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Pemerintah juga berupaya meningkatkan produktivitas pertanian melalui berbagai program pendukung seperti penyediaan benih unggul, pelatihan teknis pertanian, dan akses ke pasar yang lebih luas. Dengan demikian, produksi beras dapat meningkat sehingga meminimalkan risiko kenaikan harga di masa depan.
Dengan realisasi bantuan pangan beras yang mencapai 96%, diharapkan masyarakat dapat merasa aman dan nyaman dalam menghadapi fluktuasi harga beras. Selain itu, kebijakan pengendalian harga yang ketat juga akan membantu menjaga stabilitas ekonomi secara keseluruhan.