Bondowoso, (IMR) – Meski dikenal sebagai daerah penghasil kopi unggulan, jumlah pelaku usaha kopi di Bondowoso yang sudah mengantongi izin Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) masih tergolong rendah..Dari 2022 hingga 2024, tercatat baru sekitar 70 usaha kopi yang memiliki PIRT.
Hal itu disampaikan Kabid Perindustrian pada Diskoperindag Bondowoso, Iffah Febriyani, saat menjadi pemateri di capacity building dan business matching Festival Kopi Nusantara ke-8 di Hotel Grand Padis, Rabu (3/9/2025).
Menurutnya, mutu produk tetap menjadi kunci untuk menembus pasar nasional maupun ekspor.
Ia mencontohkan dalam proses greeding, biji kopi gosong tidak boleh dicampur agar kualitas tetap terjaga.
“Pasar ekspor butuh kopi dengan mutu yang sangat bagus. Kalau di perusahaan besar ada ISO, artinya manajemen mutu harus benar-benar diterapkan,” jelas Iffah.
Ia menambahkan, pelaku usaha harus mulai membangun manajemen rantai pasok yang terkontrol, mulai dari hulu hingga sampai ke konsumen.
Pencatatan kebutuhan pasar per bulan, pemantauan pengiriman, hingga kualitas produk yang konsisten menjadi hal mendasar.
“Digitalisasi mempermudah hal-hal itu. Jangan sampai barang yang dikirim tidak sesuai dengan sample. Sekali terjadi, reputasi bisa jatuh dan kehilangan pelanggan,” ujarnya.
Iffah juga menekankan pentingnya menentukan pangsa pasar dan menyesuaikan regulasi.
Produk kopi bubuk untuk pasar lokal, misalnya, cukup memenuhi standar sederhana. Namun untuk pasar nasional maupun ekspor, ada persyaratan khusus yang harus ditaati, termasuk SNI.
Ia mengingatkan, pelaku usaha juga harus adaptif terhadap teknologi, termasuk respons cepat dalam komunikasi dengan konsumen.
“Sekarang customer maunya fast respon. Minimal bisa cepat buka WA. Yang sudah berusia 50 tahun ke atas bisa melakukan regenerasi usaha ke anak atau adiknya,” tambahnya.
Data Diskoperindag menyebut, dari Bondowoso ada lebih dari 3.000 UMKM yang sudah bersertifikat halal, sekitar 600 yang bersertifikat SNI, namun hanya 70 usaha kopi yang tercatat memiliki PIRT.
“Masih banyak yang perlu update data. Kami berharap pengusaha lebih melek teknologi dan menyesuaikan diri dengan tuntutan pasar,” pungkas Iffah. [awi/aje]