Kabupaten Malang — Di balik indahnya corak dan makna batik lokal, tersimpan kisah perjuangan dan dedikasi seorang perempuan asal Desa Ngijo, Karangploso. Dialah Ita Fitriyah, sosok tangguh yang berhasil membangun dan mengembangkan Batik Lintang, sebuah usaha batik yang kini mulai dikenal luas di tingkat nasional.
Bermodal pengalaman selama 13 tahun sebagai staf quality control di industri tekstil, Ita memutuskan mendirikan Batik Lintang pada tahun 2014. Latar belakang pendidikan di bidang teknik industri tekstil memberinya keunggulan dalam memahami pewarnaan, jenis kain, dan proses produksi batik secara mendalam.
“Saya memang senang hal-hal yang berbau tekstil. Dari kapas, jadi benang, jadi kain, saya sudah paham karakteristiknya,” ujar Ita saat diwawancarai, Rabu (30/7/2025).
Nama “Lintang” yang berarti bintang dalam bahasa Jawa dipilih karena membawa filosofi mendalam — menjadi cahaya di tengah kegelapan. Filosofi ini pula yang menjadi semangat Ita dalam mengembangkan usahanya, tidak hanya sebagai mata pencaharian, tetapi juga sebagai penerang bagi masyarakat sekitar.
Batik Lintang menawarkan produk batik tulis dan batik cap, dengan beragam motif dan warna, termasuk pilihan pewarna alami maupun sintetis sesuai permintaan pelanggan. Harga batik cap dipasarkan mulai dari Rp100.000 hingga Rp150.000.
Tak hanya berhenti di skala rumahan, Batik Lintang kini melibatkan pengrajin dari 33 kecamatan di Kabupaten Malang. Konsumen pun datang dari berbagai kalangan, mulai dari guru, ASN, hingga pemesan seragam sekolah. Produk-produk Batik Lintang dapat ditemukan secara online melalui marketplace dan juga tersedia di toko fisik di Jalan Agus Salim dan Kepanjen. Selain itu, Batik Lintang aktif mengikuti berbagai pameran melalui fasilitasi dari Dekranasda Kabupaten Malang.
Kepada generasi muda, Ita menitipkan pesan inspiratif tentang pentingnya semangat dan ketekunan dalam berwirausaha.
“Yang penting itu kemauan dan ketekunan. Modal bukan penentu utama. Bahkan tanpa modal pun, usaha bisa jalan kalau niatnya kuat,” tutupnya.
Penulis: Roni