InfoMalangRaya.com – Seorang pemuda Palestina bernama Ibrahim Mansour membunuh sipir penjara yang kerap kali menyiksa dirinya dan tahanan Palestina lain.
Sipir penjara tersebut, Yohay Avni, dilaporkan tewas di dalam rumahnya di sebuah pemukiman ilegal di Yerusalem yang diduduki. Avni telah bekerja selama 17 tahun sebagai sipir penjara Ofer.
Penyiksaan sistematis di penjara-penjara ‘Israel’ telah menyebabkan cacat dan kematian tahanan Palestina yang dikurung tanpa dakwaan.
Perlakuan buruk dan siksaan terhadap warga Palestina yang ditahan semakin parah ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak Operasi Badai Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023. Sipir ‘Israel’ terutama menargetkan warga Palestina asal Gaza.
Beberapa bulan terakhir ini merupakan jumlah kematian tertinggi di kalangan tahanan Palestina.
Kronologi
Peristiwa ini terjadi hampir dua minggu yang lalu, namun pihak ‘Israel’ baru Senin (22/07) mengizinkan media lokal untuk mempublikasikannya.
Ibrahim Mansour, berusia 23 tahun, merupakan seorang warga Palestina yang menjadi korban penahanan administratif Zionis Israel. Belum diketahui sejak kapan ia ditahan, namun yang pasti ia dibebaskan pada April lalu.
Usai bebas, Ibrahim Mansour melacak sipir ‘Israel’ yang menyiksanya di penjara Ofer dan menemukan ia tinggal di sebuah pemukiman Yahudi dekat Yerusalem.
Mansour berhasil memasuki kompleks pemukiman Yahudi yang memiliki penjagaan dan menerobos masuk rumah sipir yang menyiksanya, Yohay Avni. Avni ditemukan tewas tertikam dan rumahnya dibakar.
Pasukan zionis Israel menangkap Mansour dua hari setelah aksi pembalasan tersebut.
Aksi Mansour, penduduk kota Biddu di Tepi Barat, mendapat pujian dan penghormatan dari kelompok perlawanan Palestina karena melakukan operasi yang rumit dan cerdas.
Perlu diketahui, penjajah ‘Israel’ memperlakukan tahanan Palestina dengan buruk termasuk dengan memberlakukan strategi kelaparan dan memberi makanan basi.
Penyiksaan fisik dan psikologis dilakukan secara sistematis sejak penangkapan dan selama interogasi, termasuk pemukulan, penghinaan, dan penggeledahan yang memalukan.
Sel-sel penuh sesak, dengan 12-16 tahanan berdesakan di ruang yang dirancang untuk enam orang. Para tahanan tidak diberi air dan kebersihan dasar, yang menyebabkan penyakit kulit yang menular dan menyakitkan, sementara hak mereka untuk mendapatkan perawatan medis dirampas.*