InfoMalangRaya.com– Seorang bekas karyawan Tesla mengatakan kepada BBC bahwa dirinya meyakini teknologi yang dipakai kendaraan swakemudi Tesla tidak cukup aman untuk dipakai di jalan umum.
Lucasz Krupski membocorkan data, termasuk keluhan pelanggan yang mengadukan masalah pada sistem pengereman mobil Tesla dan perangkat lunak swakemudinya, kepada koran Jerman Handelsblatt pada bulan Mei.
Dia mengatakan kekhawatiran yang disampaikannya kepada pihak internal perusahaan tidak mendapatkan perhatian dan diabaikan.
Tesla menolak untuk memberikan komentar ketika diminta menanggapi kabar tersebut, lapor BBC Senin (4/12/2023).
Elon Musk, pimpinan eksekutif Tesla, memuji-muji teknologi swakemudi mobil buatan pabriknya.
“Tesla sejauh ini memiliki AI terbaik di dunia nyata,” kata Musk dalam sebuah postingan di X pada hari Sabtu.
Namun, dalam wawancara pertamanya demgan media Inggris, Krupski mengatakan kepada redaksi teknologi BBC Zoe Kleinman bahwa dia khawatir tentang teknologi AI (kecerdasan buatan) yang dibenamkan pada mobil Tesla, yang diandalkan untuk memfungsikan swakemudinya.
Menurut Krupski, baik hardware maupun software yang dipakai pada mobil swakemudi Tesla belum siap.
AI dipergunakan pada fitur swakemudi, contohnya, membantu penyetiran dan parkir. Namun, meskipun namanya swakemudi, mobil tersebut masih harus membutuhkan seseorang untuk duduk di kursi sopir dengan tangan memegang setir.
“Itu akan berdampak pada kita semua karena kita esensinya menjadi bahan eksperimen di jalan umum. Jadi, meskipun Anda tidak memiliki sebuah mobil Tesla, anak-anak Anda masih berjalan di trotoar,” kata Krupski, menyinggung bahaya yang bisa terjadi pada siapa saja ketika mobil Tesla tiba-tiba tak terkendali.
Krupski mengatakan bahkan sejumlah pekerja di Tesla sendiri berbicara kepadanya perihal mobil pabrikan mereka yang tiba-tiba berhenti meskipun tidak ada halangan di depanmya, atau biasa dikenal dengan istilah “phantom braking”. Peristiwa pengereman mendadak yang tidak jelas penyebabnya itu muncul di data keluhan-keluhan pelanggan yang dia dapat.
Krupski mengatakan dia merasa terdorong untuk membagikan apa yang dia temukan kepada otoritas perlindungan data.
Departemen Kehakiman Amerika Serikat sejak Januari sudah menyelidiki fitur bantuan mengemudi pada mobil Tesla
Tesla juga menghadapi penyelidikan dan pertanyaan serupa dari berbagai lembaga pemerintah AS termasuk National Highway Traffic Safety Administration perihal fitur swakemudinya.
Koran Jerman Handelsblatt mempublikasikan “Tesla Files” setelah Krupski membagikan 100GB data internal Tesla yang ditemukannya.
Otoritas perlindungan data di Belanda, di mana kantor pusat Tesla wilayah Eropa berada, mengkonfirmasi kepada BBC bahwa pihaknya sudah diberitahu perihal bocoran data tersebut dan sedang menindaklanjutinya.
Krupski mengaku selama enam bulan terakhir dan pengalamannya menjadi whistleblower “sungguh menakutkan”.
“Terkadang saya tidak tidur pada malam hari,” ceritanya kepada BBC.
Namun, tindakannya itu mendapatkan pengakuan dari sejumlah pihak, di antaranya dari panitia Blueprint for Free Speech Whistleblowing Prize.
Jack Stilgoe, seorang associate professor di University College London yang melakukan penelitian seputar kendaraan swakemudi, mengatakan klaim-klaim yang dikemukakan Krupski menyulut kekhawatiran perihal teknologi swakemudi tersebut. Sepertinya teknologi kecerdasan buatan sedang diujicobakan secara langsung dan liar, di tempat terbuka, di tengah-tengah masyarakat.
Di Inggris, pemerintah mengumumkan rencana untuk membuat undang-undang baru Automated Vehicles Bill yang akan menjadi kerangka hukum bagi kendaraan swakemudi dalam acara Pidato Raja awal bulan November.
“Kita harus menunggu untuk melihat ketika RUU ini dikembangkan, apakah RUU tersebut sejalan dengan semua hal baru tentang teknologi ini,” kata Prof Stilgoe.*