Tuban (IMR) – Puluhan petani di Desa Cendoro, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban mengikuti program pertanian berkelanjutan dan aman yang diprakarsai oleh ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) dengan pelatihan pembuatan Pestisida Nabati yang dikemas melalui acara “Ngudar Tani”. Jumat (18/07/2025).
Manager Program Pertanian Berkelanjutan dan Aman di Kabupaten Tuban, sekaligus Ketua Umum Yayasan eL-SAL Indonesia, Imam Muqroni menjelaskan bahwa kegiatan ini untuk memberikan edukasi terhadap para petani bagaimana pengelolaan olah tanam agar menjadi efektif dan efisien yang bisa menghasilkan pendapatan maksimal.
“Melalui pembuatan Pestisida Nabati yang didapatkan melalui alam sekitar tujuannya agar bisa dimanfaatkan oleh petani untuk mengusir hama yang ada di lahannya, serta memberikan edukasi terkait dengan menjaga keselamatan jalur pipa EMCL,” ungkap Imam Muqroni.
Adapun pembuatan pestisida nabati yakni yang dibutuhkan daun randu, akar tuba, buah mahoni, buah kecubung, buah maja dan daun mimba. Kemudian, para petani melakukan praktek cara pembuatannya, hingga nanti diaplikasikan di lahan masing-masing.
“Program ini diberikan kepada 31 Desa yang dialiri pipa EMCL dan hari ini sudah yang ke 26 desa. Sedangkan, untuk monitoring, pengawasan, kendala maupun identifikasi lainnya kita kawal sampai akhir tahun,” tambahnya.
Sementara itu, Community Relations P&GA ExxonMobil Cepu Limited, Joni Wicaksono menyampaikan bahwa program ini telah ada di tahun sebelumnya dan kini memasuki tahun kedua, dengan sasaran desa yang dialiri jalur pipa rata-rata ialah petani.
“Kegiatan yang digelar untuk keamanan dan keselamatan jalur pipa melalui Ngudar Tani ini juga dapat memberikan edukasi, diskusi, rembuk atau masalah pertanian, sehingga EMCL bisa memberikan kontribusi program-program kepada masyarakat,” tutur Joni sapanya selaku PIC kegiatan tersebut.
Ditempat yang sama, seorang petani Desa Cendoro, Sukirman (53) menyampaikan terimakasih atas program yang telah diberikan. Sebab, selama ini para petani sering membeli obat pestisida dengan biaya yang lumayan tinggi. Sehingga, harapannya dengan pelatihan membuat pestisida nabati dapat mengurangi biaya pengeluaran.
“Saya setiap tahunnya butuh Rp 5 juta untuk membeli obat pestisida, sehingga melalui program ini para petani bisa belajar cara membuat pestisida yang aman. Bahkan, jika dirasakan manfaatnya, petani bisa meninggalkan pembelian obat itu dan mengalihkan ke pestisida nabati ini,” tutup Sukirman. [dya/kun]